Sunday, September 22, 2024

Pancasila sebagai Dasar Negara: Perspektif Sejarah dan Kontemporer

Abstrak

Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang memiliki akar sejarah yang dalam dan relevansi yang kuat dalam konteks kontemporer. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji Pancasila dari perspektif sejarah, termasuk proses perumusan dan penerapannya, serta tantangan yang dihadapi di era modern. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, artikel ini mengeksplorasi bagaimana Pancasila tetap menjadi pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pancasila tidak hanya relevan dalam konteks sejarah, tetapi juga memiliki aplikasi praktis yang signifikan dalam menghadapi tantangan globalisasi dan perubahan sosial.

Kata Kunci

Pancasila, dasar negara, sejarah, kontemporer, identitas bangsa.

Pendahuluan

Latar Belakang Pancasila sebagai Dasar Negara: Pancasila adalah fondasi moral, ideologis, dan hukum bagi Republik Indonesia. Perumusannya terjadi pada masa akhir pendudukan Jepang di Indonesia sekitar tahun 1942. Pada tanggal 1 Juni 1945, dalam sidang BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia), Soekarno menyampaikan pidato berjudul “Pancasila.” Pidato ini menjadi cikal bakal lahirnya Pancasila sebagai dasar negara.

Makna Pancasila:

Pancasila sebagai Dasar Negara: Perspektif Sejarah dan Kontemporer

Pancasila memiliki peran sentral dalam membentuk karakter bangsa Indonesia dan menjadi landasan moral, ideologis, dan hukum. Berikut beberapa aspek yang menjelaskan makna dan urgensi Pancasila:

  1. Cita-cita Bangsa:
    • Pancasila merupakan hasil dari perjuangan dan pengalaman sejarah bangsa Indonesia dalam mencari identitas dan cita-cita nasional.
    • Sebagai dasar negara, Pancasila mengandung nilai-nilai luhur yang menggambarkan tujuan dan harapan bangsa.
  2. Ideologi Terbuka:
    • Pancasila dapat diartikan sebagai ideologi terbuka. Ini berarti bahwa Pancasila tidak bersifat dogmatis dan dapat terus berkembang sesuai dengan perubahan zaman dan kebutuhan masyarakat.
    • Pancasila dirumuskan melalui serangkaian proses musyawarah dan diskusi para pendiri bangsa, yang mewakili berbagai golongan masyarakat.
  3. Nilai-nilai Pancasila:
    • Lima sila Pancasila mengandung nilai-nilai kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.
    • Nilai-nilai ini harus dijalankan dalam kehidupan sehari-hari, baik melalui tindakan maupun sikap yang kita tunjukkan.

Fungsi Pancasila:

Fungsi Ideologi Negara:

    • Pancasila berfungsi sebagai ideologi negara Indonesia. Ini berarti bahwa Pancasila menjadi pandangan hidup yang mengikat seluruh warga negara.
    • Sebagai ideologi, Pancasila memberikan arah dan tujuan bagi pembangunan nasional serta menggambarkan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa Indonesia.

Fungsi Dasar Hukum:

    • Pancasila ditetapkan sebagai dasar hukum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Ini berarti bahwa semua peraturan dan kebijakan di Indonesia harus selaras dengan nilai-nilai Pancasila.
    • Pancasila menjadi payung hukum yang mengatur segala aspek kehidupan masyarakat, termasuk politik, ekonomi, sosial, dan budaya.

 

 

Fungsi Pandangan Hidup Bangsa:

    • Pancasila bukan hanya sekadar teori, tetapi juga menjadi praktik dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai Pancasila harus diaplikasikan dalam tindakan dan sikap kita.
    • Sebagai pandangan hidup, Pancasila mempersatukan kita sebagai warga negara Indonesia dan mengajarkan tentang toleransi, persatuan, dan kebhinekaan.

Fungsi Pengukur Kritis:

    • Pancasila menjadi ukuran untuk melakukan kritik terhadap keadaan bangsa dan negara. Kita dapat mengukur sejauh mana implementasi nilai-nilai Pancasila dalam berbagai bidang.
    • Dengan menggunakan Pancasila sebagai pengukur kritis, kita dapat memperbaiki dan mengarahkan pembangunan negara ke arah yang lebih baik.

