Thursday, October 30, 2025

Tugas Mandiri 07

Judul Tugas: Ringkasan Pasal-Pasal Penting UUD 1945 Terkait Sistem Pemerintahan (Kelompok)

Tujuan Pembelajaran: Mahasiswa mampu:

  • Mengidentifikasi pasal-pasal kunci dalam UUD 1945 yang mengatur sistem pemerintahan
  • Menyusun ringkasan singkat dan komunikatif tentang isi dan makna pasal-pasal tersebut
  • Menjelaskan relevansi pasal-pasal tersebut terhadap praktik ketatanegaraan Indonesia

Tugas Terstruktur 07

Judul Tugas: E-Poster Interaktif: Evolusi Konstitusi Indonesia dan Analisis Dampaknya (Kelompok)

Tujuan Pembelajaran: Mahasiswa mampu:

  • Menelusuri dan menyajikan evolusi konstitusi Indonesia secara visual
  • Menganalisis dampak perubahan konstitusi terhadap sistem politik, hukum, dan kehidupan warga negara
  • Mengkomunikasikan informasi hukum secara kreatif dan interaktif

Konstitusi di Indonesia

Materi Pembelajaran 7

Kompetensi yang Diharapkan:

Setelah mempelajari modul ini, peserta diharapkan mampu:

  1. Menjelaskan pengertian, sejarah, dan kedudukan konstitusi di Indonesia.
  2. Menganalisis sistem pemerintahan Indonesia berdasarkan UUD 1945.
  3. Mengidentifikasi kedudukan, hak, dan kewajiban warga negara menurut konstitusi.
  4. Menghubungkan nilai-nilai konstitusi dengan kehidupan berbangsa dan bernegara.
  5. Mengevaluasi dinamika pelaksanaan konstitusi dalam praktik ketatanegaraan.

Thursday, October 23, 2025

Tugas Mandiri 06

24 - 30 Oktober 2025

Susunlah narasi reflektif tentang
Hak Warga Negara yang Relevan dengan Kehidupan Mahasiswa, yang menjadi awal dalam portofolio sikap. Ditulis dalam format artikel  dengan  judul untuk setiap peserta  yang sudah ditetapkan di bawah, dengan ketentuan :

Tugas Terstruktur 06

24 - 30 Oktober 2025

Susunlah narasi reflektif tentang Hak Asasi Manusia  yang menjadi awal dalam portofolio sikap. Ditulis dalam format artikel  dengan  judul untuk setiap peserta  yang sudah ditetapkan di bawah, dengan ketentuan :

Wednesday, October 22, 2025

Hak dan Kewajiban serta Hak Asasi Warga Negara

Materi Pembelajaran 6

Pendahuluan

Setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban yang melekat sebagai bagian dari keanggotaan dalam suatu negara. Hak adalah sesuatu yang mutlak menjadi milik individu, sedangkan kewajiban adalah tanggung jawab yang harus dilaksanakan demi kepentingan bersama. Di sisi lain, Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak dasar yang dimiliki setiap manusia sejak lahir, tanpa memandang status kewarganegaraan.

Thursday, October 16, 2025

Tugas Mandiri 05

17 - 24 Oktober 2025

Topik : Tanggapan Kritis Terhadap Diskusi Publik Tentang Demokrasi

 

1. DESKRIPSI TUGAS

Mahasiswa secara individu diminta untuk menonton video webinar/diskusi publik terkait tema demokrasi Indonesia kontemporer, kemudian menulis tanggapan kritis berdasarkan analisis teoritis dan kontekstual. Tanggapan harus menunjukkan kemampuan analisis, evaluasi, dan sintesis terhadap materi yang ditonton.

Tugas Terstuktur 05


17 Oktober - 7 November 2025

Topik : Praktik Demokrasi Lokal Di Daerah Asal

 

1. DESKRIPSI TUGAS

Mahasiswa secara berkelompok (5 orang) diminta untuk menyusun infografis digital yang menganalisis praktik demokrasi lokal di daerah asal anggota tim (kabupaten/kota.provinsi). Infografis harus memuat analisis berbasis data dan teori demokrasi kontemporer, serta digunakan sebagai bahan presentasi di depan kelas.

Dinamika Demokrasi Di Indonesia

Materi Pembelajaran 5

ABSTRAK DAN KOMPETENSI

Abstract

Modul ini membahas konsep demokrasi Indonesia secara komprehensif berdasarkan literatur terkini, mencakup pengertian, azas, bentuk-bentuk, implementasi, perkembangan, serta hubungannya dengan negara hukum. Pembahasan diperkaya dengan referensi jurnal dan buku terbaru untuk memastikan relevansi dengan kondisi demokrasi kontemporer di Indonesia

Wednesday, October 8, 2025

Integrasi Nasional: Menyatukan Keberagaman, Menangkal Perpecahan

Meta Description: Bagaimana Indonesia menjaga persatuan di tengah keberagaman? Artikel ini mengulas faktor pemersatu bangsa dan ancaman aktual terhadap integrasi nasional, lengkap dengan solusi berbasis data dan refleksi sosial.

Keyword Utama: Integrasi nasional, pemersatu bangsa, konflik SARA, keberagaman Indonesia, ancaman disintegrasi

Tugas Mandiri 04

10 - 16 Oktober 2025

Refleksi Observasi Sosial :

Keberagaman dan Persatuan dalam Lingkungan Lokalku

Bentuk Tugas: Esai Reflektif (600-800 kata)
Batas Waktu: 16 Oktober 2025
Tujuan: Melatih kepekaan sosial dan kemampuan analisis kontekstual tentang realitas integrasi nasional di tingkat akar rumput.

