Oleh : Okta Salsabila (D04)
ABSTRAK
Konflik
SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan) di media sosial merupakan ancaman
nyata bagi integrasi bangsa Indonesia. Di era digital, media sosial menjadi
ruang utama penyebaran informasi, namun juga memudahkan penyebaran narasi
kebencian dan isu SARA yang dapat memicu polarisasi, resistensi, bahkan konflik
antar kelompok masyarakat. Penyebaran isu SARA di media sosial kerap kali
tidak sesuai fakta, sehingga menimbulkan keresahan, ketakutan, dan
kesalahpahaman di tengah masyarakat. Dampak negatif dari konflik SARA
meliputi terjadinya kekerasan, diskriminasi, disintegrasi bangsa, hingga
terhambatnya pembangunan dan rusaknya citra Indonesia di mata
dunia. Selain itu, postingan SARA di media sosial dapat merusak hubungan
antar individu maupun kelompok, memperkuat segregasi sosial, dan mengancam
persatuan nasional. Untuk menghadapi ancaman ini, diperlukan upaya bersama
dari pemerintah, masyarakat, dan media untuk meningkatkan literasi digital,
memperkuat narasi kebangsaan yang inklusif, serta menegakkan hukum terhadap
penyebaran hoaks dan ujaran kebencian. Dengan pengelolaan yang bijak, media
sosial dapat berperan positif dalam menjaga persatuan dalam keragaman
Indonesia.
Kata
Kunci : SARA (Suku, Agama, Ras, Antargolongan), Indonesia
PENDAHULUAN
Indonesia
sebagai negara yang kaya akan keberagaman suku, agama, ras, dan antargolongan
(SARA) menghadapi tantangan besar dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
Keanekaragaman yang seharusnya menjadi kekuatan, justru kerap memicu gesekan
dan konflik, terutama ketika isu SARA dimanfaatkan untuk kepentingan
tertentu. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, khususnya media
sosial, telah memberikan ruang baru bagi masyarakat untuk berinteraksi dan
berbagi informasi secara cepat dan luas. Namun, kemudahan ini juga membawa
dampak negatif, seperti maraknya penyebaran informasi yang mengandung unsur
SARA, hoaks, dan ujaran kebencian yang dapat memicu ketegangan hingga
perpecahan di tengah masyarakat.
Media
sosial sering kali menjadi wadah bagi penyebaran isu SARA yang tidak
terverifikasi, sehingga menimbulkan keresahan, prasangka, bahkan konflik di
dunia nyata. Kurangnya literasi digital dan pemahaman etika bermedia
sosial di kalangan masyarakat multietnis Indonesia memperparah situasi ini,
sehingga konflik SARA di media sosial menjadi ancaman nyata bagi integrasi
bangsa. Oleh karena itu, penting untuk memahami dinamika konflik SARA di
media sosial serta upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisasi dampaknya
demi menjaga keutuhan bangsa Indonesia.
PERMASALAHAN
Konflik
SARA di media sosial menimbulkan berbagai permasalahan yang sangat serius bagi
integrasi bangsa Indonesia. Salah satu permasalahan utama adalah penyebaran
hoaks dan ujaran kebencian yang sering kali mengandung unsur SARA, sehingga
memicu prasangka dan permusuhan antar kelompok masyarakat. Selain itu, media
sosial juga berpotensi memperkuat polarisasi dan perpecahan sosial, di mana
masyarakat terbagi menjadi kelompok-kelompok yang saling bertentangan, sehingga
mengancam rasa persatuan dan kebersamaan. Permasalahan lain yang tidak kalah
penting adalah kurangnya literasi digital di kalangan pengguna media sosial,
sehingga banyak orang mudah terprovokasi dan tanpa sadar ikut menyebarkan
konten yang bersifat memecah belah. Konflik SARA yang bermula di dunia maya pun
dapat meluas ke dunia nyata, menimbulkan kerusuhan dan tindakan kekerasan yang
mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat. Dampak negatif ini juga merusak
citra Indonesia sebagai negara yang menjunjung tinggi toleransi dan
keberagaman, serta mengancam keutuhan bangsa yang selama ini telah dibangun
dengan susah payah. Oleh karena itu, permasalahan konflik SARA di media sosial
memerlukan perhatian serius dan penanganan yang tepat agar tidak semakin
memperburuk kondisi persatuan nasional.
