Thursday, October 3, 2024

Pancasila dan Radikalisme: Upaya Menjaga Keutuhan Ideologi Bangsa

 Pancasila dan Radikalisme: Upaya Menjaga Keutuhan Ideologi Bangsa

 


Abstrak

Pancasila, sebagai dasar negara Indonesia, memiliki peran sentral dalam menjaga keutuhan ideologi bangsa di tengah ancaman radikalisme. Radikalisme, yang ditandai oleh sikap ekstrem dan penolakan terhadap tatanan sosial yang ada, dapat memicu konflik dan kekerasan yang merusak persatuan bangsa. Dalam konteks ini, penguatan nilai-nilai Pancasila menjadi langkah strategis untuk menangkal paham radikal dan ekstremis yang berkembang di masyarakat.

Upaya menjaga keutuhan ideologi bangsa melalui Pancasila melibatkan beberapa pendekatan. Pertama, pendidikan ideologi Pancasila di lingkungan sekolah dan masyarakat dapat menanamkan nilai-nilai toleransi, kemanusiaan, dan persatuan yang terkandung dalam sila-sila Pancasila. Ini penting untuk membentuk generasi muda yang memahami dan menghargai keberagaman budaya dan agama di Indonesia. Kedua, dialog antaragama dan sosialisasi nilai-nilai moderat dapat mengurangi ketegangan sosial dan mencegah munculnya konflik berbasis agama.

Selain itu, Pancasila mendorong kedaulatan nasional dan ketahanan terhadap pengaruh asing yang dapat memperburuk situasi radikalisasi. Dengan menekankan pentingnya demokrasi dan keadilan sosial, Pancasila menciptakan ruang bagi diskusi konstruktif yang dapat mengalihkan frustrasi individu dari tindakan radikal menuju partisipasi positif dalam proses politik. Oleh karena itu, penguatan ideologi Pancasila tidak hanya berfungsi sebagai penangkal radikalisme tetapi juga sebagai fondasi untuk membangun masyarakat yang adil, damai, dan berkeadaban.

Dalam implementasinya, pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila ke dalam berbagai aspek kehidupan. Ini termasuk mengembangkan kurikulum pendidikan yang lebih komprehensif, meningkatkan kesadaran masyarakat melalui kampanye sosial, dan mempromosikan partisipasi masyarakat dalam kegiatan kemasyarakatan yang berbasis pada prinsip-prinsip Pancasila. Selain itu, lembaga-lembaga negara seperti lembaga pendidikan, media, dan institusi agama harus berperan aktif dalam menyebarkan dan memperkuat nilai-nilai Pancasila.

Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) juga dapat dimanfaatkan untuk menyebarkan pesan-pesan positif dan counter-narasi terhadap paham radikal. Media sosial, misalnya, dapat dijadikan platform untuk mempromosikan toleransi, kesetaraan, dan persatuan, sehingga mengurangi pengaruh propaganda radikal yang seringkali menyebar melalui saluran yang sama.

Selanjutnya, peran keluarga dan masyarakat juga sangat krusial dalam mencegah radikalisasi. Keluarga sebagai unit dasar masyarakat harus memastikan bahwa nilai-nilai Pancasila ditanamkan sejak dini kepada anak-anak, sehingga mereka tumbuh menjadi individu yang toleran, berempati, dan menghargai keberagaman. Masyarakat, di sisi lain, dapat mengembangkan program-program komunitas yang mempromosikan kesadaran dan partisipasi warga dalam menjaga keutuhan sosial.

Secara keseluruhan, Pancasila berperan sebagai pilar utama dalam mempertahankan keutuhan ideologi bangsa Indonesia dengan memberikan kerangka moral dan etis yang kuat untuk menghadapi tantangan radikalisme di era modern ini. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila ke dalam berbagai aspek kehidupan, memanfaatkan teknologi, dan memperkuat peran keluarga dan masyarakat, Indonesia dapat membangun masyarakat yang lebih harmonis, inklusif, dan tahan terhadap ancaman radikalisme.