Tugas Terstruktur 04

10 - 30 Oktober 2025

Judul Tugas : Poster Analisis Integrasi Nasional

Tema: Memetakan Ancaman dan Peluang Integrasi Nasional di Era Kontemporer
Bentuk Tugas: Poster Analisis (Format A2 atau A1)
Deadline: 30 Oktober 2025
Presentasi: Mini-Expo Kelas

 

1. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah menyelesaikan tugas ini, mahasiswa mampu:

Integrasi Nasional

Materi Pembelajaran 4

Menyatukan Keberagaman, Menangkal Perpecahan


Kata Kunci: Integrasi nasional, pemersatu bangsa, konflik SARA, keberagaman Indonesia, ancaman disintegrasi, pendidikan multikultural

Thursday, October 2, 2025

Tugas Mandiri 03

 

3 - 9 Oktober 2025

Wawancara tentang Pandangan terhadap Identitas Nasional

🎯 Tujuan Tugas

  • Melatih keterampilan mahasiswa dalam melakukan wawancara sederhana.
  • Mengembangkan kemampuan merangkum hasil wawancara secara sistematis.
  • Menumbuhkan kesadaran mahasiswa terhadap makna identitas nasional dalam kehidupan sehari-hari.

Tugas Terstruktur 03

3 - 23 Oktober 2025

Judul Tugas:
Storyboard Digital:

Identitas Nasional dan Karakter Warga Negara di Era Global

Jenis Tugas: Kolaboratif, Kreatif, Reflektif

Output Akhir: Video kelompok berdurasi 3 - 5 menit

🎯 Tujuan Pembelajaran

Melalui tugas ini, mahasiswa diharapkan mampu:

  • Mengidentifikasi nilai-nilai identitas nasional Indonesia

Identitas Nasional

Materi Pembelajaran 3

Menemukan Jati Diri Bangsa di Tengah Keberagaman 

Kompetensi yang Diharapkan:

  • Mahasiswa mampu menjelaskan secara kritis dan reflektif tentang pengertian identitas nasional
  • Mahasiswa memahami sejarah nasionalisme dan proses kelahiran nasionalisme Indonesia
  • Mahasiswa mampu mengidentifikasi karakter khas bangsa Indonesia dan tantangan integrasi nasional

Thursday, September 25, 2025

Daftar Kode dan Nama Peserta (Revisi)

 

NO

KODE PESERTA

NAMA PESERTA

 

 

 

1

E01

Reza Apriansyah

2

E02

Raihan Bintang Wirayudha

3

E03

Hendra Agus Setiawan

4

E04

Purwaning Pieta Baskara

5

E05

Larissa Amelia

Tugas Mandiri 02

Judul Tugas: Studi Pustaka tentang Sistem Pemerintahan Berdasarkan UUD 1945 dan Literatur Ilmiah

Jenis Tugas: Individu – Kajian Literatur dan Refleksi Akademik 

🎯 Tujuan Pembelajaran

Melalui tugas ini, mahasiswa diharapkan mampu:

  • Mengidentifikasi prinsip-prinsip sistem pemerintahan Indonesia berdasarkan UUD 1945.
  • Menganalisis sistem pemerintahan Indonesia secara teoritis dan praktis melalui kajian literatur.

Tugas Terstuktur 02

📘 Uraian Tugas

Judul Tugas: Perbandingan Sistem Pemerintahan Indonesia dan Dua Negara Lain

Jenis Tugas: Kelompok – Presentasi dan Laporan Tertulis (diposting di web-blog masing-masing)

🎯 Tujuan Pembelajaran

Melalui tugas ini, mahasiswa diharapkan mampu:

  • Memahami karakteristik sistem pemerintahan Indonesia secara mendalam.

Negara dan Sistem Pemerintahan

Materi Pembelajaran 2

Negara Bukan Sekadar Wilayah, Tapi Tanggung Jawab Bersama.

🎯 Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari modul ini, kamu akan mampu:

  • Menjelaskan pengertian negara menurut para ahli.
  • Mengidentifikasi asal-usul terbentuknya negara.
  • Mengklasifikasikan bentuk-bentuk negara dan sistem pemerintahan.

Wednesday, September 17, 2025

Tugas Mandiri 01

Mahasiswa menulis jurnal refleksi pribadi mengenai sikap sebagai warga negara dalam konteks kampus, yaitu dengan mengaitkan perilaku, nilai, dan tanggung jawab kewarganegaraan yang mereka jalankan di lingkungan akademik.

Tugas Terstruktur 01

Susunlah narasi reflektif tentang nilai kebangsaan dalam kehidupan Anda, yang menjadi awal dalam portofolio sikap. Ditulis dalam format artikel  dengan  judul untuk setiap peserta  yang sudah ditetapkan di bawah, dengan ketentuan :

1. Panjang tulisan 500 – 1.000  kata.

2. Dilengkapi : Abstrak, Kata Kunci, Pendahuluan, Permasalahan, Pembahasan, Kesimpulan dan Saran, serta Daftar Pustaka (Wajib mengacu pada Materi Pembelajaran 1, ditambah sumber lain).

Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian

Materi Pembelajaran 1

Membentuk Warga Negara yang Demokratis, Beretika, dan Bertanggung Jawab

🎯 Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari modul ini, peserta didik diharapkan mampu:

  • Menjelaskan konsep dan urgensi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebagai mata kuliah pengembangan kepribadian
  • Mengidentifikasi nilai-nilai dasar kewarganegaraan dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara

Wednesday, July 16, 2025

KUIS 13-2 (11 JULI 2025) SUSULAN

 D04,D05,D07,D09,D16,D18,D20,D46,D47

REVIEW MODUL 14

 D02,D04,D10,D12,D15,D23,D24,D26,D28,D30,D35,D47,D50

KUIS 14 (15 JULI 2025) SUSULAN

 D28,D30,D31,D32,D34,D35,D36,D37,D38,D40,D41,D42,D43,D44,D45,D46,D47,D49,D50

KUIS 14 (15 JULI 2025)

D02,D04,D05,D07,D09,D10,D11,D12,D13,D15,D16,D18,D19,D20,D21,D22,D23,D25,D26,D27,

PRESENTASI 15 JULI 2025 (LANJUTAN)

 D09,D13,D17,D22,D45

PRESENTASI 15 JULI 2025

 D05,D09,D13,D16,D17,D21,D22,D31,D37,D41,D42,D44,D45

KUIS 13 (PENGUMPULAN 15 JULI 2025)

 D04,D31,D35,D36,D38,D40,D42,D43,D44,

Monday, July 14, 2025

Pemilu Serentak: Solusi atau Bencana bagi Demokrasi Kita?