Permasalahan:

  1. Menguatnya Individualisme:
  2. Maraknya Kosmopolitanisme:
  3. Radikalisme dan Ekstremisme:
  4. Perubahan Sosial dan Teknologi:

1. Perumusan Pancasila:

  • Sidang BPUPKI: Pada 1 Juni 1945, dalam sidang BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia), Soekarno menyampaikan pidato berjudul “Pancasila.” Pidato ini menjadi cikal bakal lahirnya Pancasila sebagai dasar negara.
  • Diskusi Panjang: Sebelumnya, pada 29 Mei hingga 1 Juni 1945, BPUPKI telah mengadakan diskusi panjang yang dihadiri oleh tokoh-tokoh seperti Muhammad Yamin, Prof. Dr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Ketiganya menyampaikan gagasan mengenai dasar negara untuk bangsa Indonesia.
  • Terbentuknya Panitia Sembilan: Mendengar gagasan Soekarno, BPUPKI membentuk Panitia Sembilan yang terdiri dari Soekarno, Mohammad Hatta, Abikoesno Tjokrosoejoso, Abdul Kahar Muzakir, Agus Salim, Achmad Soebardjo, Mr. AA Maramis, Wahid Hasjim, dan Muhammad Yamin. Panitia ini bertugas menyusun dasar negara berdasarkan pidato Soekarno.
  • Rumusan Awal Pancasila: Dalam Piagam Jakarta, sila pertama awalnya hanya mencakup pemeluk agama Islam. Namun, setelah perdebatan, kalimat sila pertama diubah menjadi "Ketuhanan yang Maha Esa"1.

2. Lima Sila Pancasila:

  • Arti Kata Pancasila: Pancasila berasal dari Bahasa Sanskerta, dengan “Panca” yang berarti lima dan “Sila” yang berarti prinsip atau asas.
  • Lima Poin Prinsip Dasar: Pancasila terdiri dari lima poin yang menjadi prinsip dasar bagi bangsa Indonesia. Kelima poin ini juga tercantum dalam alinea ke-4 Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
  • Peran Pancasila: Pancasila bukan hanya sekadar kata-kata, tetapi merupakan landasan moral dan ideologi yang mengikat seluruh rakyat Indonesia. Setiap 1 Juni, kita memperingati Hari Lahirnya Pancasila sebagai penghormatan terhadap momen bersejarah ini2.
  1. Bagaimana implementasi Pancasila dalam konteks kontemporer?

 

 

Gotong Royong dan Tanggung Jawab Sosial:

    1. Konsep gotong royong dan rasa tanggung jawab sosial memainkan peran penting dalam membentuk karakter yang kuat dan peduli terhadap lingkungan sekitar. Gotong royong mengajarkan tentang kerjasama, saling membantu, dan kepedulian terhadap sesama. Nilai ini relevan dalam konteks masyarakat modern yang semakin kompleks dan terkoneksi secara global1.

Pendidikan Kewarganegaraan dan Pancasila:

    1. Implementasi Pancasila dapat dimulai dari pendidikan. Pendidikan kewarganegaraan dan pengajaran nilai-nilai Pancasila di setiap tingkatan pendidikan sangat penting. Generasi muda perlu memahami makna dan pentingnya Pancasila sebagai dasar negara dan panduan dalam berperilaku2.

Peran Hari Besar dan Nilai-nilai Pancasila:

    1. Peringatan hari-hari besar nasional, seperti Hari Kemerdekaan, Hari Pahlawan, dan Hari Sumpah Pemuda, dapat menjadi momen untuk menguatkan pemahaman tentang Pancasila. Nilai-nilai Pancasila perlu ditekankan dalam perayaan dan kegiatan sehari-hari3.

Seni Berkarakter Nasionalis:

    1. Pertunjukan seni, baik musik, tari, maupun teater, dapat menjadi sarana untuk menyebarkan nilai-nilai Pancasila. Seni yang mengangkat tema nasionalisme, persatuan, dan kebhinekaan dapat memperkuat implementasi Pancasila di tengah arus globalisasi2.

Peran Orang Tua dan Masyarakat:

    1. Orang tua dan masyarakat memiliki peran besar dalam membentuk karakter anak-anak. Nilai-nilai Pancasila perlu diterapkan dalam keluarga dan lingkungan sekitar. Contohnya, mengajarkan anak-anak tentang toleransi, menghormati perbedaan, dan cinta tanah air2.
  1. Tantangan apa yang dihadapi Pancasila di era globalisasi dan perubahan sosial?

Penyebaran Ideologi Alternatif:

Globalisasi membuka akses yang lebih luas terhadap berbagai ideologi dan pandangan dunia. Pancasila harus tetap relevan dan mampu bersaing dengan ideologi-ideologi alternatif yang dapat mempengaruhi pemikiran masyarakat1.

Bagaimana kita memperkuat pemahaman tentang Pancasila dan mengkomunikasikan nilai-nilainya secara efektif menjadi kunci dalam menghadapi tantangan ini.