 

Pendahuluan

Pancasila, sebagai dasar negara Indonesia, bukan hanya sekadar rumusan filosofis, tetapi juga merupakan panduan hidup bagi seluruh rakyat Indonesia. Lima sila yang terkandung dalam Pancasila mencerminkan nilai-nilai luhur yang menjadi identitas bangsa, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Dalam konteks keberagaman budaya, agama, dan suku bangsa di Indonesia, Pancasila berfungsi sebagai perekat yang menyatukan perbedaan dan menciptakan harmoni sosial.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia menghadapi tantangan serius berupa radikalisme. Radikalisme dapat didefinisikan sebagai paham atau tindakan yang menginginkan perubahan sosial secara drastis, seringkali melalui cara-cara kekerasan dan ekstremisme. Paham ini dapat muncul dari berbagai latar belakang ideologi, termasuk politik dan agama. Ancaman radikalisme tidak hanya merusak tatanan sosial tetapi juga dapat mengancam keutuhan negara dan keselamatan masyarakat. Dalam situasi seperti ini, penting untuk memahami bagaimana Pancasila dapat berfungsi sebagai alat untuk menangkal paham radikal dan mempertahankan keutuhan ideologi bangsa.

Salah satu tantangan terbesar dalam menghadapi radikalisasi adalah penyebaran informasi yang cepat melalui media sosial dan platform digital lainnya. Informasi yang tidak terverifikasi dan propaganda ekstremis dapat dengan mudah menjangkau kalangan muda yang rentan. Oleh karena itu, penting untuk mengedukasi generasi muda tentang nilai-nilai Pancasila agar mereka dapat mengenali dan menolak paham-paham yang bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar negara. Pendidikan menjadi salah satu kunci utama dalam membangun kesadaran akan pentingnya toleransi, penghargaan terhadap perbedaan, serta semangat persatuan di kalangan masyarakat.

Dalam konteks pendidikan, pengintegrasian nilai-nilai Pancasila ke dalam kurikulum sekolah sangatlah penting. Kurikulum yang berbasis pada Pancasila tidak hanya akan mendidik siswa tentang sejarah dan makna Pancasila tetapi juga mengajarkan mereka untuk menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, pelibatan orang tua dan masyarakat dalam proses pendidikan juga menjadi faktor penting untuk memastikan bahwa nilai-nilai Pancasila tertanam kuat dalam diri generasi muda.

Dialog antaragama juga merupakan strategi efektif untuk mencegah radikalisasi. Dalam masyarakat yang plural seperti Indonesia, dialog antaragama dapat menciptakan saling pengertian dan menghormati perbedaan keyakinan. Melalui kegiatan dialog ini, individu dari berbagai latar belakang dapat berbagi pengalaman dan pandangan mereka tentang toleransi dan kerukunan. Kegiatan semacam ini dapat membantu mengurangi ketegangan sosial yang seringkali menjadi pemicu konflik.

Selain itu, peran media massa dalam menyebarkan informasi positif mengenai Pancasila juga sangat penting. Media memiliki kekuatan untuk membentuk opini publik dan mempengaruhi sikap masyarakat terhadap isu-isu tertentu. Dengan mempromosikan cerita-cerita inspiratif tentang keberagaman dan persatuan di Indonesia serta menyoroti inisiatif-inisiatif positif yang mendukung nilai-nilai Pancasila, media dapat berkontribusi dalam membangun kesadaran kolektif akan pentingnya menjaga keutuhan ideologi bangsa.

Keluarga juga memiliki peran sentral dalam membentuk karakter anak-anak. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga adalah tempat pertama di mana anak-anak belajar tentang nilai-nilai moral dan etika. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila sejak dini kepada anak-anak mereka agar mereka tumbuh menjadi individu yang toleran dan menghargai perbedaan.

Dengan memahami berbagai aspek ini, kita dapat melihat bahwa upaya menjaga keutuhan ideologi bangsa melalui Pancasila adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, lembaga pendidikan, media massa, serta keluarga. Setiap elemen memiliki perannya masing-masing dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan nilai-nilai Pancasila di tengah ancaman radikalisme.

Melalui artikel ini diharapkan aka nada penjelasan mendalam tentang bagaimana implementasi nilai-nilai Pancasila dapat dilakukan secara efektif untuk mencegah radikalisasi di kalangan masyarakat Indonesia. Dengan demikian, kita tidak hanya menjaga keutuhan ideology bangsa tetapi juga membangun masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang sebuah masa depan di mana Indonesia tetap berdiri kokoh sebagai bangsa yang bersatu dalam keberagaman.

