Tuesday, November 26, 2024

Mengintegrasikan Nilai Pancasila dengan Kreativitas untuk Menciptakan Masyarakat Berbudaya

Mind Map


Abstrak

Pancasila adalah dasar negara Indonesia yang berfungsi sebagai pedoman dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Di era globalisasi, tantangan muncul ketika nilai-nilai Pancasila mulai tergeser oleh budaya asing yang tidak sejalan dengan identitas bangsa. Artikel ini membahas pentingnya mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dengan kreativitas untuk membangun masyarakat yang berbudaya. Melalui pendekatan inovatif dalam bidang pendidikan, teknologi, seni, dan sosial, nilai-nilai Pancasila dapat diaktualisasikan secara efektif. Dengan integrasi ini, diharapkan masyarakat Indonesia mampu mempertahankan identitas budaya lokal sambil tetap relevan dalam dinamika global.

Pembangunan pendidikan nasional disinergi dan linearitas diarahkan membangun, memelihara, mengembangkan karakter dan wawasan kebangsaan, persatuan nasional, solidaritas nasional, dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam pendidikan karakter ditentukan oleh tiga hal: mengetahui, perasaan moral yang moral, dan perilaku moral. Dengan tujuan untuk membangun bangsa yang kuat, kompetitif, moral, berbudi, akhlak mulia baik, toleransi, bekerjasama, semangat patriotik, berkembang dinamis, ilmu pengetahuan dan teknologi yang berorientasi dengan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Metode penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik Pengumpulan data dalam penelitian ini melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Sedangkan Analisis data melalui reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Pembelajaran Pendidikan Pancasila dengan penanaman nilai-nilai karakter Pancasila untuk membentuk kepribadian Pancasilais yang dapat melengkapi sikap profesionalisme lulusan program studi; (2) Pembudayaan dan pembiasaan nilai-nilai karakter Pancasila diharapkan mampu membentuk jati diri mahasiswa yang beretika dan bermoral sesuai nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila, norma-norma agama dan tata nilai akademis yang dikembangkan di dalam kehidupan kampus; dan (3) Tindakan konkrit mahasiswa dalam menerapkan pembiasaan nilai-nilai Pancasila melalui organisasi dan kegiatan-kegiatan mahasiswa di lingkungan kampus.

Pancasila menjadi landasan bagi terbentuknya Profil Pelajar Pancasila sehingga dalam praktiknya selalu mengedepankan prinsip-prinsip yang terkandung dalam Pancasila. Pendidikan yang berdasarkan pada Profil Pelajar Pancasila akan mengembalikan esensi pendidikan di Indonesia yang berakar pada Pancasila. Pelajar Pancasila mencerminkan identitas pelajar Indonesia yang memiliki keahlian global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam karakteristik utama: memiliki keyakinan dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berperilaku yang mulia, memiliki sikap inklusif, mampu bekerja sama, mandiri, berpikir kritis, dan kreatif. Pembelajaran yang berbasis pada Profil Pelajar Pancasila perlu didukung oleh suasana sekolah yang kondusif dan inklusif. Dalam lingkungan yang demokratis dan berbudaya Pancasila, para siswa dapat berinteraksi dan belajar untuk menghormati perbedaan serta menerapkan nilai-nilai sosial Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Melibatkan peran orang tua dalam pembelajaran yang berbasis pada Profil Pelajar Pancasila menjadi faktor yang penting. Pemerintah perlu memperkuat kebijakan dan program-program yang mendukung pembelajaran berbasis Profil Pelajar Pancasila. Untuk itu, diperlukan pengembangan kurikulum yang menekankan integrasi nilai-nilai Pancasila, pelatihan bagi guru dalam menerapkan pembelajaran berbasis Profil Pelajar Pancasila, serta pengawasan dan evaluasi yang ketat untuk memastikan kualitas implementasi pembelajaran tersebut.

Kata Kunci
Pancasila, kreativitas, masyarakat berbudaya, globalisasi, inovasi.

Pendahuluan

Pancasila merupakan pedoman hidup bangsa Indonesia yang mencerminkan identitas nasional. Kelima sila dalam Pancasila mengajarkan tentang nilai-nilai yang menjadi fondasi kehidupan, seperti ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi, dan keadilan sosial. Namun, arus globalisasi membawa tantangan baru, seperti pengaruh budaya asing, individualisme, dan perkembangan teknologi yang sering kali mengikis nilai-nilai kebudayaan lokal.

