Pancasila dan Radikalisme: Upaya Menjaga Keutuhan Ideologi Bangsa
Abstrak
Pancasila,
sebagai dasar negara Indonesia, memiliki peran sentral dalam menjaga keutuhan
ideologi bangsa di tengah ancaman radikalisme. Radikalisme, yang ditandai oleh
sikap ekstrem dan penolakan terhadap tatanan sosial yang ada, dapat memicu
konflik dan kekerasan yang merusak persatuan bangsa. Dalam konteks ini,
penguatan nilai-nilai Pancasila menjadi langkah strategis untuk menangkal paham
radikal dan ekstremis yang berkembang di masyarakat.
Upaya
menjaga keutuhan ideologi bangsa melalui Pancasila melibatkan beberapa
pendekatan. Pertama, pendidikan ideologi Pancasila di lingkungan sekolah dan
masyarakat dapat menanamkan nilai-nilai toleransi, kemanusiaan, dan persatuan
yang terkandung dalam sila-sila Pancasila. Ini penting untuk membentuk generasi
muda yang memahami dan menghargai keberagaman budaya dan agama di Indonesia.
Kedua, dialog antaragama dan sosialisasi nilai-nilai moderat dapat mengurangi
ketegangan sosial dan mencegah munculnya konflik berbasis agama.
Selain
itu, Pancasila mendorong kedaulatan nasional dan ketahanan terhadap pengaruh
asing yang dapat memperburuk situasi radikalisasi. Dengan menekankan pentingnya
demokrasi dan keadilan sosial, Pancasila menciptakan ruang bagi diskusi
konstruktif yang dapat mengalihkan frustrasi individu dari tindakan radikal
menuju partisipasi positif dalam proses politik. Oleh karena itu, penguatan
ideologi Pancasila tidak hanya berfungsi sebagai penangkal radikalisme tetapi
juga sebagai fondasi untuk membangun masyarakat yang adil, damai, dan
berkeadaban.
Dalam
implementasinya, pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk
mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila ke dalam berbagai aspek kehidupan. Ini
termasuk mengembangkan kurikulum pendidikan yang lebih komprehensif,
meningkatkan kesadaran masyarakat melalui kampanye sosial, dan mempromosikan
partisipasi masyarakat dalam kegiatan kemasyarakatan yang berbasis pada
prinsip-prinsip Pancasila. Selain itu, lembaga-lembaga negara seperti lembaga
pendidikan, media, dan institusi agama harus berperan aktif dalam menyebarkan
dan memperkuat nilai-nilai Pancasila.
Penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) juga dapat dimanfaatkan untuk
menyebarkan pesan-pesan positif dan counter-narasi terhadap paham radikal.
Media sosial, misalnya, dapat dijadikan platform untuk mempromosikan toleransi,
kesetaraan, dan persatuan, sehingga mengurangi pengaruh propaganda radikal yang
seringkali menyebar melalui saluran yang sama.
Selanjutnya,
peran keluarga dan masyarakat juga sangat krusial dalam mencegah radikalisasi.
Keluarga sebagai unit dasar masyarakat harus memastikan bahwa nilai-nilai
Pancasila ditanamkan sejak dini kepada anak-anak, sehingga mereka tumbuh
menjadi individu yang toleran, berempati, dan menghargai keberagaman.
Masyarakat, di sisi lain, dapat mengembangkan program-program komunitas yang
mempromosikan kesadaran dan partisipasi warga dalam menjaga keutuhan sosial.
Secara
keseluruhan, Pancasila berperan sebagai pilar utama dalam mempertahankan
keutuhan ideologi bangsa Indonesia dengan memberikan kerangka moral dan etis
yang kuat untuk menghadapi tantangan radikalisme di era modern ini. Dengan
mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila ke dalam berbagai aspek kehidupan,
memanfaatkan teknologi, dan memperkuat peran keluarga dan masyarakat, Indonesia
dapat membangun masyarakat yang lebih harmonis, inklusif, dan tahan terhadap
ancaman radikalisme.