Kesadaran kolektif akan pentingnya Pancasila perlu ditumbuhkan melalui berbagai kegiatan social dan budaya yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Dapat dipastikan bahwa nilai-nilai Pancasila tidak hanya dipahami secara teoritis tetapi juga diterapkan secara praktis dalam kehidupan sehari-hari. Ini merupakan fundamental menuju terciptanya masyarakat Indonesia yang damai, sejahtera, dan berkeadaban tinggi di tengah tantangan globalisasi dan radikalisasi pada saat ini.

 

Permasalahan

1. Pengaruh Radikalisme terhadap Persatuan Bangsa

Radikalisme telah menjadi salah satu ancaman terbesar bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Paham-paham radikal yang ekstrem dan kekerasan yang dihasilkannya dapat memecah belah masyarakat dan mengancam keutuhan negara. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui bagaimana Pancasila dapat digunakan sebagai alat untuk menangkal paham radikal dan mempertahankan keutuhan ideologi bangsa.

2. Kurangnya Pendidikan tentang Pancasila

Pendidikan tentang Pancasila di kalangan masyarakat, terutama di kalangan generasi muda, masih sangat kurang. Kurikulum pendidikan yang tidak memadai dan kurangnya pelibatan orang tua serta masyarakat dalam proses pendidikan telah menyebabkan banyak individu yang tidak memahami dan menghargai nilai-nilai Pancasila. Hal ini memungkinkan paham-paham radikal untuk menyebar dengan mudah.

3. Ketidakharmonisan Sosial

Ketegangan sosial yang disebabkan oleh perbedaan agama, suku, dan budaya masih merupakan masalah yang kompleks di Indonesia. Dialog antaragama yang kurang intensif dan kurangnya kesadaran tentang pentingnya toleransi telah memicu konflik dan ketegangan sosial yang dapat digunakan oleh paham radikal untuk memperkuat posisinya.

4. Pengaruh Media Sosial

Media sosial telah menjadi platform yang sangat efektif untuk menyebarluaskan informasi. Namun, seringkali informasi yang tidak terverifikasi dan propaganda ekstremis dapat menyebar dengan cepat melalui media sosial, memicu emosi dan meningkatkan kemungkinan individu untuk terlibat dalam paham-paham radikal.

5. Kurangnya Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat dalam menjaga keutuhan ideologi bangsa masih sangat rendah. Banyak individu yang tidak merasa memiliki tanggung jawab untuk menjaga keutuhan sosial dan keamanan negara. Hal ini memungkinkan paham-paham radikal untuk menyebar dan berkembang tanpa adanya penangkal yang efektif.

6. Kurangnya Kebijakan Publik yang Efektif

Kebijakan publik yang tidak memadai telah menjadi salah satu penyebab utama kegagalan dalam menangkal radikalisme. Kebijakan yang tidak berbasis pada prinsip-prinsip Pancasila dan tidak memperkuat identitas nasional telah mengurangi efektivitas penangkal radikalisme.

7. Pengaruh Globalisasi

Globalisasi telah membawa banyak pengaruh budaya asing yang sering kali bertentangan dengan nilai-nilai lokal. Hal ini telah meningkatkan risiko terjadinya radikalisasi dan membutuhkan upaya yang lebih intensif untuk memperkuat identitas nasional melalui pendidikan kebangsaan.

Dengan memahami permasalahan-permasalahan ini, kita dapat melihat bahwa upaya menjaga keutuhan ideologi bangsa melalui Pancasila adalah sangat kompleks dan membutuhkan kerja sama dari semua pihak. Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan strategi yang efektif untuk menghadapi ancaman radikalisme dan mempertahankan keutuhan ideologi bangsa Indonesia.

 

Pembahasan

1. Pengaruh Radikalisme terhadap Persatuan Bangsa

            Radikalisme telah menjadi salah satu ancaman terbesar bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Paham-paham radikal yang ekstrem dan kekerasan yang dihasilkannya dapat memecah belah masyarakat dan mengancam keutuhan negara. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui bagaimana Pancasila dapat digunakan sebagai alat untuk menangkal paham radikal dan mempertahankan keutuhan ideologi bangsa.

            Pancasila, sebagai dasar negara Indonesia, mencerminkan nilai-nilai luhur yang menjadi identitas bangsa. Lima sila yang terkandung dalam Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, merupakan kerangka moral dan etis yang kuat untuk menghadapi tantangan radikalisme.