Pemilu Serentak: Solusi atau Bencana bagi Demokrasi Kita?

Disusun oleh : Evanjel Joshua D09

Abstrak

Pemilu serentak di Indonesia pertama kali diterapkan pada tahun 2019 sebagai bagian dari upaya efisiensi politik dan penguatan sistem presidensial. Namun, pelaksanaannya menimbulkan berbagai persoalan serius seperti beban kerja penyelenggara yang berlebihan, angka kematian petugas yang tinggi, serta kebingungan pemilih akibat kompleksitas teknis. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis apakah pemilu serentak merupakan solusi efektif untuk memperkuat demokrasi atau justru menjadi bencana tersembunyi dalam sistem demokrasi Indonesia. Dengan pendekatan deskriptif kualitatif, tulisan ini menyajikan data empiris dan pendapat ahli untuk melihat dampak positif dan negatif pemilu serentak.


Kata Kunci: Pemilu Serentak, Demokrasi, Efisiensi Politik, Krisis Penyelenggaraan, Partisipasi Publik


Pendahuluan

Demokrasi Indonesia terus berkembang sejak era reformasi, ditandai dengan pelaksanaan pemilu yang semakin terbuka dan partisipatif. Dalam kerangka memperkuat sistem presidensial, Mahkamah Konstitusi memutuskan agar pemilu legislatif dan pemilu presiden dilaksanakan secara serentak. Tujuannya adalah menciptakan efektivitas pemerintahan dan stabilitas politik. Namun, pelaksanaan pemilu serentak 2019 memunculkan pertanyaan serius: apakah langkah ini benar-benar memperkuat demokrasi, atau justru membahayakan kualitas demokrasi yang kita miliki?


Permasalahan

1. Apakah pemilu serentak memberikan manfaat nyata dalam memperkuat demokrasi di Indonesia?

2. Apa dampak negatif yang muncul akibat penyelenggaraan pemilu serentak secara nasional?

3. Apakah pemilu serentak layak dipertahankan dalam konteks pemilu 2024 dan seterusnya?


Pembahasan

1. Latar Belakang Penerapan Pemilu Serentak

Pemilu serentak dimaksudkan untuk menghindari efek ekor jas (coattail effect) yang terlalu besar terhadap partai tertentu, serta menyederhanakan tahapan pemilu. Konsep ini diadopsi berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-XI/2013 yang menyarankan agar pemilu dilaksanakan serentak guna memperkuat sistem presidensial.


2. Manfaat Pemilu Serentak

Beberapa manfaat yang diharapkan dari pemilu serentak adalah efisiensi anggaran, penguatan legitimasi politik eksekutif, serta mendorong partai politik lebih selektif dalam mengusung calon. Selain itu, pemilih diharapkan lebih rasional dalam menentukan pilihan karena dapat melihat keterkaitan antara calon legislatif dan calon presiden.


3. Dampak Negatif: Keletihan Demokrasi

Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan tantangan besar: pada Pemilu 2019 tercatat lebih dari 800 petugas KPPS meninggal dunia akibat kelelahan. Kompleksitas pemungutan dan penghitungan suara dari lima jenis surat suara (DPR, DPRD provinsi, DPRD kabupaten/kota, DPD, dan Presiden) menjadi beban yang terlalu berat. Ini menandakan adanya kegagalan dalam aspek manajemen pemilu dan perlindungan terhadap hak penyelenggara.


4. Kebingungan Pemilih dan Kualitas Pilihan

Tingkat kerumitan teknis juga berdampak pada kualitas pilihan pemilih. Banyak dari mereka yang tidak memahami sepenuhnya perbedaan fungsi calon legislatif dan calon presiden. Akibatnya, rasionalitas politik bisa menurun dan partisipasi yang semula bermakna menjadi sekadar formalitas memilih.


Kesimpulan

Pemilu serentak adalah kebijakan ambisius yang memiliki niat baik, namun pelaksanaannya masih jauh dari sempurna. Meskipun memiliki potensi memperkuat sistem presidensial dan efisiensi anggaran, dampak negatifnya sangat serius, mulai dari kelelahan administratif hingga kematian penyelenggara dan kebingungan pemilih.


Saran

1. Pemerintah dan DPR perlu mengevaluasi ulang format pemilu serentak, dengan mempertimbangkan model semi-serentak atau bertahap.

2. KPU harus menyesuaikan desain teknis pemilu agar lebih ramah bagi penyelenggara dan pemilih.

3. Pendidikan politik harus diperkuat menjelang pemilu agar pemilih memahami hak dan kewajibannya secara utuh.


Daftar Pustaka

Mahkamah Konstitusi RI. (2013). *Putusan MK No. 14/PUU-XI/2013.

Budiardjo, M. (2008). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Komisi Pemilihan Umum. (2019). Laporan Pelaksanaan Pemilu Serentak 2019.

Haris, S. (2020). Demokrasi dan Pemilu: Dinamika Pemilu Serentak di Indonesia. Jakarta: Puskapol UI.

Tirto.id. (2019). Fakta Tragedi Pemilu 2019 dan Gugurnya Petugas KPPS.