Pendahuluan
Pancasila, sebagai dasar negara Indonesia, bukan hanya sekadar
rumusan filosofis, tetapi juga merupakan panduan hidup bagi seluruh rakyat
Indonesia. Lima sila yang terkandung dalam Pancasila mencerminkan nilai-nilai
luhur yang menjadi identitas bangsa, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan
yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh
Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta Keadilan Sosial
bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Dalam konteks keberagaman budaya, agama, dan
suku bangsa di Indonesia, Pancasila berfungsi sebagai perekat yang menyatukan
perbedaan dan menciptakan harmoni sosial.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia menghadapi
tantangan serius berupa radikalisme. Radikalisme dapat didefinisikan sebagai
paham atau tindakan yang menginginkan perubahan sosial secara drastis, seringkali
melalui cara-cara kekerasan dan ekstremisme. Paham ini dapat muncul dari
berbagai latar belakang ideologi, termasuk politik dan agama. Ancaman
radikalisme tidak hanya merusak tatanan sosial tetapi juga dapat mengancam
keutuhan negara dan keselamatan masyarakat. Dalam situasi seperti ini, penting
untuk memahami bagaimana Pancasila dapat berfungsi sebagai alat untuk menangkal
paham radikal dan mempertahankan keutuhan ideologi bangsa.
Salah satu tantangan terbesar dalam menghadapi radikalisasi adalah
penyebaran informasi yang cepat melalui media sosial dan platform digital
lainnya. Informasi yang tidak terverifikasi dan propaganda ekstremis dapat
dengan mudah menjangkau kalangan muda yang rentan. Oleh karena itu, penting
untuk mengedukasi generasi muda tentang nilai-nilai Pancasila agar mereka dapat
mengenali dan menolak paham-paham yang bertentangan dengan prinsip-prinsip
dasar negara. Pendidikan menjadi salah satu kunci utama dalam membangun
kesadaran akan pentingnya toleransi, penghargaan terhadap perbedaan, serta
semangat persatuan di kalangan masyarakat.
Dalam konteks pendidikan, pengintegrasian nilai-nilai Pancasila ke
dalam kurikulum sekolah sangatlah penting. Kurikulum yang berbasis pada
Pancasila tidak hanya akan mendidik siswa tentang sejarah dan makna Pancasila
tetapi juga mengajarkan mereka untuk menerapkan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupan sehari-hari. Selain itu, pelibatan orang tua dan masyarakat dalam
proses pendidikan juga menjadi faktor penting untuk memastikan bahwa
nilai-nilai Pancasila tertanam kuat dalam diri generasi muda.
Dialog antaragama juga merupakan strategi efektif untuk mencegah
radikalisasi. Dalam masyarakat yang plural seperti Indonesia, dialog antaragama
dapat menciptakan saling pengertian dan menghormati perbedaan keyakinan.
Melalui kegiatan dialog ini, individu dari berbagai latar belakang dapat
berbagi pengalaman dan pandangan mereka tentang toleransi dan kerukunan.
Kegiatan semacam ini dapat membantu mengurangi ketegangan sosial yang
seringkali menjadi pemicu konflik.
Selain itu, peran media massa dalam menyebarkan informasi positif
mengenai Pancasila juga sangat penting. Media memiliki kekuatan untuk membentuk
opini publik dan mempengaruhi sikap masyarakat terhadap isu-isu tertentu.
Dengan mempromosikan cerita-cerita inspiratif tentang keberagaman dan persatuan
di Indonesia serta menyoroti inisiatif-inisiatif positif yang mendukung
nilai-nilai Pancasila, media dapat berkontribusi dalam membangun kesadaran
kolektif akan pentingnya menjaga keutuhan ideologi bangsa.
Keluarga juga memiliki peran sentral dalam membentuk karakter
anak-anak. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga adalah tempat
pertama di mana anak-anak belajar tentang nilai-nilai moral dan etika. Oleh
karena itu, penting bagi orang tua untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila sejak
dini kepada anak-anak mereka agar mereka tumbuh menjadi individu yang toleran
dan menghargai perbedaan.
Dengan memahami berbagai aspek ini, kita dapat melihat bahwa upaya
menjaga keutuhan ideologi bangsa melalui Pancasila adalah tanggung jawab
bersama antara pemerintah, masyarakat, lembaga pendidikan, media massa, serta
keluarga. Setiap elemen memiliki perannya masing-masing dalam menciptakan
lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan nilai-nilai Pancasila di tengah
ancaman radikalisme.
Melalui artikel ini diharapkan aka nada penjelasan mendalam tentang
bagaimana implementasi nilai-nilai Pancasila dapat dilakukan secara efektif
untuk mencegah radikalisasi di kalangan masyarakat Indonesia. Dengan demikian,
kita tidak hanya menjaga keutuhan ideology bangsa tetapi juga membangun masa
depan yang lebih baik bagi generasi mendatang sebuah masa depan di mana
Indonesia tetap berdiri kokoh sebagai bangsa yang bersatu dalam keberagaman.