            Dalam konteks ini, pendidikan ideologi Pancasila menjadi langkah strategis untuk menangkal paham radikal. Pendidikan yang berbasis pada Pancasila tidak hanya akan mendidik siswa tentang sejarah dan makna Pancasila tetapi juga mengajarkan mereka untuk menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, generasi muda yang lebih memahami dan menghargai keberagaman budaya dan agama di Indonesia akan lebih sulit terpengaruh oleh paham-paham radikal.

 

2. Kurangnya Pendidikan tentang Pancasila

            Pendidikan tentang Pancasila di kalangan masyarakat, terutama di kalangan generasi muda, masih sangat kurang. Kurikulum pendidikan yang tidak memadai dan kurangnya pelibatan orang tua serta masyarakat dalam proses pendidikan telah menyebabkan banyak individu yang tidak memahami dan menghargai nilai-nilai Pancasila. Hal ini memungkinkan paham-paham radikal untuk menyebar dengan mudah.

            Untuk mengatasi masalah ini, perlu dilakukan revisi kurikulum pendidikan yang lebih komprehensif. Kurikulum yang berbasis pada Pancasila harus mencakup materi yang mendalam tentang sejarah, makna, dan implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, pelibatan orang tua dan masyarakat dalam proses pendidikan juga sangat penting. Dengan demikian, nilai-nilai Pancasila dapat tertanam kuat dalam diri generasi muda.

3. Ketidakharmonisan Sosial

            Ketegangan sosial yang disebabkan oleh perbedaan agama, suku, dan budaya masih merupakan masalah yang kompleks di Indonesia. Dialog antaragama yang kurang intensif dan kurangnya kesadaran tentang pentingnya toleransi telah memicu konflik dan ketegangan sosial yang dapat digunakan oleh paham radikal untuk memperkuat posisinya.

            Untuk mengurangi ketegangan sosial, dialog antaragama harus dilakukan secara intensif. Kegiatan dialog antaragama dapat menciptakan saling pengertian dan menghormati perbedaan keyakinan. Melalui kegiatan dialog ini, individu dari berbagai latar belakang dapat berbagi pengalaman dan pandangan mereka tentang toleransi dan kerukunan. Kegiatan semacam ini dapat membantu mengurangi ketegangan sosial yang seringkali menjadi pemicu konflik.

4. Pengaruh Media Sosial

            Media sosial telah menjadi platform yang sangat efektif untuk menyebarluaskan informasi. Namun, seringkali informasi yang tidak terverifikasi dan propaganda ekstremis dapat menyebar dengan cepat melalui media sosial, memicu emosi dan meningkatkan kemungkinan individu untuk terlibat dalam paham-paham radikal.

            Untuk mengatasi masalah ini, penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya memverifikasi informasi sebelum menyebarluaskannya. Media sosial juga harus berperan aktif dalam menyebarkan informasi positif yang mendukung nilai-nilai Pancasila. Dengan demikian, individu dapat lebih mudah mengenali dan menolak paham-paham yang bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar negara.

5. Kurangnya Partisipasi Masyarakat

            Partisipasi masyarakat dalam menjaga keutuhan ideologi bangsa masih sangat rendah. Banyak individu yang tidak merasa memiliki tanggung jawab untuk menjaga keutuhan sosial dan keamanan negara. Hal ini memungkinkan paham-paham radikal untuk menyebar dan berkembang tanpa adanya penangkal yang efektif.

            Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, perlu dilakukan kampanye sosial yang intensif. Kampanye sosial dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga keutuhan ideologi bangsa. Selain itu, program-program pembangunan sosial yang berbasis pada prinsip-prinsip Pancasila juga perlu diperkuat agar masyarakat merasa memiliki tanggung jawab bersama dalam menciptakan lingkungan yang aman dan harmonis.

6. Kurangnya Kebijakan Publik yang Efektif

            Kebijakan publik yang tidak memadai telah menjadi salah satu penyebab utama kegagalan dalam menangkal radikalisme. Kebijakan yang tidak berbasis pada prinsip-prinsip Pancasila dan tidak memperkuat identitas nasional telah mengurangi efektivitas penangkal radikalisme.