Konflik SARA di Media Sosial Ancaman Nyata bagi Integrasi Bangsa


 Oleh : Okta Salsabila (D04)


ABSTRAK

Konflik SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan) di media sosial merupakan ancaman nyata bagi integrasi bangsa Indonesia. Di era digital, media sosial menjadi ruang utama penyebaran informasi, namun juga memudahkan penyebaran narasi kebencian dan isu SARA yang dapat memicu polarisasi, resistensi, bahkan konflik antar kelompok masyarakat. Penyebaran isu SARA di media sosial kerap kali tidak sesuai fakta, sehingga menimbulkan keresahan, ketakutan, dan kesalahpahaman di tengah masyarakat. Dampak negatif dari konflik SARA meliputi terjadinya kekerasan, diskriminasi, disintegrasi bangsa, hingga terhambatnya pembangunan dan rusaknya citra Indonesia di mata dunia. Selain itu, postingan SARA di media sosial dapat merusak hubungan antar individu maupun kelompok, memperkuat segregasi sosial, dan mengancam persatuan nasional. Untuk menghadapi ancaman ini, diperlukan upaya bersama dari pemerintah, masyarakat, dan media untuk meningkatkan literasi digital, memperkuat narasi kebangsaan yang inklusif, serta menegakkan hukum terhadap penyebaran hoaks dan ujaran kebencian. Dengan pengelolaan yang bijak, media sosial dapat berperan positif dalam menjaga persatuan dalam keragaman Indonesia.

Kata Kunci : SARA (Suku, Agama, Ras, Antargolongan), Indonesia

 

PENDAHULUAN

Indonesia sebagai negara yang kaya akan keberagaman suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) menghadapi tantangan besar dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Keanekaragaman yang seharusnya menjadi kekuatan, justru kerap memicu gesekan dan konflik, terutama ketika isu SARA dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, khususnya media sosial, telah memberikan ruang baru bagi masyarakat untuk berinteraksi dan berbagi informasi secara cepat dan luas. Namun, kemudahan ini juga membawa dampak negatif, seperti maraknya penyebaran informasi yang mengandung unsur SARA, hoaks, dan ujaran kebencian yang dapat memicu ketegangan hingga perpecahan di tengah masyarakat.

Media sosial sering kali menjadi wadah bagi penyebaran isu SARA yang tidak terverifikasi, sehingga menimbulkan keresahan, prasangka, bahkan konflik di dunia nyata. Kurangnya literasi digital dan pemahaman etika bermedia sosial di kalangan masyarakat multietnis Indonesia memperparah situasi ini, sehingga konflik SARA di media sosial menjadi ancaman nyata bagi integrasi bangsa. Oleh karena itu, penting untuk memahami dinamika konflik SARA di media sosial serta upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisasi dampaknya demi menjaga keutuhan bangsa Indonesia.

 

PERMASALAHAN

Konflik SARA di media sosial menimbulkan berbagai permasalahan yang sangat serius bagi integrasi bangsa Indonesia. Salah satu permasalahan utama adalah penyebaran hoaks dan ujaran kebencian yang sering kali mengandung unsur SARA, sehingga memicu prasangka dan permusuhan antar kelompok masyarakat. Selain itu, media sosial juga berpotensi memperkuat polarisasi dan perpecahan sosial, di mana masyarakat terbagi menjadi kelompok-kelompok yang saling bertentangan, sehingga mengancam rasa persatuan dan kebersamaan. Permasalahan lain yang tidak kalah penting adalah kurangnya literasi digital di kalangan pengguna media sosial, sehingga banyak orang mudah terprovokasi dan tanpa sadar ikut menyebarkan konten yang bersifat memecah belah. Konflik SARA yang bermula di dunia maya pun dapat meluas ke dunia nyata, menimbulkan kerusuhan dan tindakan kekerasan yang mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat. Dampak negatif ini juga merusak citra Indonesia sebagai negara yang menjunjung tinggi toleransi dan keberagaman, serta mengancam keutuhan bangsa yang selama ini telah dibangun dengan susah payah. Oleh karena itu, permasalahan konflik SARA di media sosial memerlukan perhatian serius dan penanganan yang tepat agar tidak semakin memperburuk kondisi persatuan nasional.

 

PEMBAHASAN

Konflik SARA di media sosial menjadi persoalan yang sangat kompleks dan berpotensi mengancam integrasi bangsa Indonesia. Media sosial, yang sejatinya dapat menjadi sarana komunikasi dan penyebaran informasi positif, sering kali disalahgunakan untuk menyebarkan konten bernada SARA yang memicu ketegangan dan konflik antar kelompok masyarakat. Penelitian menunjukkan bahwa postingan SARA di media sosial tidak hanya berdampak pada hubungan pertemanan secara virtual, tetapi juga dapat menimbulkan sikap permusuhan dan pemutusan hubungan sosial di dunia nyata. Selain itu, media sosial menjadi arena utama penyebaran hoaks dan ujaran kebencian yang memperkuat polarisasi sosial, sehingga memperlemah persatuan bangsa. Rendahnya literasi digital dan kurangnya pemahaman etika bermedia sosial membuat masyarakat mudah terprovokasi dan ikut menyebarkan konten yang memecah belah. Dalam konteks politik, isu SARA kerap dimanfaatkan untuk memobilisasi massa dan memperkeruh suasana, terutama menjelang pemilu, sehingga menimbulkan konflik horizontal yang membahayakan stabilitas nasional. Oleh karena itu, diperlukan strategi terpadu yang melibatkan pemerintah, tokoh agama, masyarakat, dan pengguna media sosial untuk meningkatkan kesadaran beretika, menegakkan hukum terhadap penyebaran konten provokatif, serta mengedukasi masyarakat agar media sosial dapat berperan sebagai alat pemersatu dalam keberagaman Indonesia. Dengan demikian, pengelolaan media sosial yang bijak menjadi kunci penting dalam menjaga keutuhan dan persatuan bangsa di tengah tantangan konflik SARA.

