Abstrak
Pancasila
sebagai dasar negara Indonesia mengandung nilai-nilai luhur yang membentuk
karakter bangsa, salah satunya adalah nilai gotong royong. Nilai ini telah
berakar kuat dalam masyarakat Indonesia dan berperan penting dalam membangun
hubungan sosial yang harmonis. Seiring dengan perkembangan teknologi dan
digitalisasi yang pesat, muncul tantangan baru dalam mempertahankan dan
mengaplikasikan nilai gotong royong di era digital. Artikel ini bertujuan untuk
menganalisis bagaimana kolaborasi sosial berbasis Pancasila dapat menghidupkan
kembali nilai gotong royong di tengah era digital, serta bagaimana teknologi
dapat dimanfaatkan untuk memperkuat semangat gotong royong di masyarakat.
Dengan pendekatan teoritis dan studi kasus, artikel ini diharapkan dapat
memberikan wawasan mengenai pentingnya sinergi antara nilai Pancasila dan
perkembangan teknologi dalam membangun masyarakat yang inklusif, solidaritas
sosial, dan memperkuat semangat gotong royong.
Kata
Kunci
Kolaborasi
Sosial, Pancasila, Gotong Royong, Era Digital, Teknologi, Solidaritas Sosial
Pendahuluan
Pancasila
sebagai dasar negara Indonesia memiliki nilai-nilai yang menjadi pedoman bagi
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Salah satu nilai yang terkandung dalam
Pancasila adalah gotong royong, yang mencerminkan semangat kebersamaan, saling
membantu, dan memperhatikan kepentingan bersama. Nilai gotong royong ini telah
lama menjadi bagian integral dari budaya masyarakat Indonesia yang tercermin
dalam berbagai aktivitas sosial, baik dalam bentuk kegiatan ekonomi,
pendidikan, maupun di bidang sosial politik.
Namun, di
tengah pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, serta semakin
berkembangnya dunia digital, tantangan untuk mempertahankan dan
mengaktualisasikan nilai gotong royong semakin kompleks. Digitalisasi
memberikan kemudahan dalam berinteraksi, tetapi juga menimbulkan kesenjangan
sosial dan ketimpangan informasi yang berpotensi melemahkan rasa solidaritas
antaranggota masyarakat. Di sinilah pentingnya kolaborasi sosial berbasis
Pancasila yang dapat menjadi jembatan untuk menghidupkan kembali nilai gotong
royong melalui teknologi.
Dengan
adanya kolaborasi sosial berbasis nilai-nilai Pancasila, masyarakat diharapkan
dapat memanfaatkan teknologi secara bijak untuk saling membantu, berbagi
pengetahuan, dan berkolaborasi dalam berbagai bidang. Oleh karena itu, artikel
ini akan membahas bagaimana nilai gotong royong dapat dipertahankan dan
diadaptasi dalam konteks era digital, serta bagaimana kolaborasi sosial yang
berbasis Pancasila dapat menjadi solusi untuk mewujudkan masyarakat yang lebih
inklusif, adil, dan makmur.
Permasalahan
Era
digital yang berkembang pesat memberikan dampak positif dan negatif bagi
masyarakat Indonesia. Di satu sisi, teknologi membawa kemajuan dalam berbagai
aspek kehidupan, seperti pendidikan, ekonomi, dan komunikasi. Namun, di sisi
lain, digitalisasi juga memunculkan tantangan baru dalam mempertahankan
nilai-nilai sosial yang telah lama ada dalam masyarakat, termasuk nilai gotong
royong yang menjadi bagian penting dari budaya Indonesia.
Beberapa
permasalahan yang muncul terkait dengan kolaborasi sosial berbasis Pancasila
dan gotong royong di era digital antara lain:
1. 1.Kesenjangan
Digital:
Kesenjangan digital merujuk pada ketidaksetaraan dalam akses, penggunaan, dan
keterampilan terkait teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang terjadi
antara individu, kelompok, atau daerah yang satu dengan yang lainnya. Fenomena
ini tidak hanya terjadi di antara negara-negara berkembang dan maju, tetapi
juga dapat ditemukan dalam masyarakat yang sama, di dalam negara yang sama,
bahkan dalam komunitas-komunitas tertentu.