            Untuk mengatasi masalah ini, perlu dilakukan revisi kebijakan publik yang lebih komprehensif. Kebijakan yang berbasis pada prinsip-prinsip Pancasila harus mencakup program-program pembangunan sosial, pendidikan, dan kampanye sosial yang intensif. Dengan demikian, masyarakat dapat lebih mudah terlibat dalam menjaga keutuhan ideologi bangsa dan mengurangi kemungkinan terjadinya radikalisasi.

7. Pengaruh Globalisasi

            Globalisasi telah membawa banyak pengaruh budaya asing yang sering kali bertentangan dengan nilai-nilai lokal. Hal ini telah meningkatkan risiko terjadinya radikalisasi dan membutuhkan upaya yang lebih intensif untuk memperkuat identitas nasional melalui pendidikan kebangsaan.

            Untuk mengatasi masalah ini, perlu dilakukan pendidikan kebangsaan yang lebih intensif. Pendidikan kebangsaan harus mampu menanamkan rasa cinta tanah air serta kesadaran akan pentingnya menjaga keutuhan ideologi bangsa di kalangan generasi muda. Dengan demikian, individu dapat lebih mudah mengenali dan menolak paham-paham yang bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar negara.

            Dengan memahami berbagai aspek ini, kita dapat melihat bahwa upaya menjaga keutuhan ideologi bangsa melalui Pancasila adalah sangat kompleks dan membutuhkan kerja sama dari semua pihak. Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan strategi yang efektif untuk menghadapi ancaman radikalisme dan mempertahankan keutuhan ideologi bangsa Indonesia. Dengan demikian, kita tidak hanya menjaga keutuhan ideologi bangsa tetapi juga membangun masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang sebuah masa depan di mana Indonesia tetap berdiri kokoh sebagai bangsa yang bersatu dalam keberagaman.

 

Kesimpulan

            Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia memiliki peran sentral dalam menjaga keutuhan ideologi bangsa, terutama dalam menghadapi tantangan radikalisme. Berikut adalah kesimpulan yang dapat diambil dari analisis mengenai Pancasila dan radikalisme:

1. Pentingnya Pancasila: Pancasila tetap relevan dalam konteks hukum modern dan sangat penting untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai seperti keadilan sosial, hak asasi manusia, dan persatuan Indonesia masih sangat penting dalam menjaga keutuhan dan identitas bangsa Indonesia.

2. Implementasi Nilai-nilai Pancasila: Implementasi nilai-nilai Pancasila dalam praktik kehidupan sehari-hari masih merupakan tantangan besar. Perlu ada program pendidikan yang efektif untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya nilai-nilai tersebut serta contoh konkret penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Keterlibatan Masyarakat: Keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan negara sangat penting untuk memastikan bahwa nilai-nilai Pancasila dapat diterapkan secara efektif. Pemerintah dan lembaga terkait perlu menciptakan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam proses pengambilan keputusan politik.

4. Dampak Radikalisme: Radikalisme telah menjadi isu utama dalam proses perjalanan kehidupan bangsa paska reformasi. Ancaman radikalisme dapat diatasi dengan memperkuat Pancasila sebagai sistem nilai dan sistem negara, serta dengan pembentukan standar kriteria dan validitas nilai yang dapat dipercaya dan diakui oleh seluruh lapisan masyarakat.

 

Saran

1. Pendidikan Pancasila: Perlu dilakukan pendidikan yang efektif untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya nilai-nilai Pancasila serta contoh konkret penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Program pendidikan ini harus mencakup semua lapisan masyarakat, termasuk anak-anak, remaja, dewasa, dan lansia.

2. Keterlibatan Masyarakat: Pemerintah dan lembaga terkait harus menciptakan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam proses pengambilan keputusan politik. Hal ini dapat dilakukan melalui forum-forum diskusi, konsultasi publik, atau platform digital yang memungkinkan masyarakat menyampaikan pendapat mereka.

3. Evaluasi dan Perbaikan Implementasi: Evaluasi terhadap implementasi nilai-nilai Pancasila harus dilakukan secara sistematis untuk memastikan bahwa semua aspek dari implementasi tersebut berjalan dengan baik. Indikator keberhasilan seperti tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilu, kualitas pelayanan publik, serta penegakan hukum harus digunakan untuk menilai efektivitas implementasi nilai-nilai Pancasila.