 

KESIMPULAN

Konflik bernuansa SARA di media sosial merupakan tantangan serius bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, karena media sosial yang seharusnya menjadi sarana komunikasi dan penyebaran informasi positif justru sering disalahgunakan untuk menyebarkan hoaks, ujaran kebencian, dan konten provokatif yang mengandung unsur SARA. Hal ini memperkuat polarisasi sosial, memicu prasangka dan permusuhan antar kelompok, serta berpotensi meluas ke konflik nyata yang mengancam stabilitas dan keutuhan bangsa. Faktor utama yang memperparah kondisi ini adalah rendahnya literasi digital dan kurangnya pemahaman etika bermedia sosial di kalangan masyarakat multietnis Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan upaya terpadu yang melibatkan pemerintah, tokoh agama, masyarakat, dan pengguna media sosial untuk meningkatkan kesadaran beretika, menegakkan hukum terhadap penyebaran konten provokatif, serta mengedukasi masyarakat agar media sosial dapat berfungsi sebagai alat pemersatu dalam keberagaman Indonesia demi menjaga integrasi dan keutuhan bangsa.

 

DAFTAR PUSTAKA

Adri, A. (2024, May 7). Keributan di Tangsel dan Isu SARA di Media yang Meresahkan

Warga. kompas.id. https://www.kompas.id/baca/metro/2024/05/07/keributan-di-tangsel-dan-isu-sara-di-media-yang-meresahkan-warga

Liputan. (2024, December 14). Apa Itu SARA: Pengertian, Jenis, dan Dampaknya Terhadap

Masyarakat. liputan6.com. https://www.liputan6.com/feeds/read/5833892/apa-itu-sara-pengertian-jenis-dan-dampaknya-terhadap-masyarakat

Banua, M. (2023, November 23). Bahaya Politik SARA Terhadap Stabilitas dan Keharmonisan

Masyarakat. Mata Banua Online. https://matabanua.co.id/2023/11/23/bahaya-politik-sara-terhadap-stabilitas-dan-keharmonisan-masyarakat/

Pulau-Pulau yang Hilang: Ancaman Nyata bagi Kedaulatan Indonesia

 

Oleh : Syara Fitria Swambah (D50)


Abstrak

Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki lebih dari 17.000 pulau yang tersebar di sepanjang wilayahnya. Pulau-pulau ini bukan hanya menjadi sumber kekayaan alam dan budaya, tetapi juga sangat menentukan batas kedaulatan wilayah negara. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, fenomena hilangnya pulau-pulau kecil akibat perubahan iklim, abrasi pantai, dan aktivitas manusia semakin meningkat. Hal ini menimbulkan ancaman serius terhadap kedaulatan Indonesia karena dapat menyebabkan berkurangnya wilayah daratan dan bergesernya batas laut teritorial. Artikel ini mengkaji penyebab utama hilangnya pulau, dampaknya terhadap kedaulatan negara, serta strategi mitigasi yang harus dilakukan untuk menjaga keutuhan wilayah Indonesia di masa depan.

Kata Kunci

Pulau hilang, kedaulatan Indonesia, perubahan iklim, abrasi pantai, geopolitik, mitigasi wilayah.

 

Pendahuluan

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, dengan jumlah pulau resmi mencapai lebih dari 17.000. Keberadaan pulau-pulau ini sangat krusial dalam menentukan batas wilayah maritim negara, sekaligus sebagai aset strategis dalam menjaga kedaulatan nasional. Pulau-pulau ini juga menyimpan beragam kekayaan alam dan budaya, serta menjadi tempat tinggal masyarakat pesisir.

Namun, belakangan ini, sejumlah pulau kecil mulai mengalami penyusutan hingga hilang sama sekali. Fenomena ini disebabkan oleh berbagai faktor, terutama perubahan iklim global yang menyebabkan naiknya permukaan air laut, abrasi pantai yang mengikis daratan, dan aktivitas manusia yang tidak berkelanjutan seperti reklamasi ilegal dan penambangan pasir. Hilangnya pulau-pulau kecil ini bukan hanya berdampak pada kerugian ekologis dan sosial, tetapi juga menimbulkan ancaman serius terhadap kedaulatan wilayah negara.

Hilangnya sebuah pulau dapat berimbas pada perubahan batas laut teritorial Indonesia, yang secara langsung memengaruhi hak pengelolaan sumber daya alam dan aspek keamanan nasional. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk memahami fenomena ini, mengkaji dampak yang mungkin timbul, serta mengimplementasikan langkah-langkah mitigasi yang tepat.

 

Permasalahan

Fenomena hilangnya pulau-pulau kecil di wilayah Indonesia menimbulkan beberapa permasalahan penting yang harus segera diantisipasi. Permasalahan utama yang menjadi fokus dalam artikel ini meliputi:

1. Penyebab Hilangnya Pulau-Pulau Kecil: Apa saja faktor utama yang menyebabkan pulau-pulau kecil hilang? Apakah faktor alam, aktivitas manusia, atau kombinasi keduanya?

2. Dampak Hilangnya Pulau terhadap Kedaulatan dan Batas Wilayah: Bagaimana hilangnya pulau-pulau kecil berpengaruh terhadap batas wilayah laut teritorial dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia? Apakah ini mengancam kedaulatan nasional?

3. Upaya Mitigasi dan Strategi Perlindungan: Langkah-langkah apa yang sudah dan perlu dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya untuk mencegah atau meminimalkan hilangnya pulau?

Menjawab pertanyaan-pertanyaan ini sangat penting sebagai dasar untuk merumuskan kebijakan dan tindakan yang efektif dalam menjaga integritas wilayah negara.