Kesadaran kolektif akan pentingnya Pancasila perlu ditumbuhkan
melalui berbagai kegiatan social dan budaya yang melibatkan seluruh lapisan
masyarakat. Dapat dipastikan bahwa nilai-nilai Pancasila tidak hanya dipahami
secara teoritis tetapi juga diterapkan secara praktis dalam kehidupan
sehari-hari. Ini merupakan fundamental menuju terciptanya masyarakat Indonesia
yang damai, sejahtera, dan berkeadaban tinggi di tengah tantangan globalisasi
dan radikalisasi pada saat ini.
Permasalahan
1. Pengaruh Radikalisme terhadap Persatuan
Bangsa
Radikalisme telah menjadi salah satu ancaman terbesar bagi
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Paham-paham radikal yang ekstrem dan
kekerasan yang dihasilkannya dapat memecah belah masyarakat dan mengancam
keutuhan negara. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui bagaimana Pancasila
dapat digunakan sebagai alat untuk menangkal paham radikal dan mempertahankan
keutuhan ideologi bangsa.
2. Kurangnya Pendidikan tentang Pancasila
Pendidikan tentang Pancasila di kalangan masyarakat, terutama di
kalangan generasi muda, masih sangat kurang. Kurikulum pendidikan yang tidak
memadai dan kurangnya pelibatan orang tua serta masyarakat dalam proses
pendidikan telah menyebabkan banyak individu yang tidak memahami dan menghargai
nilai-nilai Pancasila. Hal ini memungkinkan paham-paham radikal untuk menyebar
dengan mudah.
3. Ketidakharmonisan Sosial
Ketegangan sosial yang disebabkan oleh perbedaan agama, suku, dan
budaya masih merupakan masalah yang kompleks di Indonesia. Dialog antaragama
yang kurang intensif dan kurangnya kesadaran tentang pentingnya toleransi telah
memicu konflik dan ketegangan sosial yang dapat digunakan oleh paham radikal
untuk memperkuat posisinya.
4. Pengaruh Media Sosial
Media sosial telah menjadi platform yang sangat efektif untuk
menyebarluaskan informasi. Namun, seringkali informasi yang tidak terverifikasi
dan propaganda ekstremis dapat menyebar dengan cepat melalui media sosial,
memicu emosi dan meningkatkan kemungkinan individu untuk terlibat dalam
paham-paham radikal.
5. Kurangnya Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat dalam menjaga keutuhan ideologi bangsa masih
sangat rendah. Banyak individu yang tidak merasa memiliki tanggung jawab untuk
menjaga keutuhan sosial dan keamanan negara. Hal ini memungkinkan paham-paham
radikal untuk menyebar dan berkembang tanpa adanya penangkal yang efektif.
6. Kurangnya Kebijakan Publik yang Efektif
Kebijakan publik yang tidak memadai telah menjadi salah satu
penyebab utama kegagalan dalam menangkal radikalisme. Kebijakan yang tidak
berbasis pada prinsip-prinsip Pancasila dan tidak memperkuat identitas nasional
telah mengurangi efektivitas penangkal radikalisme.
7. Pengaruh Globalisasi
Globalisasi telah membawa banyak pengaruh budaya asing yang sering
kali bertentangan dengan nilai-nilai lokal. Hal ini telah meningkatkan risiko
terjadinya radikalisasi dan membutuhkan upaya yang lebih intensif untuk
memperkuat identitas nasional melalui pendidikan kebangsaan.
Dengan
memahami permasalahan-permasalahan ini, kita dapat melihat bahwa upaya menjaga
keutuhan ideologi bangsa melalui Pancasila adalah sangat kompleks dan
membutuhkan kerja sama dari semua pihak. Oleh karena itu, penting untuk
mengembangkan strategi yang efektif untuk menghadapi ancaman radikalisme dan
mempertahankan keutuhan ideologi bangsa Indonesia.
Pembahasan
1. Pengaruh Radikalisme terhadap Persatuan
Bangsa
Radikalisme telah menjadi salah satu
ancaman terbesar bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Paham-paham
radikal yang ekstrem dan kekerasan yang dihasilkannya dapat memecah belah
masyarakat dan mengancam keutuhan negara. Oleh karena itu, penting untuk
mengetahui bagaimana Pancasila dapat digunakan sebagai alat untuk menangkal
paham radikal dan mempertahankan keutuhan ideologi bangsa.
