Thursday, November 21, 2024

Gotong Royong dalam Perspektif Pancasila: Upaya Melestarikan Budaya Sosial Indonesia

 



Abstrak

Gotong royong merupakan warisan budaya yang telah menjadi ciri khas masyarakat Indonesia sejak zaman nenek moyang. Dalam perspektif Pancasila, gotong royong tidak hanya menjadi nilai yang menguatkan kehidupan bermasyarakat, tetapi juga menjadi landasan untuk mencapai tujuan nasional, yaitu persatuan dan keadilan sosial. Namun, modernisasi dan globalisasi membawa tantangan berupa individualisme dan lunturnya semangat kolektivitas. Artikel ini membahas pentingnya gotong royong dalam konteks nilai Pancasila, kendala yang dihadapi dalam pelestariannya, dan strategi konkret untuk menjaga kelestarian budaya ini sebagai aset bangsa.


Kata Kunci: Gotong royong, Pancasila, budaya sosial, Indonesia, pelestarian.


Pendahuluan

Gotong royong adalah salah satu ciri khas bangsa Indonesia yang telah diwariskan secara turun-temurun. Nilai ini menjadi inti kehidupan bermasyarakat yang mengutamakan kebersamaan, kerja sama, dan saling tolong-menolong. Dalam konteks Pancasila, gotong royong menjadi landasan yang tidak terpisahkan dari sila ketiga, "Persatuan Indonesia," dan terwujud dalam semangat kekeluargaan.

Namun, perubahan zaman membawa tantangan bagi pelestarian budaya ini. Individualisme yang tumbuh akibat modernisasi dan globalisasi mulai menggerus semangat gotong royong di berbagai lapisan masyarakat. Artikel ini bertujuan untuk menggali makna gotong royong dalam perspektif Pancasila, mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi dalam pelestariannya, serta memberikan solusi untuk menjaga nilai luhur ini tetap hidup di tengah masyarakat Indonesia.


Permasalahan

1. Individualisme dan Egoisme Sosial

Pengaruh budaya barat dan modernisasi membawa nilai-nilai individualisme yang bertentangan dengan prinsip gotong royong. Banyak masyarakat yang lebih mementingkan kebutuhan pribadi dibandingkan kepentingan bersama.

2. Lunturnya Nilai Budaya Lokal

Globalisasi mempercepat arus informasi dan interaksi antarbudaya, yang menyebabkan masyarakat lebih tertarik pada nilai-nilai budaya luar dibandingkan dengan budaya lokal.

3. Kurangnya Pendidikan Karakter

Pendidikan di sekolah sering kali lebih berorientasi pada pencapaian akademik daripada pembentukan karakter, termasuk penguatan nilai-nilai gotong royong.

4. Minimnya Peran Pemimpin Lokal

Pemimpin masyarakat yang kurang mengutamakan gotong royong dalam program pembangunan atau aktivitas sosial juga menjadi faktor penyebab lunturnya budaya ini.


Pembahasan

1. Gotong Royong dalam Perspektif Pancasila

Gotong royong merupakan intisari dari kelima sila dalam Pancasila. Dalam sila pertama, gotong royong tercermin pada kerja sama antarumat beragama untuk menciptakan harmoni. Sila kedua menekankan pentingnya gotong royong sebagai bentuk kemanusiaan yang adil dan beradab. Sementara itu, sila ketiga menjadikan gotong royong sebagai landasan persatuan.

Sebagai nilai budaya, gotong royong menjadi kekuatan kolektif yang mampu menyelesaikan berbagai tantangan sosial, seperti pembangunan infrastruktur, kegiatan sosial, dan mitigasi bencana. Dalam lingkup lebih kecil, gotong royong membentuk rasa saling peduli di tingkat keluarga dan komunitas.

2. Tantangan Pelestarian Gotong Royong

a. Modernisasi dan Globalisasi
Perubahan gaya hidup yang lebih individualistis membuat masyarakat cenderung mengabaikan kepentingan bersama. Hal ini berdampak pada berkurangnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan sosial.

b. Urbanisasi
Perpindahan penduduk ke kota mengubah struktur sosial masyarakat. Di perkotaan, gotong royong sering kali digantikan dengan hubungan yang lebih formal dan transaksional.

c. Kurangnya Kesadaran Kolektif
Banyak masyarakat yang belum menyadari pentingnya gotong royong sebagai aset budaya yang harus dijaga. Hal ini menyebabkan semangat kebersamaan semakin memudar.

