Mind Map
Pancasila
adalah dasar negara Indonesia yang berfungsi sebagai pedoman dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Di era globalisasi, tantangan muncul
ketika nilai-nilai Pancasila mulai tergeser oleh budaya asing yang tidak
sejalan dengan identitas bangsa. Artikel ini membahas pentingnya
mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dengan kreativitas untuk membangun
masyarakat yang berbudaya. Melalui pendekatan inovatif dalam bidang pendidikan,
teknologi, seni, dan sosial, nilai-nilai Pancasila dapat diaktualisasikan
secara efektif. Dengan integrasi ini, diharapkan masyarakat Indonesia mampu
mempertahankan identitas budaya lokal sambil tetap relevan dalam dinamika
global.
Pembangunan pendidikan nasional disinergi dan linearitas
diarahkan membangun, memelihara, mengembangkan karakter dan wawasan kebangsaan,
persatuan nasional, solidaritas nasional, dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Dalam pendidikan karakter ditentukan oleh tiga hal:
mengetahui, perasaan moral yang moral, dan perilaku moral. Dengan tujuan untuk
membangun bangsa yang kuat, kompetitif, moral, berbudi, akhlak mulia baik,
toleransi, bekerjasama, semangat patriotik, berkembang dinamis, ilmu pengetahuan
dan teknologi yang berorientasi dengan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa berdasarkan Pancasila. Metode penelitian ini adalah deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Teknik Pengumpulan data dalam penelitian ini melalui
wawancara, observasi dan dokumentasi. Sedangkan Analisis data melalui reduksi
data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa (1) Pembelajaran Pendidikan Pancasila dengan penanaman
nilai-nilai karakter Pancasila untuk membentuk kepribadian Pancasilais yang
dapat melengkapi sikap profesionalisme lulusan program studi; (2) Pembudayaan
dan pembiasaan nilai-nilai karakter Pancasila diharapkan mampu membentuk jati
diri mahasiswa yang beretika dan bermoral sesuai nilai-nilai yang terkandung
dalam ideologi Pancasila, norma-norma agama dan tata nilai akademis yang
dikembangkan di dalam kehidupan kampus; dan (3) Tindakan konkrit mahasiswa
dalam menerapkan pembiasaan nilai-nilai Pancasila melalui organisasi dan
kegiatan-kegiatan mahasiswa di lingkungan kampus.
Pancasila menjadi landasan bagi terbentuknya Profil Pelajar
Pancasila sehingga dalam praktiknya selalu mengedepankan prinsip-prinsip yang
terkandung dalam Pancasila. Pendidikan yang berdasarkan pada Profil Pelajar
Pancasila akan mengembalikan esensi pendidikan di Indonesia yang berakar pada
Pancasila. Pelajar Pancasila mencerminkan identitas pelajar Indonesia yang
memiliki keahlian global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila,
dengan enam karakteristik utama: memiliki keyakinan dan takwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berperilaku yang mulia, memiliki sikap inklusif, mampu bekerja sama,
mandiri, berpikir kritis, dan kreatif. Pembelajaran yang berbasis pada Profil
Pelajar Pancasila perlu didukung oleh suasana sekolah yang kondusif dan
inklusif. Dalam lingkungan yang demokratis dan berbudaya Pancasila, para siswa
dapat berinteraksi dan belajar untuk menghormati perbedaan serta menerapkan
nilai-nilai sosial Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Melibatkan peran
orang tua dalam pembelajaran yang berbasis pada Profil Pelajar Pancasila
menjadi faktor yang penting. Pemerintah perlu memperkuat kebijakan dan
program-program yang mendukung pembelajaran berbasis Profil Pelajar Pancasila.
Untuk itu, diperlukan pengembangan kurikulum yang menekankan integrasi nilai-nilai
Pancasila, pelatihan bagi guru dalam menerapkan pembelajaran berbasis Profil
Pelajar Pancasila, serta pengawasan dan evaluasi yang ketat untuk memastikan
kualitas implementasi pembelajaran tersebut.
Kata Kunci
Pancasila,
kreativitas, masyarakat berbudaya, globalisasi, inovasi.
Pendahuluan
Pancasila merupakan pedoman hidup bangsa Indonesia yang
mencerminkan identitas nasional. Kelima sila dalam Pancasila mengajarkan
tentang nilai-nilai yang menjadi fondasi kehidupan, seperti ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, demokrasi, dan keadilan sosial. Namun, arus globalisasi
membawa tantangan baru, seperti pengaruh budaya asing, individualisme, dan
perkembangan teknologi yang sering kali mengikis nilai-nilai kebudayaan lokal.