 

Pembahasan

1. Penyebab Hilangnya Pulau-Pulau Kecil di Indonesia

Indonesia menghadapi sejumlah faktor yang menyebabkan hilangnya pulau-pulau kecil, antara lain:

a. Perubahan Iklim dan Naiknya Permukaan Laut

Pemanasan global yang terjadi akibat peningkatan gas rumah kaca telah menyebabkan pencairan es di Kutub Utara dan Selatan, yang berakibat pada naiknya permukaan air laut secara global. Menurut data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), rata-rata kenaikan permukaan laut di wilayah Indonesia mencapai sekitar 3-5 mm per tahun. Pulau-pulau kecil yang memiliki ketinggian permukaan yang rendah sangat rentan terhadap genangan air, abrasi, dan bahkan tenggelam.

b. Abrasi dan Erosi Pantai

Gelombang laut, angin, dan aktivitas cuaca ekstrem menyebabkan abrasi pantai yang berkelanjutan. Abrasi ini secara perlahan mengikis garis pantai dan daratan pulau-pulau kecil, mempersempit wilayah daratan dan menyebabkan kerusakan ekosistem pesisir. Abrasi yang tinggi di sejumlah pulau di Kepulauan Riau, Maluku, dan Papua telah menyebabkan beberapa pulau hilang atau mengalami penyusutan signifikan.

c. Aktivitas Manusia

Reklamasi pantai yang tidak terkontrol, penambangan pasir laut, dan pembangunan infrastruktur yang berlebihan menjadi faktor tambahan yang mempercepat hilangnya pulau. Aktivitas ini mengganggu keseimbangan ekosistem pesisir, merusak mangrove dan terumbu karang yang berfungsi sebagai pelindung alami pulau dari abrasi.

d. Degradasi Ekosistem Pesisir

Kerusakan hutan mangrove, terumbu karang, dan vegetasi pantai memperlemah perlindungan alami pulau dari gelombang laut dan badai. Mangrove dan terumbu karang berperan sebagai penyerap energi gelombang dan penahan sedimentasi. Jika ekosistem ini rusak, pulau akan lebih rentan mengalami erosi dan kerusakan fisik.

2. Dampak Hilangnya Pulau terhadap Kedaulatan Indonesia

a. Perubahan Batas Wilayah Laut

Menurut Undang-Undang dan hukum internasional, terutama UNCLOS (United Nations Convention on the Law of the Sea), pulau merupakan elemen penting dalam menentukan batas laut teritorial, Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), dan landas kontinen. Hilangnya pulau dapat menyebabkan bergesernya titik-titik batas laut, yang berpotensi mengurangi luas wilayah pengelolaan sumber daya alam di laut.

b. Ancaman Keamanan dan Kedaulatan

Perubahan batas wilayah yang disebabkan oleh hilangnya pulau bisa dimanfaatkan oleh negara lain untuk mengklaim wilayah yang sebelumnya masuk wilayah Indonesia. Hal ini berpotensi menimbulkan sengketa maritim dan konflik geopolitik. Contohnya, wilayah Natuna yang strategis menghadapi tekanan dari klaim wilayah negara lain di Laut China Selatan.

c. Kerugian Ekonomi dan Sosial

Hilangnya pulau-pulau kecil berarti hilangnya sumber daya alam yang terkandung di dalamnya, termasuk sumber daya perikanan, mineral, dan pariwisata. Selain itu, masyarakat pesisir yang bergantung pada pulau-pulau tersebut sebagai tempat tinggal dan sumber penghidupan akan terdampak secara langsung.

d. Ketidakpastian Hukum Internasional

Hilangnya pulau bisa memicu ketidakpastian hukum dalam penentuan batas wilayah laut. Proses diplomasi dan penyelesaian sengketa menjadi semakin kompleks, dan dapat membuka peluang intervensi asing terhadap wilayah yang disengketakan.

3. Contoh Kasus dan Lokasi Pulau yang Terancam Hilang

a. Pulau-pulau di Kepulauan Riau

Beberapa pulau kecil di Kepulauan Riau mengalami penyusutan akibat abrasi yang dipicu oleh gelombang laut dan aktivitas reklamasi ilegal. Abrasi ini juga mengancam keberlangsungan ekosistem pesisir dan kehidupan masyarakat lokal.

b. Pulau-pulau di Natuna

Natuna merupakan wilayah strategis dengan potensi sumber daya laut yang besar. Namun, kenaikan permukaan laut dan aktivitas pengeboran minyak berpotensi mempercepat degradasi lingkungan dan penyusutan pulau-pulau kecil di sana.

c. Pulau-pulau di Papua dan Maluku

Pulau-pulau kecil di wilayah ini menghadapi ancaman abrasi, terutama akibat kerusakan ekosistem mangrove dan kenaikan permukaan laut. Masyarakat adat di daerah tersebut juga menghadapi risiko kehilangan tempat tinggal dan sumber penghidupan.

4. Upaya Mitigasi dan Strategi Perlindungan

a. Penguatan Kebijakan dan Regulasi

Pemerintah perlu menegakkan hukum secara tegas terhadap aktivitas reklamasi ilegal dan penambangan pasir yang merusak lingkungan. Regulasi yang jelas tentang pengelolaan pulau dan zona pesisir harus diperkuat.

b. Konservasi Ekosistem Pesisir

Rehabilitasi mangrove, terumbu karang, dan vegetasi pantai perlu dilakukan secara masif dan berkelanjutan. Ekosistem ini merupakan pelindung alami pulau dari abrasi dan gelombang laut.

c. Teknologi dan Pemantauan

Pemanfaatan teknologi satelit, drone, dan sistem informasi geografis (GIS) dapat membantu pemerintah memantau perubahan wilayah pulau secara real-time, sehingga respon penanganan dapat lebih cepat dan tepat.

d. Diplomasi dan Kerjasama Internasional

Dalam menghadapi sengketa maritim dan perubahan batas wilayah, Indonesia harus aktif dalam forum internasional untuk mempertahankan klaim wilayah dan memperkuat posisi geopolitiknya.

e. Pemberdayaan Masyarakat Lokal

Masyarakat pesisir harus dilibatkan dalam menjaga lingkungan dan wilayahnya. Pendidikan lingkungan dan pelatihan mitigasi bencana dapat meningkatkan kesadaran dan kapasitas masyarakat.