4. Integrasi dengan Hukum Internasional: Perlu dilakukan kajian lebih lanjut untuk memastikan bahwa Pancasila dapat diintegrasikan dengan prinsip-prinsip hukum internasional. Hal ini penting untuk memastikan bahwa nilai-nilai Pancasila tidak bertentangan dengan norma-norma hukum internasional.

 

Daftar Pustaka

1.      Ali, A. S. (2009). Negara Pancasila: Jalan Kemaslahatan Berbangsa. Jakarta: LP3ES.

2.      Azra, A. (2009). Pancasila Universitas Gadjah Mada.

3.      Kaelan, (2015). Gerakan Fundamentalisme pada Dasarnya Menggunakan Dalil Ayat Al- sebagai Pembenar.

4.      Gatra, (2017). Gelombang Revolusi yang Melanda Timur Tengah dan Afrika Utara atau yang Dikenal dengan Arab Spring.

5.      LaKIP, (2010-2011). Survei tentang Radikalisme dan Intoleransi terhadap 1.520 Responden.

6.      Dr. Arqom Kuswanjono, Fakultas Filsafat UGM, (2019). Implementasi Pancasila dalam Kegiatan Peningkatan Pemahaman Hak Konstitusional Warga Negara bagi Pengurus dan Anggota Organisasi Buruh/Serikat Pekerja.

7.      Muhammad Yamin, (Pengertian Pancasila secara Etimologis).

8.      Subagyo, A. (2020). Implementasi Pancasila Dalam Menangkal Intoleransi, Radikalisme, dan Terorisme. Jurnal Rontal Keilmuan PKN.

9.      Dewantara, A. (2015). Pancasila Sebagai Pondasi Pendidikan Agama di Indonesia. Jurnal Civis Universitas PGRI Semarang.

10.  Dewantara, A. (2019). Radikalisme Agama Dalam Konteks Indonesia Yang Agamis dan Berpancasila. Jurnal Pendidikan Agama Katolik.

11.  Etikasari & Listyaningsih, (2018). Persepsi Mahasiswa Program Studi S1 PPKN Universitas Surabaya Terhadap Wacana Intoleransi di Media Sosial. Kajian Moral dan Kewarganegeraan.

12.  Fadly, A. (2016). Gerakan Radikalisme Agama. Persepktif Ilmu Sosial.

13.  Faiqah & Pransiska, (2018). Radikalisme Islam Vs Moderasi Islam: Upaya Membangun Komunitas yang Harmonis.

14.  Khoir, A. (2021). Radikalisme dan Aparatur Sipil Negara: Faktor Penyebab dan Dampaknya.

15.  Solang, C. (2019). Peran MA/Ponpes dan Perguruan Tinggi dalam Menangkal Radikalisme.

16.  Sugiono, (2015). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods).

17.  Sugiyono, (2015). Metode Penelitian Pendidikan.

18.  Sukardi, (2015). Metodologi Penelitian Pendidikan.

19.  Sukarno, (2007). Revolusi Indonesia: Nasionalisme, Marhaen, dan Pancasila.

20.  Supriadi, dkk., (2020). Intoleransi dan Radikalisme Agama: Analisis Komparatif.

21.  https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jk/article/download/23538/pdf

22.  https://pusdik.mkri.id/materi/materi_93_Reaktualisasi%20dan%20Implementasi%20Nilai-Nilai%20Pancasila_Dr.%20Arqom.pdf

23.  http://repository.unsoed.ac.id/14741/9/DAFTAR%20PUSTAKA-Elisa%20Teresa%20Sianturi-F1A017082-Skripsi-2022.pdf

24.  https://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/21455/DAFTAR%20PUSTAKA.pdf?isAllowed=y&sequence=7

25.  https://binus.ac.id/character-building/pancasila/implementasi-pancasila-sebagai-dasar-kehidupan-bersama-di-indonesia/

26.  https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/gk/article/download/16167/8109

27.  https://journal.upy.ac.id/index.php/pkn/article/download/1452/pdf

28.  https://idr.uin-antasari.ac.id/12938/9/DAFTAR%20PUSTAKA.pdf

No comments:

Post a Comment

PRESENTASI PANCASILA (5)

PRESENTASI PANCASILA (5) Jum'at, 18 Oktober 2024