Untuk menghadapi tantangan ini, kreativitas diperlukan sebagai cara untuk mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila ke dalam kehidupan masyarakat. Kreativitas memungkinkan Pancasila untuk diterjemahkan dalam bentuk-bentuk inovatif yang relevan dengan kebutuhan dan karakter masyarakat masa kini. Dengan pendekatan ini, Pancasila tidak hanya menjadi ideologi tetapi juga menjadi panduan yang hidup dan membangun masyarakat berbudaya yang harmonis dan progresif.

Pengaruh globalisasi dunia telah memberikan warna serta tatanan dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berupaya mendorong pembaharuan dalam pemanfaatan dari hasil teknologi. Teknologi berperan penting dalam perubahan terhadap globalisasi (Musa: 2015). Teknologi memberikan dampak dalam sisi kehidupan. Kemajuan teknologi terutama di era disrupsi saat ini tidak bisa dihindari dalam budaya dan peradaban manusia. Indratmoko (2017) menjelaskan bahwa masuknya unsur-unsur globalisasi yang sangat masiv dalam waktu yang begitu cepat akan mengakibatkan terjadinya perubahan sosial budaya secara susul terus menerus.

Dampak dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi bisa bersifat positif dan negatif, salah satu yang paling sulit adalah dari sisi negatif yakni pola kehidupan perilaku manusia menyimpang dari nilai-nilai, norma-norma, dan moral. Sebuah peradaban manusia mengalami perubahan signifikan dari era agraris, bergeser ke industri, dan sekarang menuju digital (Fikri: 2019). Dampak lainnya adalah mudahnya akses video porno di kalangan anak, remaja dan masyarakat. Begitu pula aksi teror, perkumpulan geng motor, perkelahian antar siswa di sekolah, pemakaian obat penyalahgunaan narkoba, jumlah kasus hukum dan transaksi hukum.

Permasalahan

Penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat menghadapi sejumlah tantangan, antara lain:

  1. Minimnya Pemahaman Praktis
    Nilai-nilai Pancasila sering dipahami secara teoritis tanpa penerapan konkret dalam kehidupan sehari-hari.
  2. Budaya Lokal yang Terkikis
    Pengaruh budaya asing melalui media sosial dan hiburan global sering kali membuat masyarakat, khususnya generasi muda, kurang menghargai budaya lokal.
  3. Ketimpangan Sosial
    Realitas sosial yang tidak merata menghambat pelaksanaan sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
  4. Kurangnya Penggunaan Teknologi untuk Edukasi Pancasila
    Teknologi yang berkembang pesat sering kali belum dimanfaatkan secara optimal untuk menyebarkan nilai-nilai Pancasila.
  5. Kreativitas yang Belum Dikelola Secara Strategis
    Potensi kreatif masyarakat sering kali tidak diarahkan untuk mendukung penguatan nilai-nilai budaya dan Pancasila.

Pembahasan

1. Mengintegrasikan Pancasila dalam Pendidikan Berbasis Kreativitas

Pendidikan merupakan medium yang efektif untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila. Namun, diperlukan pendekatan kreatif agar materi ini lebih relevan dan menarik.

  • Pendekatan Interaktif: Menggunakan simulasi atau gamifikasi untuk mengajarkan nilai-nilai Pancasila melalui cerita yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.
  • Integrasi Seni dan Budaya Lokal: Mengajarkan Pancasila melalui seni tradisional seperti wayang, tari daerah, atau musik tradisional yang mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa.
  • Kompetisi Inovatif: Mengadakan lomba pembuatan video kreatif bertema Pancasila untuk generasi muda.

2. Pemanfaatan Teknologi Digital

Teknologi dapat menjadi alat yang efektif untuk menyebarkan nilai-nilai Pancasila secara luas dan inovatif:

  • Aplikasi Pembelajaran: Mengembangkan aplikasi interaktif berbasis teknologi yang membantu masyarakat mempelajari nilai-nilai Pancasila dengan cara yang menarik.
  • Media Sosial: Membuat kampanye kreatif yang mempromosikan Pancasila dalam bentuk konten edukasi singkat, seperti video pendek, meme, dan infografis.
  • Virtual Reality (VR): Mengembangkan pengalaman VR yang menggambarkan situasi nyata penerapan nilai-nilai Pancasila, seperti gotong royong atau musyawarah.

3. Penguatan Budaya Lokal

Budaya lokal adalah salah satu cerminan nyata dari nilai-nilai Pancasila. Untuk mengintegrasikan Pancasila dengan budaya, diperlukan strategi seperti:

  • Festival Budaya Nasional: Mengadakan festival yang menampilkan keragaman budaya Indonesia, sekaligus mempromosikan nilai-nilai Pancasila melalui kegiatan seni dan budaya.
  • Digitalisasi Tradisi Lokal: Membuat dokumentasi digital, seperti video atau artikel, tentang tradisi dan adat istiadat yang sejalan dengan nilai-nilai Pancasila.
  • Pengembangan Produk Lokal: Mendukung ekonomi kreatif berbasis budaya yang mencerminkan nilai Pancasila, seperti batik, ukiran, atau kerajinan tradisional.

