Thursday, September 26, 2024

 Evolusi Pancasila: Dari Doktrin Ideologi ke Praktik Sosial


Abstrak

Pancasila, sebagai ideologi dan dasar negara Indonesia, telah mengalami evolusi yang signifikan sejak pertama kali dirumuskan pada tahun 1945. Pada awalnya, Pancasila berfungsi sebagai doktrin ideologis yang mempersatukan bangsa yang plural dalam kerangka negara yang baru merdeka. Seiring berjalannya waktu, terutama selama era Orde Baru, Pancasila digunakan sebagai alat legitimasi kekuasaan dan stabilitas politik, meskipun hal ini menjauhkan nilai-nilainya dari masyarakat. Pasca-Reformasi 1998, Pancasila mulai dihidupkan kembali dalam konteks sosial sebagai landasan etis untuk praktik toleransi, pluralisme, dan keadilan sosial. Artikel ini membahas perjalanan evolusi Pancasila dari sekadar doktrin negara menjadi praktik sosial yang dinamis dan relevan dalam kehidupan sehari-hari. Tantangan ke depan, seperti globalisasi dan radikalisme, menguji kemampuan Pancasila untuk terus beradaptasi, namun nilai-nilainya tetap menjadi panduan moral dalam menjaga harmoni sosial bangsa Indonesia.

Kata Kunci
Pancasila ,Ideologi ,Doktrin ,Praktik Sosial ,Reformasi,Persatuan,Keadilan,Sosial,toleransi  Pluralisme,Demokrasi


Pendahuluan
Pancasila, sebagai dasar negara dan ideologi bangsa Indonesia, telah menjadi fondasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sejak pertama kali dirumuskan oleh Soekarno pada 1 Juni 1945 dalam sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Pancasila mengalami berbagai dinamika baik dari segi penerapan maupun pemaknaan. Proses transformasi ini mencerminkan bagaimana Pancasila tidak hanya diposisikan sebagai doktrin ideologi, tetapi juga berkembang menjadi praktik sosial yang mengakar dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

Permasalahan
  • Bagaimana evolusi Pancasila dari doktrin ideologi negara menjadi praktik sosial di masyarakat?
  • Apa tantangan utama yang dihadapi Pancasila dalam proses transformasi tersebut, terutama di era modern?
  • Bagaimana relevansi Pancasila dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia di tengah arus globalisasi, radikalisme, dan intoleransi?

Pembahasan
  1. Evolusi Pancasila dari Doktrin Ideologi ke Praktik Sosial
    Pada awalnya, Pancasila diformulasikan sebagai doktrin ideologis untuk mempersatukan bangsa yang sangat plural. Soekarno, sebagai penggagas awal, menghendaki agar Pancasila menjadi dasar yang bisa menampung berbagai perbedaan ideologi, suku, dan agama dalam negara yang baru merdeka. Pada masa Orde Baru, Pancasila menjadi landasan ideologis tunggal yang digunakan oleh pemerintah untuk memperkuat stabilitas dan legitimasi politik. Namun, pendekatan ini cenderung membuat Pancasila menjadi instrumen kekuasaan yang diajarkan secara formal tetapi tidak dihidupkan dalam praktik sosial masyarakat.

    Pasca-Reformasi 1998, terjadi pergeseran dalam pemahaman dan penerapan Pancasila. Nilai-nilai Pancasila mulai dihidupkan kembali sebagai pedoman moral dan etis dalam kehidupan sosial sehari-hari. Pancasila tidak lagi dipahami hanya sebagai doktrin negara, tetapi juga menjadi kerangka nilai yang mendasari berbagai tindakan sosial, seperti toleransi, gotong-royong, dan pluralisme. Masyarakat mulai mengadopsi nilai-nilai Pancasila dalam aksi-aksi sosial, yang melibatkan berbagai kelompok dalam gerakan kemanusiaan dan solidaritas.