 

Kesimpulan

Fenomena hilangnya pulau-pulau kecil di Indonesia merupakan ancaman nyata bagi kedaulatan negara. Hilangnya pulau tidak hanya mengakibatkan kerugian ekologis dan sosial, tetapi juga berpotensi menggeser batas wilayah laut dan melemahkan kedaulatan nasional. Upaya mitigasi yang terpadu sangat dibutuhkan, mulai dari penguatan regulasi, konservasi ekosistem, pemanfaatan teknologi, diplomasi internasional, hingga pemberdayaan masyarakat.

Saran

• Pemerintah perlu mempercepat penyusunan dan penegakan regulasi pengelolaan pulau kecil dan wilayah pesisir.

• Rehabilitasi ekosistem pesisir harus menjadi prioritas nasional.

• Teknologi pemantauan harus dimanfaatkan untuk deteksi dini perubahan wilayah.

• Peran diplomasi aktif dalam mempertahankan kedaulatan di forum internasional harus terus ditingkatkan.

• Masyarakat pesisir harus diberdayakan agar dapat berperan serta dalam menjaga dan melestarikan lingkungan pulau-pulau kecil.

 

Referensi

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). (2023). Laporan Dampak Perubahan Iklim di Wilayah Pesisir Indonesia.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI. (2022). Konservasi Ekosistem Pesisir dan Pulau Kecil.

Nugroho, B. (2021). Geopolitik Laut dan Kedaulatan Negara Kepulauan. Jakarta: Pustaka Nasional.

Rahayu, S. (2020). "Perubahan Iklim dan Tantangan Kedaulatan Wilayah Indonesia". Jurnal Ilmu Politik, 12(3), 45-60.

United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS). (1982). International Maritime Law.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). (2024). Data Kenaikan Permukaan Laut di Indonesia.

Identitas Nasional dan Tantangan Modernitas

Identitas Nasional dan Tantangan Modernitas

Disusun oleh : Evanjel Joshua D09


Abstrak

Identitas nasional merupakan elemen penting dalam membangun kesatuan dan keutuhan suatu bangsa. Di tengah derasnya arus modernitas yang ditandai oleh globalisasi, kemajuan teknologi, dan pertukaran budaya lintas negara, identitas nasional menghadapi tantangan serius yang dapat melemahkan jati diri bangsa. Artikel ini bertujuan untuk mengulas makna identitas nasional, mengidentifikasi tantangan-tantangan modernitas yang dihadapi, serta menawarkan strategi untuk mempertahankan dan memperkuat identitas nasional di era modern. Melalui pendekatan deskriptif-kualitatif, tulisan ini menyimpulkan bahwa penguatan pendidikan karakter, pelestarian budaya, dan kebijakan negara yang berorientasi pada nilai-nilai lokal menjadi kunci dalam menjaga identitas bangsa.


Kata Kunci: Identitas nasional, modernitas, globalisasi, budaya, karakter bangsa


Pendahuluan

Identitas nasional merupakan cerminan dari jati diri suatu bangsa yang mencakup nilai-nilai, budaya, bahasa, sejarah, dan simbol-simbol kebangsaan. Identitas ini menjadi perekat dalam membangun solidaritas sosial dan menjaga kedaulatan bangsa di tengah keberagaman. Namun, pada era modern yang penuh dengan perubahan cepat, seperti globalisasi ekonomi, kemajuan teknologi, serta pengaruh budaya asing, identitas nasional mulai mengalami pergeseran bahkan krisis.


Indonesia sebagai negara multikultural dengan beragam suku, agama, dan budaya memiliki tantangan tersendiri dalam menjaga identitas nasionalnya. Dalam konteks ini, penting untuk menelaah bagaimana modernitas mempengaruhi identitas nasional dan bagaimana bangsa Indonesia dapat merespons tantangan tersebut secara bijak.


Permasalahan

1. Apa pengertian dan peran identitas nasional bagi suatu bangsa?

2. Apa saja tantangan modernitas yang dapat mengikis identitas nasional?

3. Bagaimana solusi untuk menjaga dan memperkuat identitas nasional di era modern?


Pembahasan

1. Pengertian Identitas Nasional

Identitas nasional adalah kesadaran kolektif mengenai kebersamaan dalam suatu bangsa yang terbentuk dari sejarah, bahasa, budaya, ideologi, dan simbol-simbol nasional. Di Indonesia, identitas nasional termanifestasi dalam Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, Bahasa Indonesia, dan semangat persatuan dalam keberagaman.


2. Tantangan Modernitas

Modernitas membawa sejumlah tantangan terhadap identitas nasional, antara lain:

Globalisasi budaya: Budaya asing yang mudah diakses melalui media sosial dan internet kerap menggantikan budaya lokal, terutama di kalangan generasi muda.

Konsumerisme dan individualisme: Nilai-nilai tradisional seperti gotong royong mulai tergeser oleh gaya hidup modern yang lebih mementingkan kepentingan pribadi.

Kemajuan teknologi: Teknologi membawa dampak ambivalen; di satu sisi memudahkan kehidupan, namun di sisi lain dapat mengikis nilai-nilai budaya lokal.


3. Strategi Menjaga Identitas Nasional

Untuk menghadapi tantangan tersebut, beberapa strategi yang bisa dilakukan antara lain:

Penguatan pendidikan karakter melalui kurikulum yang menanamkan nilai-nilai kebangsaan dan kebudayaan lokal.

Pelestarian budaya lokal melalui seni, musik, bahasa daerah, dan adat istiadat.

Kebijakan pemerintah yang mendukung kearifan lokal dan membatasi penetrasi budaya asing yang merusak nilai-nilai nasional.

Pemanfaatan media digital untuk menyebarkan konten yang memperkuat identitas nasional dengan cara yang menarik bagi generasi muda.


Kesimpulan

Identitas nasional adalah fondasi penting dalam menjaga keutuhan bangsa. Tantangan modernitas yang kompleks seperti globalisasi dan perkembangan teknologi menuntut bangsa Indonesia untuk lebih proaktif dalam melestarikan nilai-nilai identitasnya. Upaya bersama dari pemerintah, masyarakat, dan institusi pendidikan sangat dibutuhkan untuk menanamkan kembali semangat kebangsaan yang adaptif namun tetap berakar pada nilai-nilai lokal.