Pancasila, sebagai dasar negara
Indonesia, mencerminkan nilai-nilai luhur yang menjadi identitas bangsa. Lima
sila yang terkandung dalam Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang
Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta Keadilan
Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, merupakan kerangka moral dan etis yang
kuat untuk menghadapi tantangan radikalisme.
Dalam konteks ini, pendidikan
ideologi Pancasila menjadi langkah strategis untuk menangkal paham radikal.
Pendidikan yang berbasis pada Pancasila tidak hanya akan mendidik siswa tentang
sejarah dan makna Pancasila tetapi juga mengajarkan mereka untuk menerapkan
nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, generasi
muda yang lebih memahami dan menghargai keberagaman budaya dan agama di
Indonesia akan lebih sulit terpengaruh oleh paham-paham radikal.
2. Kurangnya Pendidikan tentang Pancasila
Pendidikan tentang Pancasila di
kalangan masyarakat, terutama di kalangan generasi muda, masih sangat kurang.
Kurikulum pendidikan yang tidak memadai dan kurangnya pelibatan orang tua serta
masyarakat dalam proses pendidikan telah menyebabkan banyak individu yang tidak
memahami dan menghargai nilai-nilai Pancasila. Hal ini memungkinkan paham-paham
radikal untuk menyebar dengan mudah.
Untuk mengatasi masalah ini, perlu
dilakukan revisi kurikulum pendidikan yang lebih komprehensif. Kurikulum yang
berbasis pada Pancasila harus mencakup materi yang mendalam tentang sejarah,
makna, dan implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, pelibatan orang tua dan masyarakat dalam proses pendidikan juga
sangat penting. Dengan demikian, nilai-nilai Pancasila dapat tertanam kuat
dalam diri generasi muda.
3. Ketidakharmonisan Sosial
Ketegangan sosial yang disebabkan
oleh perbedaan agama, suku, dan budaya masih merupakan masalah yang kompleks di
Indonesia. Dialog antaragama yang kurang intensif dan kurangnya kesadaran
tentang pentingnya toleransi telah memicu konflik dan ketegangan sosial yang
dapat digunakan oleh paham radikal untuk memperkuat posisinya.
Untuk mengurangi ketegangan sosial,
dialog antaragama harus dilakukan secara intensif. Kegiatan dialog antaragama
dapat menciptakan saling pengertian dan menghormati perbedaan keyakinan.
Melalui kegiatan dialog ini, individu dari berbagai latar belakang dapat
berbagi pengalaman dan pandangan mereka tentang toleransi dan kerukunan.
Kegiatan semacam ini dapat membantu mengurangi ketegangan sosial yang
seringkali menjadi pemicu konflik.
4. Pengaruh Media Sosial
Media sosial telah menjadi platform
yang sangat efektif untuk menyebarluaskan informasi. Namun, seringkali
informasi yang tidak terverifikasi dan propaganda ekstremis dapat menyebar
dengan cepat melalui media sosial, memicu emosi dan meningkatkan kemungkinan
individu untuk terlibat dalam paham-paham radikal.
Untuk mengatasi masalah ini, penting
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya memverifikasi
informasi sebelum menyebarluaskannya. Media sosial juga harus berperan aktif
dalam menyebarkan informasi positif yang mendukung nilai-nilai Pancasila.
Dengan demikian, individu dapat lebih mudah mengenali dan menolak paham-paham
yang bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar negara.
5. Kurangnya Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat dalam menjaga
keutuhan ideologi bangsa masih sangat rendah. Banyak individu yang tidak merasa
memiliki tanggung jawab untuk menjaga keutuhan sosial dan keamanan negara. Hal
ini memungkinkan paham-paham radikal untuk menyebar dan berkembang tanpa adanya
penangkal yang efektif.
Untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat, perlu dilakukan kampanye sosial yang intensif. Kampanye sosial
dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga keutuhan
ideologi bangsa. Selain itu, program-program pembangunan sosial yang berbasis
pada prinsip-prinsip Pancasila juga perlu diperkuat agar masyarakat merasa
memiliki tanggung jawab bersama dalam menciptakan lingkungan yang aman dan
harmonis.
6. Kurangnya Kebijakan Publik yang Efektif
Kebijakan publik yang tidak memadai
telah menjadi salah satu penyebab utama kegagalan dalam menangkal radikalisme.
Kebijakan yang tidak berbasis pada prinsip-prinsip Pancasila dan tidak
memperkuat identitas nasional telah mengurangi efektivitas penangkal
radikalisme.