Untuk menghadapi tantangan ini, kreativitas diperlukan
sebagai cara untuk mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila ke dalam kehidupan
masyarakat. Kreativitas memungkinkan Pancasila untuk diterjemahkan dalam
bentuk-bentuk inovatif yang relevan dengan kebutuhan dan karakter masyarakat
masa kini. Dengan pendekatan ini, Pancasila tidak hanya menjadi ideologi tetapi
juga menjadi panduan yang hidup dan membangun masyarakat berbudaya yang
harmonis dan progresif.
Pengaruh globalisasi dunia telah memberikan warna serta
tatanan dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi berupaya mendorong pembaharuan dalam pemanfaatan dari
hasil teknologi. Teknologi berperan penting dalam perubahan terhadap
globalisasi (Musa: 2015). Teknologi memberikan dampak dalam sisi kehidupan.
Kemajuan teknologi terutama di era disrupsi saat ini tidak bisa dihindari dalam
budaya dan peradaban manusia. Indratmoko (2017) menjelaskan bahwa masuknya unsur-unsur
globalisasi yang sangat masiv dalam waktu yang begitu cepat akan mengakibatkan
terjadinya perubahan sosial budaya secara susul terus menerus.
Dampak dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi bisa
bersifat positif dan negatif, salah satu yang paling sulit adalah dari sisi
negatif yakni pola kehidupan perilaku manusia menyimpang dari nilai-nilai,
norma-norma, dan moral. Sebuah peradaban manusia mengalami perubahan signifikan
dari era agraris, bergeser ke industri, dan sekarang menuju digital (Fikri:
2019). Dampak lainnya adalah mudahnya akses video porno di kalangan anak,
remaja dan masyarakat. Begitu pula aksi teror, perkumpulan geng motor,
perkelahian antar siswa di sekolah, pemakaian obat penyalahgunaan narkoba,
jumlah kasus hukum dan transaksi hukum.
Permasalahan
Penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat menghadapi sejumlah tantangan, antara lain:
- Minimnya Pemahaman Praktis
Nilai-nilai Pancasila sering dipahami secara teoritis tanpa penerapan konkret dalam kehidupan sehari-hari. - Budaya Lokal yang Terkikis
Pengaruh budaya asing melalui media sosial dan hiburan global sering kali membuat masyarakat, khususnya generasi muda, kurang menghargai budaya lokal. - Ketimpangan Sosial
Realitas sosial yang tidak merata menghambat pelaksanaan sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. - Kurangnya Penggunaan Teknologi untuk
Edukasi Pancasila
Teknologi yang berkembang pesat sering kali belum dimanfaatkan secara optimal untuk menyebarkan nilai-nilai Pancasila. - Kreativitas yang Belum Dikelola Secara
Strategis
Potensi kreatif masyarakat sering kali tidak diarahkan untuk mendukung penguatan nilai-nilai budaya dan Pancasila.
Pembahasan
1. Mengintegrasikan
Pancasila dalam Pendidikan Berbasis Kreativitas
Pendidikan merupakan medium
yang efektif untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila. Namun, diperlukan
pendekatan kreatif agar materi ini lebih relevan dan menarik.
- Pendekatan Interaktif:
Menggunakan simulasi atau gamifikasi untuk mengajarkan nilai-nilai
Pancasila melalui cerita yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.
- Integrasi Seni dan Budaya Lokal:
Mengajarkan Pancasila melalui seni tradisional seperti wayang, tari
daerah, atau musik tradisional yang mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa.
- Kompetisi Inovatif:
Mengadakan lomba pembuatan video kreatif bertema Pancasila untuk generasi
muda.
2. Pemanfaatan
Teknologi Digital
Teknologi dapat menjadi alat
yang efektif untuk menyebarkan nilai-nilai Pancasila secara luas dan inovatif:
- Aplikasi Pembelajaran:
Mengembangkan aplikasi interaktif berbasis teknologi yang membantu
masyarakat mempelajari nilai-nilai Pancasila dengan cara yang menarik.
- Media Sosial:
Membuat kampanye kreatif yang mempromosikan Pancasila dalam bentuk konten
edukasi singkat, seperti video pendek, meme, dan infografis.
- Virtual Reality (VR):
Mengembangkan pengalaman VR yang menggambarkan situasi nyata penerapan
nilai-nilai Pancasila, seperti gotong royong atau musyawarah.
3. Penguatan
Budaya Lokal
Budaya lokal adalah salah satu
cerminan nyata dari nilai-nilai Pancasila. Untuk mengintegrasikan Pancasila
dengan budaya, diperlukan strategi seperti:
- Festival Budaya Nasional:
Mengadakan festival yang menampilkan keragaman budaya Indonesia, sekaligus
mempromosikan nilai-nilai Pancasila melalui kegiatan seni dan budaya.