2. 2.Melemahnya
Rasa Solidaritas:
Meskipun teknologi memungkinkan komunikasi yang lebih cepat, interaksi sosial
yang terjalin di dunia maya sering kali kurang mendalam dan tidak menciptakan
rasa kebersamaan yang kuat. Ada dampak yang tidak kalah signifikan terkait
dengan kualitas interaksi sosial yang terjadi di dunia maya. Salah satunya
adalah melemahnya rasa solidaritas, yang merupakan salah satu nilai dasar dalam
kehidupan bermasyarakat.
3. 3.Penyalahgunaan
Teknologi:
Teknologi menawarkan berbagai keuntungan, penyalahgunaan teknologi dapat
memberikan dampak negatif yang signifikan bagi masyarakat. Salah satu dampak
yang sangat mencolok adalah timbulnya polarisasi, penyebaran misinformasi, dan
peningkatan konflik sosial, yang bertentangan dengan nilai-nilai gotong royong
dan kebersamaan yang selama ini dijunjung tinggi dalam budaya masyarakat
Indonesia.
Dalam
konteks ini, perlu adanya upaya untuk mengintegrasikan nilai Pancasila dalam
penggunaan teknologi agar dapat membangun masyarakat yang lebih solid,
inklusif, dan berdaya saing.
Pembahasan
Di era digital yang semakin berkembang pesat ini, teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah mengubah hampir semua aspek kehidupan manusia, mulai dari cara berkomunikasi, bekerja, hingga berinteraksi sosial. Namun, seiring dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan oleh kemajuan teknologi, muncul pula sejumlah permasalahan sosial yang berpotensi mengganggu keharmonisan dalam masyarakat. Tiga masalah utama yang sangat terkait dengan perkembangan teknologi adalah kesenjangan digital, melemahnya rasa solidaritas, dan penyalahgunaan teknologi. Masing-masing permasalahan ini memiliki dampak yang mendalam, baik dalam skala individu maupun masyarakat. Untuk itu, perlu dipahami lebih dalam bagaimana ketiga masalah ini saling berinteraksi dan mempengaruhi kehidupan sosial kita.
1. Mengatasi
Kesenjangan Digital: Tantangan Akses dan Partisipasi Sosial di Indonesia
Kesenjangan
digital merujuk pada ketidaksetaraan dalam akses, penggunaan, dan keterampilan
terkait dengan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) antara individu,
kelompok, atau daerah yang satu dengan yang lainnya. Dalam konteks Indonesia,
kesenjangan digital bukan hanya terjadi antara negara maju dan negara
berkembang, tetapi juga dalam negara yang sama, antara kawasan perkotaan dan
pedesaan, atau antara kelompok yang memiliki akses ke pendidikan dan teknologi
dengan mereka yang tidak.
Di wilayah
perkotaan, akses terhadap teknologi cenderung lebih mudah, baik dalam hal
infrastruktur (internet, perangkat digital) maupun keterampilan menggunakannya.
Sebaliknya, di daerah pedesaan atau terpencil, akses terhadap teknologi masih
terbatas, baik karena keterbatasan infrastruktur maupun kurangnya pengetahuan
atau keterampilan untuk memanfaatkannya secara maksimal. Hal ini memperburuk
ketidaksetaraan sosial dan ekonomi, karena mereka yang tidak memiliki akses ke
teknologi menjadi terisolasi dari informasi penting, kesempatan pendidikan, dan
peluang ekonomi yang ditawarkan oleh dunia digital.
Kesenjangan
digital ini tidak hanya terbatas pada perbedaan antara wilayah geografis,
tetapi juga mencakup kesenjangan antar kelompok sosial dalam masyarakat.
Misalnya, kelompok yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah atau yang
berasal dari keluarga kurang mampu sering kali tidak memiliki keterampilan
digital yang memadai, sehingga mereka sulit untuk bersaing di dunia yang
semakin mengutamakan keterampilan teknologi. Ketidaksetaraan ini menciptakan
jurang pemisah yang semakin lebar antara mereka yang memiliki kemampuan dan
akses terhadap teknologi dengan mereka yang tidak, dan dampaknya dapat
memperburuk ketimpangan sosial dan ekonomi di masyarakat.