 

 

Eksklusivisme Sosial dan Polarisasi:

Globalisasi juga dapat memperkuat eksklusivisme sosial, di mana kelompok-kelompok tertentu cenderung menutup diri dan menolak perbedaan. Pancasila, sebagai landasan kebhinekaan, harus mengatasi polarisasi dan memperkuat semangat inklusivitas2.

Bagaimana kita membangun dialog dan toleransi antarberagam kelompok menjadi penting dalam menghadapi tantangan ini.

Fragmentasi Sosial:

Perubahan sosial yang cepat dapat menyebabkan fragmentasi masyarakat. Pancasila menekankan persatuan dan kesatuan, sehingga perlu ada upaya konkret untuk memperkuat ikatan sosial dan mengurangi perpecahan1.

Radikalisme dan Ujaran Kebencian:

Globalisasi juga membawa tantangan baru, termasuk penyebaran radikalisme dan ujaran kebencian melalui media sosial dan internet. Pancasila harus menjadi payung yang melindungi masyarakat dari pengaruh negatif ini2.

Meningkatnya Individualisme dan Kosmopolitanisme:

Individualisme yang semakin kuat dan pandangan kosmopolitanisme (pandangan bahwa kita adalah warga dunia) dapat mengaburkan identitas nasional dan nilai-nilai lokal. Pancasila perlu memperkuat kesadaran akan kebangsaan dan kebhinekaan2.

Pembahasan

1. Latar Belakang Sejarah Pancasila

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia memiliki sejarah yang panjang dan kompleks. Hari lahirnya Pancasila diperingati pada 1 Juni 1945, ketika Soekarno mengemukakan konsep Pancasila dalam sidang BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Dalam pidatonya, Soekarno menekankan pentingnya nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai landasan bagi negara yang akan dibangun. Pancasila dirumuskan melalui proses demokratis yang melibatkan berbagai pandangan dari anggota BPUPKI dan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) 

1

.Pancasila terdiri dari lima sila yang mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Sila pertama, "Ketuhanan yang Maha Esa," menunjukkan pengakuan terhadap keberadaan Tuhan dan pentingnya spiritualitas dalam kehidupan masyarakat. Sila kedua, "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab," menekankan perlunya menghormati martabat manusia. Sila ketiga, "Persatuan Indonesia," menggarisbawahi pentingnya persatuan di tengah keragaman. Sila keempat, "Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan," menekankan prinsip demokrasi. Sila kelima, "Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia," menunjukkan komitmen untuk menciptakan keadilan sosial.

2. Implementasi Pancasila dalam Konteks Kontemporer

Dalam konteks kontemporer, Pancasila tetap menjadi pedoman dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila diintegrasikan dalam sistem pendidikan nasional, di mana nilai-nilai Pancasila diajarkan kepada generasi muda sebagai bagian dari pembentukan karakter bangsa. Pendidikan Pancasila bertujuan untuk menanamkan rasa cinta tanah air, kesadaran berbangsa, dan nilai-nilai moral yang baik.Di tingkat kebijakan publik, Pancasila menjadi acuan dalam penyusunan undang-undang dan peraturan. Sebagai contoh, dalam penyusunan RUU (Rancangan Undang-Undang), prinsip-prinsip Pancasila harus diakomodasi untuk memastikan bahwa kebijakan yang diambil mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Hal ini penting untuk menjaga keadilan dan kesejahteraan masyarakat.Namun, implementasi Pancasila tidak selalu berjalan mulus. Tantangan yang dihadapi termasuk kurangnya pemahaman masyarakat tentang Pancasila dan nilai-nilainya. Banyak generasi muda yang tidak memahami makna dan pentingnya Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, diperlukan upaya lebih lanjut untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang Pancasila.

3. Tantangan Pancasila di Era Globalisasi

Meningkatnya Individualisme:

    • Apa itu Individualisme? Individualisme adalah paham yang mementingkan hak individu atau perseorangan, seringkali mengesampingkan hak masyarakat umum.
    • Dampak Globalisasi: Kemudahan pemenuhan kebutuhan secara virtual tanpa interaksi fisik memperkuat paham individualisme. Bekerja, berbelanja, dan bersekolah kini sering dilakukan secara online.
    • Ancaman terhadap Nilai-nilai Pancasila: Individualisme dapat melunturkan nilai-nilai Pancasila yang menganut keyakinan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Sila kedua tentang kemanusiaan dan sila ketiga tentang kebangsaan perlu dijaga agar tidak tergerus oleh paham ini.