3. Strategi Melestarikan Budaya Gotong Royong

a. Pendidikan Karakter di Sekolah
Pendidikan formal perlu memasukkan nilai-nilai gotong royong ke dalam kurikulum. Kegiatan seperti kerja bakti, proyek kelompok, dan pengenalan budaya lokal dapat menjadi media untuk menanamkan nilai ini kepada generasi muda.

b. Kampanye Sosial
Media massa dan media sosial dapat digunakan untuk menyebarkan kesadaran tentang pentingnya gotong royong. Kampanye dengan pendekatan kreatif akan lebih mudah diterima oleh masyarakat, terutama generasi muda.

c. Revitalisasi Kegiatan Komunitas
Program kerja bakti, kegiatan desa, dan musyawarah perlu dihidupkan kembali. Pemerintah dan organisasi masyarakat dapat berperan sebagai fasilitator untuk mendorong partisipasi masyarakat.

d. Kepemimpinan Berbasis Nilai Pancasila
Pemimpin lokal harus menjadi teladan dalam mengimplementasikan gotong royong. Program pembangunan berbasis partisipasi masyarakat dapat menjadi salah satu cara untuk menghidupkan kembali budaya ini.

4. Manfaat Pelestarian Gotong Royong

Pelestarian budaya gotong royong tidak hanya bermanfaat bagi kehidupan bermasyarakat, tetapi juga mendukung pembangunan nasional. Dengan gotong royong, masyarakat dapat menyelesaikan masalah bersama dengan lebih cepat dan efisien. Nilai ini juga memperkuat solidaritas sosial, yang menjadi fondasi untuk menjaga persatuan di tengah keberagaman.


Kesimpulan

Gotong royong merupakan warisan budaya yang menjadi identitas bangsa Indonesia. Dalam perspektif Pancasila, nilai ini menjadi inti dari persatuan dan keadilan sosial. Namun, tantangan seperti individualisme, globalisasi, dan kurangnya pendidikan karakter mengancam kelestarian budaya ini. Oleh karena itu, diperlukan upaya yang terintegrasi dari semua pihak untuk menjaga nilai gotong royong tetap relevan di era modern.


Saran

1. Pemerintah dan lembaga pendidikan perlu bekerja sama untuk mengintegrasikan nilai-nilai gotong royong ke dalam kurikulum pendidikan.

2. Pemimpin masyarakat dan organisasi sosial perlu menghidupkan kembali tradisi gotong royong melalui program-program yang melibatkan partisipasi masyarakat.

3. Kampanye sosial dan edukasi tentang pentingnya gotong royong harus dilakukan secara konsisten untuk membangun kesadaran kolektif.

4. Generasi muda perlu diberikan ruang untuk terlibat dalam kegiatan sosial berbasis gotong royong agar nilai ini tetap hidup di tengah perubahan zaman.


Daftar Pustaka

1. Effendi, A. (2013). Gotong Royong sebagai Budaya Indonesia. Jakarta: Pustaka Nasional.

2. Koentjaraningrat. (2009). Masyarakat dan Budaya Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

3. Syarbaini, S. (2021). Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi: Edisi Keempat. Jakarta: Edu Pustaka.

4. Widaty, R. (2020). Modernisasi dan Lunturnya Nilai Gotong Royong. Bandung: Alfabeta.

5. Pambudi, A., & Utami, S. (2020). Kearifan Lokal Gotong Royong dalam Kehidupan Masyarakat. Yogyakarta: Gadjah Mada Press.

6. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.


No comments:

Post a Comment

Gotong Royong dan Nilai Pancasila: Pilar Penting dalam Pembangunan Nasional

  Gotong Royong dan Nilai Pancasila: Pilar Penting dalam Pembangunan Nasional Abstrak Gotong royong merupakan salah satu nilai inti dalam bu...