- Digitalisasi Tradisi Lokal:
Membuat dokumentasi digital, seperti video atau artikel, tentang tradisi
dan adat istiadat yang sejalan dengan nilai-nilai Pancasila.
- Pengembangan Produk Lokal:
Mendukung ekonomi kreatif berbasis budaya yang mencerminkan nilai
Pancasila, seperti batik, ukiran, atau kerajinan tradisional.
4.
Pemberdayaan Masyarakat melalui Proyek Sosial
Proyek sosial berbasis
nilai-nilai Pancasila dapat menjadi cara efektif untuk menciptakan masyarakat
berbudaya:
- Gotong Royong Modern:
Mengadaptasi konsep gotong royong dalam konteks modern, seperti
crowdfunding untuk proyek sosial.
- Komunitas Multikultural:
Membentuk komunitas lintas suku dan agama yang mempromosikan dialog, kerja
sama, dan toleransi.
- Pelatihan dan Pendidikan Keterampilan:
Mengadakan pelatihan keterampilan berbasis nilai-nilai keadilan sosial
untuk masyarakat marginal.
5. Kolaborasi
Antar-Sektor
Integrasi nilai Pancasila juga
membutuhkan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat.
- Kampanye Nasional:
Pemerintah dapat menggandeng pelaku seni dan media untuk membuat kampanye
kreatif yang mempromosikan nilai-nilai Pancasila.
- Kemitraan Swasta:
Perusahaan dapat mendukung program pemberdayaan masyarakat yang
berorientasi pada keadilan sosial.
- Inisiatif Komunitas:
Masyarakat dapat memulai gerakan lokal yang mempromosikan nilai-nilai
Pancasila, seperti aksi peduli lingkungan atau program literasi budaya.
Enam dimensi pada profil pelajar pancasila akan saling
berkaitan dalam membentuk dan menguatkan karakter peserta didik. Dalam
praktiknya, proses pembelajaran akan dimulai dengan berdo’a dan dilanjutkan
dengan proses pembelajaran seperti melakukan aktivitas-aktivitas yang mampu
menstimulasi daya nalar kritis peserta didik. Dengan begitu, peserta didik
mampu mengaktualisasikan teori yang diperolehnya dan berdampak baik untuk
dirinya maupun kepada orang lain serta mewujudkan sumber daya manusia yang
berorentasi kepada nilai-nilai pancasila.
Proses pemecahan masalah yang dilakukan melalui diskusi
individu maupun kelompok akan membuat pembelajaran terasa bermakna dan
menantang yang mana merupakan perwujudan dari dimensi profil pelajar pancasila.
Enam dimensi pada profil pelajar pancasila mampu menghadirkan proses
pembelajaran yang berpihak pada peserta didik sehingga pembelajaran akan
berjalan lancar, aktif dan menyenangkan. Hal ini disebabkan setiap peserta
didik akan bertanggung jawab dengan hasil belajarnya serta dapat menghargai
pendapat serta pemikiran antar peserta didik melalui konsep dimensi mandiri dan
berakhlak mulia.
Pendidikan Pancasila merupakan salah satu mata kuliah wajib
yang selalu ada di universitas. Ketentuan ini berdasarkan Pasal 35 Ayat 5
Undang-undang No.12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Pasal tersebut
menyatakan bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat mata kuliah
Pendidikan Agama, pendidikan Pancasila, Pendidikan Kewarganegaraan, dan Bahasa
Indonesia. Dengan kata lain, Pendidikan Pancasila adalah pendidikan ideologi di
Indonesia.
Kesimpulan
Mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dengan kreativitas
adalah langkah strategis untuk menciptakan masyarakat yang berbudaya, harmonis,
dan progresif. Melalui pendidikan inovatif, teknologi digital, penguatan budaya
lokal, pemberdayaan masyarakat, dan kolaborasi antar-sektor, Pancasila dapat
diaktualisasikan secara relevan dalam kehidupan modern. Integrasi ini
memungkinkan masyarakat Indonesia untuk tetap berakar pada identitas nasional
sambil merespons dinamika global dengan bijak.
Integrasi nilai-nilai Pancasila untuk membangun karakter
pelajar Pancasila di lingkungan kampus dalam subjek atau mata pelajaran
pengembangan kepribadian dipandang sebagai kebutuhan yang mendesak. Berdasarkan
hal tersebut kita dapat menyimpulkan integrasi nilai-nilai Pancasila dalam
pendidikan karakter untuk membangun karakter pelajar Pancasila di lingkungan
kampus ditandai dengan: (1) Pembelajaran Pendidikan Pancasila dengan penanaman
nilai-nilai karakter Pancasila untuk membentuk kepribadian Pancasilais yang
dapat melengkapi sikap profesionalisme lulusan program studi; (2) Pembudayaan
dan pembiasaan nilai-nilai karakter Pancasila diharapkan mampu membentuk jati
diri mahasiswa yang beretika dan bermoral sesuai nilai-nilai yang terkandung
dalam ideologi Pancasila, norma-norma agama dan tata nilai akademis yang
dikembangkan di dalam kehidupan kampus; dan (3) Tindakan konkrit mahasiswa
dalam menerapkan pembiasaan nilai-nilai Pancasila melalui organisasi dan
kegiatan-kegiatan mahasiswa di lingkungan kampus.