Selain
itu, kesenjangan digital juga dapat membatasi partisipasi masyarakat dalam
kehidupan politik dan sosial. Di era digital, banyak informasi penting,
termasuk mengenai kebijakan pemerintah, isu sosial, dan peluang partisipasi
politik, disebarkan melalui platform digital. Tanpa akses ke internet dan
keterampilan untuk menggunakannya, individu atau kelompok tertentu tidak dapat
berpartisipasi dalam proses-proses ini, yang pada gilirannya dapat menyebabkan
marginalisasi sosial.
2. Menghadapi
Krisis Solidaritas: Pengaruh Komunikasi Digital terhadap Empati dan Kebersamaan
di Era Modern
Teknologi
digital telah memungkinkan komunikasi yang lebih cepat dan efisien, memudahkan
orang untuk tetap terhubung meskipun terpisah oleh jarak geografis. Namun,
meskipun memberikan berbagai keuntungan, interaksi sosial di dunia maya
seringkali tidak seintens komunikasi tatap muka. Dalam komunikasi langsung,
kita dapat merasakan ekspresi wajah, intonasi suara, dan bahasa tubuh yang
memberi kedalaman emosional, serta mempererat hubungan antarindividu.
Sebaliknya, komunikasi digital sering kali terbatas pada teks atau gambar, yang
mengurangi elemen-elemen emosional yang penting dalam membangun kedekatan antar
manusia. Hal ini dapat melemahkan solidaritas karena hubungan yang terbentuk
menjadi lebih dangkal dan kurang berbasis pada empati.
Selain
itu, komunikasi di dunia maya sering kali bersifat instan dan terfokus pada
aktivitas permukaan, seperti "like", "comment", atau
"share", yang cenderung tidak memperdalam hubungan sosial. Kegiatan
ini lebih bersifat reaktif dan tidak menciptakan ruang untuk dialog yang
bermakna. Sebagai akibatnya, interaksi yang terbentuk di dunia maya tidak dapat
membangun ikatan sosial yang kuat yang diperlukan untuk solidaritas. Ditambah
lagi, kecenderungan orang untuk berinteraksi dalam kelompok-kelompok homogen,
atau echo chambers, memperburuk perpecahan sosial. Dalam kelompok
semacam ini, individu hanya terpapar pada pandangan yang sama dan tidak diberi
kesempatan untuk berdialog dengan orang yang memiliki pandangan berbeda. Ini
mengurangi kesempatan untuk memperkuat rasa saling pengertian dan menghargai
antarindividu.
Secara
keseluruhan, meskipun teknologi memungkinkan komunikasi yang lebih cepat dan
efisien, ia juga dapat mengurangi kualitas hubungan sosial yang mendalam yang
penting dalam membangun solidaritas. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk
lebih bijaksana dalam menggunakan teknologi agar interaksi digital dapat tetap
mendukung kebersamaan dan menghindari polarisasi yang dapat merusak rasa
solidaritas di masyarakat.
3. Mengatasi
Penyalahgunaan Teknologi: Pengaruh Polarisasi, Misinformasi, dan Konflik di
Dunia Maya
Teknologi,
meskipun menawarkan berbagai keuntungan, juga dapat disalahgunakan untuk
menyebarkan informasi yang tidak benar, memperburuk polarisasi, dan
meningkatkan konflik sosial. Salah satu dampak yang paling mencolok dari
penyalahgunaan teknologi adalah timbulnya polarisasi sosial, yaitu pembagian
yang tajam antara kelompok yang memiliki pandangan berbeda, terutama dalam
konteks politik dan sosial.
Media
sosial, sebagai salah satu bentuk penyalahgunaan teknologi, seringkali
memperburuk polarisasi ini dengan memungkinkan individu atau kelompok hanya
terpapar informasi yang mendukung pandangan mereka sendiri. Algoritma media
sosial memprioritaskan konten yang relevan dengan minat dan pandangan pengguna,
yang sering kali menyebabkan mereka terperangkap dalam gelembung informasi.
Dengan demikian, individu semakin jarang berinteraksi dengan perspektif yang
berbeda, dan ketegangan antar kelompok yang memiliki pandangan yang berlawanan
semakin meningkat. Polarisasi yang semakin tajam ini, terutama dalam konteks
politik, bisa merusak rasa persatuan dan kebersamaan yang diperlukan untuk
menjaga keharmonisan sosial.