Maraknya Kosmopolitanisme:

    • Apa itu Kosmopolitanisme? Kosmopolitanisme menganggap seluruh manusia sebagai anggota komunitas global.
    • Tantangan: Jika berlebihan, pandangan kosmopolitanisme dapat mengaburkan identitas nasional. Pancasila perlu memperkuat kesadaran akan kebangsaan dan kebhinekaan.

Radikalisme dan Ujaran Kebencian:

    • Dampak Globalisasi: Penyebaran radikalisme dan ujaran kebencian melalui media sosial dan internet.
    • Peran Pancasila: Pancasila harus menjadi payung yang melindungi masyarakat dari pengaruh negatif ini.
  1. Fragmentasi Sosial:
    • Dampak Perubahan Sosial: Perubahan sosial yang cepat dapat menyebabkan fragmentasi masyarakat.
    • Peran Pancasila: Pancasila menekankan persatuan dan kesatuan, perlu ada upaya konkret untuk memperkuat ikatan sosial dan mengurangi perpecahan.

2

.Selain itu, pluralisme yang ada di Indonesia juga menjadi tantangan tersendiri. Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku, agama, dan budaya, yang kadang-kadang dapat menimbulkan konflik. Pancasila sebagai dasar negara harus mampu menjadi jembatan untuk menyatukan perbedaan tersebut. Oleh karena itu, penting untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya toleransi dan saling menghormati antarumat beragama dan antarbudaya.

Kesimpulan dan Saran

Pancasila tetap relevan sebagai dasar negara yang dapat memandu kehidupan berbangsa di Indonesia. Meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan, Pancasila memiliki potensi besar untuk membentuk karakter bangsa yang kuat. Oleh karena itu, disarankan agar pemerintah dan masyarakat lebih aktif dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila melalui pendidikan, kampanye sosial, dan kebijakan yang mendukung keragaman dan persatuan.Pendidikan Pancasila harus ditingkatkan di semua level pendidikan, mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Selain itu, sosialisasi yang lebih masif tentang pentingnya Pancasila dalam kehidupan sehari-hari perlu dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Dengan demikian, Pancasila dapat terus menjadi pedoman dalam menghadapi tantangan zaman dan membangun masa depan yang lebih baik bagi bangsa Indonesia.

Daftar Pustaka:

  1. Soekarno, B. (1968). "Pancasila: Dasar Filsafat Negara." Jakarta: Pustaka Jaya.
  2. Nasution, H. (2008). "Pendidikan Pancasila." Yogyakarta: Penerbit Andi.
  3. Sihombing, R. (2020). "Globalisasi dan Tantangan Pancasila." Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, 5(2), 45-60.
  4. 10 Tantangan Pancasila di Era Globalisasi dan Cara Menghadapinya (tirto.id)
  5. Sejarah Pancasila sebagai Dasar Negara – Kompaspedia
  6. Relevansi dan Implementasi Pancasila dalam Dinamika Masyarakat Modern - Kompasiana.com
  7. (PDF) Pancasila dalam Diskursus Hubungan Internasional Kontemporer | Ahmad Rizky M. Umar - Academia.edu
  8. Pancasila sebagai Paradigma Ideologi Negara: Implikasi dan Relevansinya dalam Konteks Masyarakat Modern | Advances In Social Humanities Research (adshr.org)
  9. Sejarah Perumusan Pancasila, Latar Belakang Terbentuknya Dasar Negara | kumparan.com
  10. Sejarah Pancasila sebagai Dasar Negara – Kompaspedia
  11. Pancasila di Tengah Era Globalisasi (lemhannas.go.id)
  12. 27539 (uns.ac.id)
  13. Tantangan Pancasila di Era Globalisasi: Memperkokoh Identitas dan Keberlangsungan Bangsa Indonesia - Read More
  14. Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara – Blog UI An Nur Lampung (an-nur.ac.id)
  15. https://jurnal.uns.ac.id/indigenous/article/download/79618/pdf
  16. https://kompaspedia.kompas.id/baca/paparan-topik/sejarah-perumusan-pancasila-sebagai-dasar-negara-dan-pandangan-hidup-bangsa
  17. http://safaat.lecture.ub.ac.id/files/2017/02/MODUL-PENDIDIKAN-PANCASILA.pdf
  18. https://eprints.uny.ac.id/67948/1/AJAT%20-%20DEMOKRASI%20DALAM%20PERSPEKTIF%20SEJARAH.pdf
  19. https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/mkwu/8-PendidikanPancasila.pdf

No comments:

Post a Comment

PRESENTASI PANCASILA (5)

PRESENTASI PANCASILA (5) Jum'at, 18 Oktober 2024