Kesimpulan yang diperoleh adalah Pancasila menjadi dasar
dalam lahirnya Profil Pelajar Pancasila sehingga dalam implementasinya selalu
berlandaskan nilai-nilai yang terkandung pada pancasila. Pendidikan dengan
berlandaskan Profil Pelajar Pancasila akan mengembalikan pendidikan Indonesia
kepada ruhnya yang berlandaskan pada Pancasila. Pelajar Pancasila adalah
perwujudan dari pelajar Indonesia yang memiliki kompetensi global dan perilaku
yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Terdapat enam karakteristik utama
dalam Pelajar Pancasila, yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
dan berakhlak mulia; berkebinekaan global; bergotong royong; mandiri; bernalar
kritis; serta kreatif. Keenam ciri ini dirumuskan dengan tujuan membentuk
sumber daya manusia yang unggul, pelajar sepanjang hayat yang memiliki
kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Pendidikan Pancasila yang mendukung pembentukan karakter
positif dari mahasiswa sejalan dengan upaya Gerakan Nasional Revolusi Mental
(GNRM), yang melibatkan kolaborasi antara lembaga pendidikan, keluarga, dan
masyarakat guna memperkuat karakter yang menjunjung tinggi nilai-nilai budaya
dan menghargai berbagai bentuk keberagaman masyarakat Indonesia, khususnya di
lingkungan kampus IAKN Kupang. Walaupun diakui masih terdapat oknum-oknum
mahasiswa yang terkadang melanggar norma norma budaya yang menunjukkan karakter
negatif namun setiap tenaga pendidik senantiasa berupaya untuk membantu
oknum-oknum mahasiswa tersebut mampu merubah perilakunya untuk semakin menjadi
manusia Indonesia yang menghidupi nilai-nilai Pancasila.
Saran
- Pemerintah perlu mendukung inovasi dalam
pendidikan Pancasila dengan menyediakan materi berbasis teknologi dan
budaya lokal.
- Masyarakat diharapkan lebih proaktif dalam
melestarikan budaya lokal sebagai bagian dari implementasi nilai-nilai
Pancasila.
- Perlu ada sinergi antara pemerintah,
sektor swasta, dan komunitas lokal untuk menciptakan program yang
mendukung integrasi nilai-nilai Pancasila dengan kreativitas.
- Teknologi harus dimanfaatkan secara
maksimal untuk menyebarkan nilai-nilai Pancasila kepada generasi muda
melalui platform digital.
Adapun saran yang diberikan yaitu diperlukan upaya yang
lebih intensif dalam mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila sebagai entitas dan
identitas bangsa Indonesia dalam pembelajaran berbasis profil pelajar
Pancasila. Hal ini dapat dilakukan dengan mengembangkan kurikulum yang
konsisten dengan prinsip-prinsip Pancasila dan melibatkan semua pemangku
kepentingan dalam proses pendidikan. Perlu adanya peningkatan pengetahuan dan
pemahaman para pendidik tentang Pancasila sebagai entitas dan identitas bangsa
Indonesia. Guru harus menjadi fasilitator yang mampu menyampaikan dan
menerapkan nilai-nilai Pancasila secara autentik dalam pembelajaran, sehingga
peserta didik dapat menginternalisasi nilai-nilai tersebut dengan baik.
Daftar Pustaka
- Kaelan. (2010). Pancasila: Yuridis dan
Filosofis. Yogyakarta: Paradigma.
- Notonagoro. (1983). Pancasila Secara
Ilmiah Populer. Jakarta: Balai Pustaka.
- Soekarno. (1945). Pidato Lahirnya
Pancasila.
- UNESCO. (2020). Creativity for
Education and Social Change. Paris: UNESCO Publishing.
- Al-Makassary, A. (2019). Globalisasi
dan Ketahanan Budaya Indonesia. Surabaya: Unair Press.
- BPIP. (2023). Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Jakarta: Badan Pembinaan Ideologi Pancasila.
- Sunoto, S. (2021). Digitalisasi dan Pancasila: Studi Kasus pada Generasi Muda. Jakarta: Gramedia Pustaka.
No comments:
Post a Comment