Untuk mengatasi masalah ini, perlu
dilakukan revisi kebijakan publik yang lebih komprehensif. Kebijakan yang
berbasis pada prinsip-prinsip Pancasila harus mencakup program-program
pembangunan sosial, pendidikan, dan kampanye sosial yang intensif. Dengan
demikian, masyarakat dapat lebih mudah terlibat dalam menjaga keutuhan ideologi
bangsa dan mengurangi kemungkinan terjadinya radikalisasi.
7. Pengaruh Globalisasi
Globalisasi telah membawa banyak
pengaruh budaya asing yang sering kali bertentangan dengan nilai-nilai lokal.
Hal ini telah meningkatkan risiko terjadinya radikalisasi dan membutuhkan upaya
yang lebih intensif untuk memperkuat identitas nasional melalui pendidikan
kebangsaan.
Untuk mengatasi masalah ini, perlu
dilakukan pendidikan kebangsaan yang lebih intensif. Pendidikan kebangsaan
harus mampu menanamkan rasa cinta tanah air serta kesadaran akan pentingnya
menjaga keutuhan ideologi bangsa di kalangan generasi muda. Dengan demikian,
individu dapat lebih mudah mengenali dan menolak paham-paham yang bertentangan
dengan prinsip-prinsip dasar negara.
Dengan memahami berbagai aspek ini,
kita dapat melihat bahwa upaya menjaga keutuhan ideologi bangsa melalui
Pancasila adalah sangat kompleks dan membutuhkan kerja sama dari semua pihak.
Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan strategi yang efektif untuk
menghadapi ancaman radikalisme dan mempertahankan keutuhan ideologi bangsa
Indonesia. Dengan demikian, kita tidak hanya menjaga keutuhan ideologi bangsa
tetapi juga membangun masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang sebuah
masa depan di mana Indonesia tetap berdiri kokoh sebagai bangsa yang bersatu
dalam keberagaman.
Kesimpulan
Pancasila
sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia memiliki peran
sentral dalam menjaga keutuhan ideologi bangsa, terutama dalam menghadapi
tantangan radikalisme. Berikut adalah kesimpulan yang dapat diambil dari
analisis mengenai Pancasila dan radikalisme:
1. Pentingnya Pancasila: Pancasila tetap relevan
dalam konteks hukum modern dan sangat penting untuk diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai seperti keadilan sosial, hak asasi manusia,
dan persatuan Indonesia masih sangat penting dalam menjaga keutuhan dan identitas
bangsa Indonesia.
2. Implementasi
Nilai-nilai Pancasila: Implementasi nilai-nilai Pancasila dalam praktik
kehidupan sehari-hari masih merupakan tantangan besar. Perlu ada program
pendidikan yang efektif untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya
nilai-nilai tersebut serta contoh konkret penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Keterlibatan Masyarakat: Keterlibatan masyarakat
dalam penyelenggaraan negara sangat penting untuk memastikan bahwa nilai-nilai
Pancasila dapat diterapkan secara efektif. Pemerintah dan lembaga terkait perlu
menciptakan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam proses pengambilan
keputusan politik.
4. Dampak Radikalisme: Radikalisme telah
menjadi isu utama dalam proses perjalanan kehidupan bangsa paska reformasi.
Ancaman radikalisme dapat diatasi dengan memperkuat Pancasila sebagai sistem
nilai dan sistem negara, serta dengan pembentukan standar kriteria dan
validitas nilai yang dapat dipercaya dan diakui oleh seluruh lapisan masyarakat.
Saran
1. Pendidikan Pancasila: Perlu dilakukan
pendidikan yang efektif untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya
nilai-nilai Pancasila serta contoh konkret penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari. Program pendidikan ini harus mencakup semua lapisan masyarakat,
termasuk anak-anak, remaja, dewasa, dan lansia.
2. Keterlibatan
Masyarakat: Pemerintah
dan lembaga terkait harus menciptakan ruang bagi masyarakat untuk
berpartisipasi aktif dalam proses pengambilan keputusan politik. Hal ini dapat
dilakukan melalui forum-forum diskusi, konsultasi publik, atau platform digital
yang memungkinkan masyarakat menyampaikan pendapat mereka.