4. Pemberdayaan Masyarakat melalui Proyek Sosial

Proyek sosial berbasis nilai-nilai Pancasila dapat menjadi cara efektif untuk menciptakan masyarakat berbudaya:

  • Gotong Royong Modern: Mengadaptasi konsep gotong royong dalam konteks modern, seperti crowdfunding untuk proyek sosial.
  • Komunitas Multikultural: Membentuk komunitas lintas suku dan agama yang mempromosikan dialog, kerja sama, dan toleransi.
  • Pelatihan dan Pendidikan Keterampilan: Mengadakan pelatihan keterampilan berbasis nilai-nilai keadilan sosial untuk masyarakat marginal.

5. Kolaborasi Antar-Sektor

Integrasi nilai Pancasila juga membutuhkan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat.

  • Kampanye Nasional: Pemerintah dapat menggandeng pelaku seni dan media untuk membuat kampanye kreatif yang mempromosikan nilai-nilai Pancasila.
  • Kemitraan Swasta: Perusahaan dapat mendukung program pemberdayaan masyarakat yang berorientasi pada keadilan sosial.
  • Inisiatif Komunitas: Masyarakat dapat memulai gerakan lokal yang mempromosikan nilai-nilai Pancasila, seperti aksi peduli lingkungan atau program literasi budaya.

Enam dimensi pada profil pelajar pancasila akan saling berkaitan dalam membentuk dan menguatkan karakter peserta didik. Dalam praktiknya, proses pembelajaran akan dimulai dengan berdo’a dan dilanjutkan dengan proses pembelajaran seperti melakukan aktivitas-aktivitas yang mampu menstimulasi daya nalar kritis peserta didik. Dengan begitu, peserta didik mampu mengaktualisasikan teori yang diperolehnya dan berdampak baik untuk dirinya maupun kepada orang lain serta mewujudkan sumber daya manusia yang berorentasi kepada nilai-nilai pancasila.

Proses pemecahan masalah yang dilakukan melalui diskusi individu maupun kelompok akan membuat pembelajaran terasa bermakna dan menantang yang mana merupakan perwujudan dari dimensi profil pelajar pancasila. Enam dimensi pada profil pelajar pancasila mampu menghadirkan proses pembelajaran yang berpihak pada peserta didik sehingga pembelajaran akan berjalan lancar, aktif dan menyenangkan. Hal ini disebabkan setiap peserta didik akan bertanggung jawab dengan hasil belajarnya serta dapat menghargai pendapat serta pemikiran antar peserta didik melalui konsep dimensi mandiri dan berakhlak mulia.

Pendidikan Pancasila merupakan salah satu mata kuliah wajib yang selalu ada di universitas. Ketentuan ini berdasarkan Pasal 35 Ayat 5 Undang-undang No.12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Pasal tersebut menyatakan bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat mata kuliah Pendidikan Agama, pendidikan Pancasila, Pendidikan Kewarganegaraan, dan Bahasa Indonesia. Dengan kata lain, Pendidikan Pancasila adalah pendidikan ideologi di Indonesia.

Kesimpulan

Mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dengan kreativitas adalah langkah strategis untuk menciptakan masyarakat yang berbudaya, harmonis, dan progresif. Melalui pendidikan inovatif, teknologi digital, penguatan budaya lokal, pemberdayaan masyarakat, dan kolaborasi antar-sektor, Pancasila dapat diaktualisasikan secara relevan dalam kehidupan modern. Integrasi ini memungkinkan masyarakat Indonesia untuk tetap berakar pada identitas nasional sambil merespons dinamika global dengan bijak.

Integrasi nilai-nilai Pancasila untuk membangun karakter pelajar Pancasila di lingkungan kampus dalam subjek atau mata pelajaran pengembangan kepribadian dipandang sebagai kebutuhan yang mendesak. Berdasarkan hal tersebut kita dapat menyimpulkan integrasi nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan karakter untuk membangun karakter pelajar Pancasila di lingkungan kampus ditandai dengan: (1) Pembelajaran Pendidikan Pancasila dengan penanaman nilai-nilai karakter Pancasila untuk membentuk kepribadian Pancasilais yang dapat melengkapi sikap profesionalisme lulusan program studi; (2) Pembudayaan dan pembiasaan nilai-nilai karakter Pancasila diharapkan mampu membentuk jati diri mahasiswa yang beretika dan bermoral sesuai nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila, norma-norma agama dan tata nilai akademis yang dikembangkan di dalam kehidupan kampus; dan (3) Tindakan konkrit mahasiswa dalam menerapkan pembiasaan nilai-nilai Pancasila melalui organisasi dan kegiatan-kegiatan mahasiswa di lingkungan kampus.