  2. Tantangan dalam Transformasi Pancasila
    Meskipun Pancasila telah kembali dihidupkan dalam konteks sosial, sejumlah tantangan tetap ada, terutama di era globalisasi. Pengaruh ideologi asing, arus informasi yang begitu cepat, serta berkembangnya radikalisme dan intoleransi menjadi ancaman serius terhadap pemahaman dan penerapan nilai-nilai Pancasila. Radikalisme agama dan kelompok intoleran mencoba mendiskreditkan nilai-nilai Pancasila, terutama Sila Ketiga (Persatuan Indonesia) dan Sila Kelima (Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia), yang mengedepankan persatuan dalam keragaman dan keadilan bagi semua.

    Selain itu, pengaruh dari ideologi global yang bersifat liberal atau kapitalis juga mempengaruhi cara pandang masyarakat, terutama generasi muda, terhadap Pancasila. Sebagian masyarakat mulai mempertanyakan relevansi Pancasila di tengah perkembangan zaman dan modernitas. Tantangan ini menuntut adanya penguatan pemahaman yang lebih mendalam dan kritis terhadap Pancasila, baik melalui pendidikan formal maupun nonformal.

  3. Relevansi Pancasila di Era Modern
    Di tengah tantangan global, Pancasila tetap memiliki relevansi yang kuat dalam kehidupan sosial bangsa Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, seperti gotong-royong, persatuan, kemanusiaan, dan keadilan sosial, sangat relevan dalam menjaga harmoni sosial di tengah perbedaan etnis, agama, dan budaya. Pancasila menjadi alat penting untuk memperkuat pluralisme dan toleransi di masyarakat.

    Selain itu, inisiatif pemerintah dan lembaga seperti BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila) berperan penting dalam mengintegrasikan kembali nilai-nilai Pancasila ke dalam kehidupan generasi muda. Program-program pendidikan berbasis Pancasila dan kegiatan sosial yang mempromosikan semangat gotong-royong dan solidaritas antarwarga menjadi salah satu cara untuk menjaga relevansi Pancasila di era modern.

Secara keseluruhan, meskipun menghadapi berbagai tantangan, Pancasila tetap menjadi fondasi utama dalam membangun masyarakat yang harmonis, adil, dan toleran. Tantangan yang ada justru memperkuat pentingnya Pancasila sebagai panduan sosial dan moral bagi seluruh rakyat Indonesia.


Kesimpulan
Pancasila telah berevolusi dari doktrin ideologi negara menjadi praktik sosial yang lebih relevan dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Proses evolusi ini mencerminkan bagaimana Pancasila tetap relevan sebagai pedoman moral dan etis bagi bangsa, meskipun menghadapi tantangan dari globalisasi, arus informasi, dan ideologi asing. Nilai-nilai dasar Pancasila, seperti persatuan, keadilan, dan kemanusiaan, menjadi kunci dalam menjaga harmoni sosial di tengah perbedaan.

Saran
Untuk memastikan keberlanjutan Pancasila dalam kehidupan sosial, diperlukan penguatan pendidikan Pancasila di semua jenjang, dari sekolah hingga masyarakat luas. Pemerintah dan lembaga terkait seperti BPIP harus berfokus pada penyebaran nilai-nilai Pancasila yang lebih aplikatif dan kontekstual dengan perkembangan zaman. Selain itu, keterlibatan masyarakat dalam menghidupkan kembali nilai-nilai Pancasila melalui kegiatan sosial, budaya, dan kemanusiaan sangat penting dalam memperkuat Pancasila sebagai praktik sosial.

daftar pustaka
  • Hatta, Mohammad. (1980). Pengertian Pancasila. Jakarta: Inti Idayu Press.
  • Kaelan, M.S. (2004). Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
  • Notonagoro. (1975). Pancasila Secara Ilmiah Populer. Jakarta: Bina Aksara.
  • Soekarno. (1966). Pidato Lahirnya Pancasila. Jakarta: Yayasan Idayu.
  • Wahjudi, Djoko. (1991). Pancasila dan Demokrasi di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
  • Anshari, Endang Saifuddin. (1981). Pancasila sebagai Ideologi. Jakarta: Ghalia Indonesia.



  • No comments:

    Post a Comment

    Menguatkan Pembangunan Nasional melalui Implementasi Pancasila

      Abstrak Pancasila, sebagai ideologi dan dasar negara Indonesia, memiliki peran penting dalam membimbing arah pembangunan nasional. Artikel...