Selain
itu, penyalahgunaan teknologi yang paling mencolok adalah penyebaran
misinformasi (informasi yang salah atau menyesatkan) dan disinformasi
(informasi yang sengaja disebarkan dengan tujuan menipu atau membingungkan
publik). Misinformasi yang disebarkan melalui media sosial atau platform
digital dapat menyebabkan kebingungan di kalangan masyarakat, memperburuk
polarisasi, dan memicu ketegangan sosial. Misinformasi ini bisa berupa berita
palsu yang merugikan pihak tertentu, teori konspirasi yang menyesatkan, atau
propaganda yang dibuat untuk memecah belah masyarakat.
Penyebaran
informasi yang salah ini, yang sering kali beredar lebih cepat daripada
klarifikasi atau pembetulan, dapat memperburuk ketegangan dalam masyarakat dan
memicu konflik. Misalnya, dalam konteks pemilu atau pilkada, informasi yang
salah atau provokatif dapat memanaskan suasana politik dan memperburuk
perpecahan antar kelompok. Konflik sosial yang dipicu oleh misinformasi ini
bisa berujung pada kekerasan atau perpecahan yang lebih dalam dalam masyarakat.
Penyalahgunaan
teknologi juga terkait dengan meningkatnya perilaku negatif di dunia maya,
seperti ujaran kebencian dan perundungan daring (cyberbullying). Di dunia
digital, individu merasa lebih leluasa untuk menyampaikan komentar atau
pendapat yang bisa menyakiti atau merendahkan orang lain, karena tidak ada
dampak langsung yang mereka hadapi. Hal ini memperburuk iklim sosial yang
seharusnya didasari pada rasa saling menghormati dan solidaritas.
Kesimpulan
Kolaborasi
sosial berbasis Pancasila, khususnya nilai gotong royong, memiliki peran yang
sangat vital dalam menghadapi tantangan yang timbul di era digital. Teknologi
yang memungkinkan komunikasi lebih cepat dan efisien memberikan banyak
kemudahan, namun di sisi lain, ia juga menimbulkan dampak negatif seperti
kesenjangan digital, melemahnya solidaritas sosial, serta penyalahgunaan
teknologi yang memperburuk polarisasi dan penyebaran informasi yang salah.
Kesenjangan digital memperburuk ketimpangan dalam akses informasi dan
partisipasi sosial, yang mengakibatkan sebagian kelompok masyarakat terisolasi
dari kemajuan dan peluang yang ditawarkan oleh dunia digital.
Lebih jauh
lagi, meskipun teknologi dapat mempercepat komunikasi, interaksi sosial yang
terjadi di dunia maya sering kali lebih dangkal dan kurang emosional
dibandingkan komunikasi tatap muka, yang pada gilirannya melemahkan rasa
solidaritas yang menjadi landasan kehidupan sosial. Penyalahgunaan teknologi,
seperti penyebaran misinformasi dan polarisasi, semakin memperburuk perpecahan
dalam masyarakat, sehingga semakin sulit untuk membangun ikatan sosial yang
kuat.
Di sinilah
pentingnya untuk mengintegrasikan nilai Pancasila dalam penggunaan teknologi.
Kolaborasi sosial yang berbasis nilai gotong royong dapat menjadi solusi untuk
memperkuat semangat kebersamaan dan meningkatkan rasa saling menghormati
antarindividu. Teknologi dapat dimanfaatkan untuk memperluas kesempatan
berkolaborasi, saling membantu, dan berbagi pengetahuan, yang pada gilirannya
dapat menciptakan masyarakat yang lebih inklusif, adil, dan makmur. Dengan
demikian, melalui pemanfaatan teknologi yang bijak dan sesuai dengan
nilai-nilai luhur Pancasila, kita dapat menghidupkan kembali semangat gotong
royong dan memperkuat solidaritas di tengah tantangan globalisasi dan
digitalisasi.