Saran

1. Pemerintah perlu memperkuat regulasi yang mendukung budaya nasional dan menyeimbangkan pengaruh budaya asing.

2. Lembaga pendidikan sebaiknya menjadi pusat pembentukan karakter kebangsaan sejak usia dini.

3. Generasi muda diharapkan lebih selektif dalam mengonsumsi budaya asing dan aktif mempromosikan kekayaan budaya lokal di media sosial.


Daftar Pustaka

  • Haryatmoko. (2017). Etika Politik dan Kekuasaan. Jakarta: Gramedia.
  • Koentjaraningrat. (2009). Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia.
  • Suryadinata, Leo. (2015). Identitas Nasional dan Etnisitas di Indonesia. Jakarta: LP3ES.
  • Tilaar, H.A.R. (2004). Multikulturalisme: Tantangan-Tantangan Global Masa Depan dalam Transformasi Pendidikan Nasional. Jakarta: Grasindo.
  • Wahid, Abdurrahman. (2001). Ilusi Negara Islam. Jakarta: The Wahid Institute.

Peran Konstitusi dalam Membangun Negara yang Kuat

Peran Konstitusi dalam Membangun Negara yang Kuat

Disusun oleh : Evanjel Joshua D09

Abstrak

Konstitusi merupakan fondasi utama dalam sistem ketatanegaraan sebuah negara. Keberadaannya menjadi pedoman dalam menjalankan pemerintahan, mengatur kekuasaan, serta menjamin hak-hak warga negara. Artikel ini membahas peran penting konstitusi dalam membangun negara yang kuat dari segi hukum, politik, dan sosial. Dengan meninjau fungsi, prinsip, dan penerapan konstitusi, diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang bagaimana konstitusi menjadi alat fundamental dalam menciptakan stabilitas, legitimasi pemerintahan, serta perlindungan hak asasi manusia.


Kata Kunci: Konstitusi, Negara Kuat, Hukum, Stabilitas Politik, Pemerintahan


Pendahuluan

Negara yang kuat bukan hanya diukur dari kekuatan militer atau ekonomi, tetapi juga dari seberapa kokoh sistem hukumnya. Di sinilah konstitusi berperan penting. Konstitusi bukan sekadar dokumen hukum tertinggi, melainkan juga simbol kedaulatan rakyat dan dasar keberlangsungan negara. Dalam konteks Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945 menjadi konstitusi yang membimbing kehidupan berbangsa dan bernegara. Pemahaman mendalam tentang fungsi konstitusi sangat penting, terutama bagi generasi muda dan mahasiswa, agar mereka mampu turut menjaga dan menegakkan nilai-nilai konstitusional.


Permasalahan

1. Mengapa konstitusi memiliki peran penting dalam membangun negara yang kuat?

2. Bagaimana penerapan konstitusi dapat memperkuat stabilitas dan legitimasi negara?

3. Apa tantangan utama dalam implementasi konstitusi di negara berkembang seperti Indonesia?


Pembahasan

1. Konstitusi sebagai Dasar Hukum Tertinggi

Konstitusi memberikan batasan serta arah bagi penyelenggaraan kekuasaan. Segala kebijakan dan peraturan harus mengacu pada konstitusi agar tidak terjadi penyalahgunaan kekuasaan. Dengan konstitusi, kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif memiliki porsi dan fungsi yang seimbang.

2. Menjamin Hak dan Kebebasan Warga Negara

Konstitusi menjamin hak-hak dasar setiap individu, seperti hak untuk hidup, kebebasan berpendapat, dan hak mendapatkan keadilan. Jaminan ini menjadi fondasi penting bagi negara yang demokratis dan beradab.

3. Menopang Stabilitas dan Legitimasi Politik

Negara dengan sistem konstitusional yang jelas dan dihormati akan lebih stabil secara politik. Konstitusi membangun kepercayaan antara rakyat dan pemerintah karena menjadi kontrak sosial yang disepakati bersama.


4. Tantangan dalam Pelaksanaan Konstitusi

Meski peran konstitusi sangat penting, implementasinya sering kali menghadapi tantangan seperti politisasi hukum, rendahnya literasi hukum di masyarakat, dan lemahnya penegakan hukum. Hal ini bisa menghambat terciptanya negara yang kuat.


Kesimpulan

Konstitusi memiliki peran sentral dalam membangun negara yang kuat. Ia bukan hanya sebagai sumber hukum tertinggi, tetapi juga sebagai alat untuk menjaga keadilan, stabilitas, dan legitimasi pemerintahan. Tanpa konstitusi yang dihormati dan dijalankan secara konsisten, negara akan rentan terhadap krisis hukum dan politik.

Saran

Diperlukan pendidikan konstitusional sejak dini agar masyarakat memahami pentingnya peran konstitusi. Pemerintah juga harus menjamin pelaksanaan konstitusi secara konsisten, adil, dan bebas dari intervensi politik. Penegakan hukum yang tegas dan independen menjadi kunci penting dalam mewujudkan negara yang kuat dan demokratis.


Daftar Pustaka

  • Asshiddiqie, Jimly. (2006). Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara. Jakarta: Konstitusi Press.
  • Mahfud MD. (2009). Politik Hukum di Indonesia. Jakarta: LP3ES.
  • Soehino. (2014). Ilmu Negara. Yogyakarta: Liberty.
  • Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
  • Wahid, M. & Pranoto, H. (2017). Hukum Konstitusi Indonesia. Malang: Setara Press.

Tugas Mandiri 07

Judul Tugas: Ringkasan Pasal-Pasal Penting UUD 1945 Terkait Sistem Pemerintahan ( Kelompok ) Tujuan Pembelajaran: Mahasiswa mampu: M...