PEMBAHASAN
Konflik
SARA di media sosial menjadi persoalan yang sangat kompleks dan berpotensi
mengancam integrasi bangsa Indonesia. Media sosial, yang sejatinya dapat
menjadi sarana komunikasi dan penyebaran informasi positif, sering kali
disalahgunakan untuk menyebarkan konten bernada SARA yang memicu ketegangan dan
konflik antar kelompok masyarakat. Penelitian menunjukkan bahwa postingan SARA
di media sosial tidak hanya berdampak pada hubungan pertemanan secara virtual,
tetapi juga dapat menimbulkan sikap permusuhan dan pemutusan hubungan sosial di
dunia nyata. Selain itu, media sosial menjadi arena utama penyebaran hoaks
dan ujaran kebencian yang memperkuat polarisasi sosial, sehingga memperlemah
persatuan bangsa. Rendahnya literasi digital dan kurangnya pemahaman etika
bermedia sosial membuat masyarakat mudah terprovokasi dan ikut menyebarkan
konten yang memecah belah. Dalam konteks politik, isu SARA kerap
dimanfaatkan untuk memobilisasi massa dan memperkeruh suasana, terutama
menjelang pemilu, sehingga menimbulkan konflik horizontal yang membahayakan
stabilitas nasional. Oleh karena itu, diperlukan strategi terpadu yang
melibatkan pemerintah, tokoh agama, masyarakat, dan pengguna media sosial untuk
meningkatkan kesadaran beretika, menegakkan hukum terhadap penyebaran konten
provokatif, serta mengedukasi masyarakat agar media sosial dapat berperan
sebagai alat pemersatu dalam keberagaman Indonesia. Dengan demikian,
pengelolaan media sosial yang bijak menjadi kunci penting dalam menjaga
keutuhan dan persatuan bangsa di tengah tantangan konflik SARA.
KESIMPULAN
Konflik
bernuansa SARA di media sosial merupakan tantangan serius bagi persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia, karena media sosial yang seharusnya menjadi sarana
komunikasi dan penyebaran informasi positif justru sering disalahgunakan untuk
menyebarkan hoaks, ujaran kebencian, dan konten provokatif yang mengandung
unsur SARA. Hal ini memperkuat polarisasi sosial, memicu prasangka dan
permusuhan antar kelompok, serta berpotensi meluas ke konflik nyata yang
mengancam stabilitas dan keutuhan bangsa. Faktor utama yang memperparah kondisi
ini adalah rendahnya literasi digital dan kurangnya pemahaman etika bermedia
sosial di kalangan masyarakat multietnis Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan
upaya terpadu yang melibatkan pemerintah, tokoh agama, masyarakat, dan pengguna
media sosial untuk meningkatkan kesadaran beretika, menegakkan hukum terhadap
penyebaran konten provokatif, serta mengedukasi masyarakat agar media sosial
dapat berfungsi sebagai alat pemersatu dalam keberagaman Indonesia demi menjaga
integrasi dan keutuhan bangsa.
DAFTAR
PUSTAKA
Adri,
A. (2024, May 7). Keributan di Tangsel dan Isu SARA di Media yang Meresahkan
Warga. kompas.id. https://www.kompas.id/baca/metro/2024/05/07/keributan-di-tangsel-dan-isu-sara-di-media-yang-meresahkan-warga
Liputan.
(2024, December 14). Apa Itu SARA: Pengertian, Jenis, dan Dampaknya
Terhadap
Masyarakat.
liputan6.com. https://www.liputan6.com/feeds/read/5833892/apa-itu-sara-pengertian-jenis-dan-dampaknya-terhadap-masyarakat
Banua,
M. (2023, November 23). Bahaya Politik SARA Terhadap Stabilitas dan
Keharmonisan
Masyarakat. Mata Banua Online. https://matabanua.co.id/2023/11/23/bahaya-politik-sara-terhadap-stabilitas-dan-keharmonisan-masyarakat/
No comments:
Post a Comment