Kesimpulan yang diperoleh adalah Pancasila menjadi dasar dalam lahirnya Profil Pelajar Pancasila sehingga dalam implementasinya selalu berlandaskan nilai-nilai yang terkandung pada pancasila. Pendidikan dengan berlandaskan Profil Pelajar Pancasila akan mengembalikan pendidikan Indonesia kepada ruhnya yang berlandaskan pada Pancasila. Pelajar Pancasila adalah perwujudan dari pelajar Indonesia yang memiliki kompetensi global dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Terdapat enam karakteristik utama dalam Pelajar Pancasila, yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia; berkebinekaan global; bergotong royong; mandiri; bernalar kritis; serta kreatif. Keenam ciri ini dirumuskan dengan tujuan membentuk sumber daya manusia yang unggul, pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

Pendidikan Pancasila yang mendukung pembentukan karakter positif dari mahasiswa sejalan dengan upaya Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM), yang melibatkan kolaborasi antara lembaga pendidikan, keluarga, dan masyarakat guna memperkuat karakter yang menjunjung tinggi nilai-nilai budaya dan menghargai berbagai bentuk keberagaman masyarakat Indonesia, khususnya di lingkungan kampus IAKN Kupang. Walaupun diakui masih terdapat oknum-oknum mahasiswa yang terkadang melanggar norma norma budaya yang menunjukkan karakter negatif namun setiap tenaga pendidik senantiasa berupaya untuk membantu oknum-oknum mahasiswa tersebut mampu merubah perilakunya untuk semakin menjadi manusia Indonesia yang menghidupi nilai-nilai Pancasila.

Saran

  1. Pemerintah perlu mendukung inovasi dalam pendidikan Pancasila dengan menyediakan materi berbasis teknologi dan budaya lokal.
  2. Masyarakat diharapkan lebih proaktif dalam melestarikan budaya lokal sebagai bagian dari implementasi nilai-nilai Pancasila.
  3. Perlu ada sinergi antara pemerintah, sektor swasta, dan komunitas lokal untuk menciptakan program yang mendukung integrasi nilai-nilai Pancasila dengan kreativitas.
  4. Teknologi harus dimanfaatkan secara maksimal untuk menyebarkan nilai-nilai Pancasila kepada generasi muda melalui platform digital.

Adapun saran yang diberikan yaitu diperlukan upaya yang lebih intensif dalam mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila sebagai entitas dan identitas bangsa Indonesia dalam pembelajaran berbasis profil pelajar Pancasila. Hal ini dapat dilakukan dengan mengembangkan kurikulum yang konsisten dengan prinsip-prinsip Pancasila dan melibatkan semua pemangku kepentingan dalam proses pendidikan. Perlu adanya peningkatan pengetahuan dan pemahaman para pendidik tentang Pancasila sebagai entitas dan identitas bangsa Indonesia. Guru harus menjadi fasilitator yang mampu menyampaikan dan menerapkan nilai-nilai Pancasila secara autentik dalam pembelajaran, sehingga peserta didik dapat menginternalisasi nilai-nilai tersebut dengan baik.

Daftar Pustaka

  1. Kaelan. (2010). Pancasila: Yuridis dan Filosofis. Yogyakarta: Paradigma.
  2. Notonagoro. (1983). Pancasila Secara Ilmiah Populer. Jakarta: Balai Pustaka.
  3. Soekarno. (1945). Pidato Lahirnya Pancasila.
  4. UNESCO. (2020). Creativity for Education and Social Change. Paris: UNESCO Publishing.
  5. Al-Makassary, A. (2019). Globalisasi dan Ketahanan Budaya Indonesia. Surabaya: Unair Press.
  6. BPIP. (2023). Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Jakarta: Badan Pembinaan Ideologi Pancasila.
  7. Sunoto, S. (2021). Digitalisasi dan Pancasila: Studi Kasus pada Generasi Muda. Jakarta: Gramedia Pustaka.

No comments:

Post a Comment

Mengintegrasikan Nilai Pancasila dengan Kreativitas untuk Menciptakan Masyarakat Berbudaya

Mind Map Abstrak Pancasila adalah dasar negara Indonesia yang berfungsi sebagai pedoman dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan berneg...