3. Evaluasi dan Perbaikan
Implementasi:
Evaluasi terhadap implementasi nilai-nilai Pancasila harus dilakukan secara
sistematis untuk memastikan bahwa semua aspek dari implementasi tersebut
berjalan dengan baik. Indikator keberhasilan seperti tingkat partisipasi
masyarakat dalam pemilu, kualitas pelayanan publik, serta penegakan hukum harus
digunakan untuk menilai efektivitas implementasi nilai-nilai Pancasila.
4. Integrasi dengan Hukum
Internasional: Perlu
dilakukan kajian lebih lanjut untuk memastikan bahwa Pancasila dapat
diintegrasikan dengan prinsip-prinsip hukum internasional. Hal ini penting
untuk memastikan bahwa nilai-nilai Pancasila tidak bertentangan dengan norma-norma
hukum internasional.
Daftar Pustaka
1.
Ali, A. S. (2009). Negara Pancasila: Jalan Kemaslahatan
Berbangsa. Jakarta: LP3ES.
2.
Azra, A. (2009). Pancasila Universitas Gadjah Mada.
3.
Kaelan, (2015). Gerakan Fundamentalisme pada Dasarnya
Menggunakan Dalil Ayat Al- sebagai Pembenar.
4.
Gatra, (2017). Gelombang Revolusi yang Melanda Timur
Tengah dan Afrika Utara atau yang Dikenal dengan Arab Spring.
5.
LaKIP, (2010-2011). Survei tentang Radikalisme dan
Intoleransi terhadap 1.520 Responden.
6.
Dr. Arqom Kuswanjono, Fakultas Filsafat UGM, (2019).
Implementasi Pancasila dalam Kegiatan Peningkatan Pemahaman Hak Konstitusional
Warga Negara bagi Pengurus dan Anggota Organisasi Buruh/Serikat Pekerja.
7.
Muhammad Yamin, (Pengertian Pancasila secara Etimologis).
8.
Subagyo, A. (2020). Implementasi Pancasila Dalam
Menangkal Intoleransi, Radikalisme, dan Terorisme. Jurnal Rontal Keilmuan PKN.
9.
Dewantara, A. (2015). Pancasila Sebagai Pondasi
Pendidikan Agama di Indonesia. Jurnal Civis Universitas PGRI Semarang.
10. Dewantara, A. (2019).
Radikalisme Agama Dalam Konteks Indonesia Yang Agamis dan Berpancasila. Jurnal
Pendidikan Agama Katolik.
11. Etikasari &
Listyaningsih, (2018). Persepsi Mahasiswa Program Studi S1 PPKN Universitas
Surabaya Terhadap Wacana Intoleransi di Media Sosial. Kajian Moral dan
Kewarganegeraan.
12. Fadly, A. (2016). Gerakan
Radikalisme Agama. Persepktif Ilmu Sosial.
13. Faiqah & Pransiska,
(2018). Radikalisme Islam Vs Moderasi Islam: Upaya Membangun Komunitas yang
Harmonis.
14. Khoir, A. (2021).
Radikalisme dan Aparatur Sipil Negara: Faktor Penyebab dan Dampaknya.
15. Solang, C. (2019). Peran MA/Ponpes
dan Perguruan Tinggi dalam Menangkal Radikalisme.
16. Sugiono, (2015). Metode
Penelitian Kombinasi (Mixed Methods).
17. Sugiyono, (2015). Metode
Penelitian Pendidikan.
18. Sukardi, (2015).
Metodologi Penelitian Pendidikan.
19. Sukarno, (2007). Revolusi
Indonesia: Nasionalisme, Marhaen, dan Pancasila.
20. Supriadi, dkk., (2020).
Intoleransi dan Radikalisme Agama: Analisis Komparatif.
21. https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jk/article/download/23538/pdf
22. https://pusdik.mkri.id/materi/materi_93_Reaktualisasi%20dan%20Implementasi%20Nilai-Nilai%20Pancasila_Dr.%20Arqom.pdf
23. http://repository.unsoed.ac.id/14741/9/DAFTAR%20PUSTAKA-Elisa%20Teresa%20Sianturi-F1A017082-Skripsi-2022.pdf
24. https://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/21455/DAFTAR%20PUSTAKA.pdf?isAllowed=y&sequence=7
25. https://binus.ac.id/character-building/pancasila/implementasi-pancasila-sebagai-dasar-kehidupan-bersama-di-indonesia/
26. https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/gk/article/download/16167/8109
27. https://journal.upy.ac.id/index.php/pkn/article/download/1452/pdf
28. https://idr.uin-antasari.ac.id/12938/9/DAFTAR%20PUSTAKA.pdf
No comments:
Post a Comment