Saran
- Peningkatan Akses Teknologi Secara MerataUntuk mengatasi kesenjangan digital yang masih terjadi, penting bagi pemerintah dan pihak swasta untuk bekerja sama dalam menyediakan infrastruktur yang memadai, terutama di daerah-daerah terpencil dan pedesaan. Program pelatihan digital juga harus diperkenalkan untuk meningkatkan keterampilan masyarakat dalam menggunakan teknologi, sehingga mereka dapat memanfaatkan peluang yang ada di dunia digital dengan maksimal. Dengan demikian, kolaborasi sosial dapat lebih merata, dan tidak ada kelompok yang tertinggal dalam perkembangan zaman.
- Mendorong Komunikasi yang Lebih Bermakna di Dunia MayaMeskipun komunikasi digital memberikan kemudahan dan kecepatan, upaya untuk mendalamkan interaksi sosial harus dilakukan agar rasa solidaritas tetap terjaga. Penggunaan teknologi untuk komunikasi yang lebih personal, seperti video call, forum diskusi, dan komunikasi langsung yang memungkinkan lebih banyak ekspresi emosi, perlu didorong. Selain itu, penting bagi setiap individu untuk lebih berhati-hati dalam menggunakan media sosial, dengan lebih memperhatikan konten yang dibagikan, serta mendukung terciptanya dialog yang konstruktif dan saling menghargai.
- Penyuluhan tentang Penyalahgunaan Teknologi dan MisinformasiPenyebaran misinformasi dan disinformasi melalui platform digital dapat merusak solidaritas sosial. Oleh karena itu, perlu ada edukasi yang lebih intensif mengenai cara mengenali berita palsu dan cara memverifikasi informasi yang diterima. Pemerintah dan lembaga pendidikan harus bekerja sama dalam mengembangkan kurikulum yang mencakup literasi digital agar masyarakat dapat lebih bijak dalam menggunakan teknologi dan lebih kritis terhadap informasi yang beredar di dunia maya.
- Memperkuat Kolaborasi Sosial dengan TeknologiPemanfaatan teknologi untuk mendukung kolaborasi sosial yang berbasis pada nilai gotong royong harus lebih digalakkan. Platform digital dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam berbagai kegiatan sosial, ekonomi, dan politik. Oleh karena itu, perlu didorong adanya inisiatif digital yang memungkinkan masyarakat untuk saling berbagi pengetahuan, sumber daya, serta mendukung satu sama lain dalam menyelesaikan masalah sosial. Hal ini akan memperkuat rasa kebersamaan dan semangat gotong royong di tengah kemajuan teknologi.
- Peningkatan Peran Pemerintah dan Masyarakat dalam Menjaga Nilai PancasilaPemerintah harus terus memperkuat kebijakan yang mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dalam setiap aspek kehidupan digital. Pendidikan karakter yang menekankan nilai gotong royong dan solidaritas sosial harus diperkenalkan sejak dini, tidak hanya di sekolah tetapi juga dalam keluarga dan masyarakat. Dengan cara ini, nilai-nilai luhur bangsa dapat terus dipelihara meskipun dunia semakin terdigitalisasi, dan semangat kebersamaan akan tetap hidup di tengah tantangan globalisasi.
Dengan
langkah-langkah ini, kolaborasi sosial berbasis Pancasila dapat dijaga dan
diperkuat, seiring dengan kemajuan teknologi, demi terwujudnya masyarakat yang
lebih adil, makmur, dan bersolidaritas.
Daftar
Pustaka
- Amin, Z. (2019). Pancasila dalam
Kehidupan Bermasyarakat dan Bernegara. Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.
- Budiman, A. (2020). Teknologi dan
Kolaborasi Sosial di Era Digital. Bandung: Pustaka Cendekia.
- Chong, T. H., & Huang, L. (2021). Digital Divide and
Social Inequality in Southeast Asia. Singapore: Springer.
- Dewi, S. R. (2022). Misinformasi dan Dampaknya
dalam Kehidupan Digital: Studi Kasus Indonesia. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
- Putra, A. P. (2020). Solidaritas Sosial
di Era Digital: Menjaga Rasa Kebersamaan dalam Masyarakat Indonesia.
Surabaya: Universitas Airlangga Press.
- Sumarno, P., & Hidayat, I. (2019). Teknologi dan
Gotong Royong: Membentuk Kolaborasi Sosial dalam Dunia Digital.
Jakarta: Bumi Aksara.
No comments:
Post a Comment