Thursday, September 26, 2024

Sejarah Pancasila di Tengah Gelombang Globalisasi

 


Oleh : Muhammad Haqqi Azhari (A12)



Abstrak

Pancasila, sebagai dasar negara Indonesia, memiliki peran strategis yang tidak tergantikan dalam mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara. Lima sila Pancasila, yakni Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, bukanlah sekadar asas formal yang tertulis dalam konstitusi, melainkan juga panduan moral yang mencerminkan karakter dan identitas bangsa Indonesia. Pancasila lahir dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaan, dan telah menjadi pondasi kokoh yang sarat dengan nilai-nilai kebersamaan, gotong royong, serta keadilan sosial yang melandasi kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Namun, seiring berjalannya waktu, bangsa Indonesia dihadapkan pada tantangan besar yang datang dari arus globalisasi. Globalisasi, yang ditandai dengan meningkatnya keterhubungan antarbangsa dalam berbagai bidang seperti ekonomi, teknologi, politik, dan budaya, telah membawa pengaruh yang signifikan dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Dampak globalisasi ini tidak selalu sejalan dengan nilai-nilai Pancasila yang menekankan kearifan lokal dan prinsip-prinsip moral yang luhur. Perubahan-perubahan ekonomi yang cepat, gaya hidup individualistis, hingga masuknya nilai-nilai asing yang kadang tidak sesuai dengan norma-norma lokal, menjadi tantangan besar dalam menjaga dan menerapkan Pancasila sebagai ideologi bangsa.

Pada aspek ekonomi, globalisasi menciptakan kompetisi yang semakin ketat antarnegara, termasuk Indonesia. Dalam upaya bersaing di pasar global, terkadang nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan sosial yang diusung oleh Pancasila terabaikan. Fenomena ketimpangan ekonomi yang semakin lebar antara kelompok masyarakat kaya dan miskin, serta dominasi perusahaan multinasional yang seringkali tidak memperhatikan keberlanjutan sosial dan lingkungan, menjadi salah satu tantangan yang dihadapi. Prinsip keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, sebagaimana diatur dalam sila kelima Pancasila, seringkali terancam oleh kepentingan-kepentingan kapitalis yang berorientasi pada keuntungan semata.

Dari sudut pandang sosial dan budaya, globalisasi juga membawa pengaruh yang tidak kalah besar. Masuknya budaya asing melalui media massa, internet, dan teknologi informasi telah mengubah gaya hidup dan cara berpikir masyarakat, terutama generasi muda. Nilai-nilai kebersamaan, gotong royong, dan kekeluargaan yang selama ini menjadi ciri khas bangsa Indonesia mulai tergerus oleh individualisme, hedonisme, dan materialisme yang diperkenalkan oleh budaya asing. Tantangan ini semakin diperparah dengan maraknya konten-konten digital yang tidak sesuai dengan nilai-nilai moral Pancasila, yang berpotensi merusak moral generasi muda dan menurunkan rasa nasionalisme serta kecintaan terhadap budaya lokal.

 

*Kata Kunci: Pancasila, globalisasi, sejarah, tantangan, kebijakan, pendidikan, budaya, keadilan sosial, ekonomi, politik.

 

 

 

*Pendahuluan

Pancasila telah diakui sebagai dasar negara Indonesia sejak proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila dirancang untuk menjawab kebutuhan akan pedoman yang bisa mempersatukan berbagai suku, agama, dan golongan yang ada di Indonesia. Dalam proses sejarahnya, Pancasila menjadi penopang utama dalam pembangunan negara, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, maupun budaya. Namun, di era globalisasi ini, Pancasila dihadapkan pada tantangan yang semakin kompleks.

Globalisasi mengubah cara masyarakat berinteraksi, berpikir, dan hidup. Secara umum, globalisasi membawa dunia menjadi lebih terhubung, menghilangkan batas-batas geografis, budaya, dan ekonomi antarnegara. Di satu sisi, globalisasi membawa dampak positif, seperti kemajuan teknologi, komunikasi, dan pertumbuhan ekonomi yang pesat. Namun di sisi lain, globalisasi juga membawa nilai-nilai asing yang kadang bertentangan dengan prinsip-prinsip yang diusung oleh Pancasila. Pengaruh budaya Barat yang cenderung individualistis, kapitalisme global yang memperparah ketimpangan ekonomi, dan dominasi politik negara-negara maju merupakan beberapa contoh dampak globalisasi yang bisa menggerus esensi Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

 

Melalui artikel ini, kita akan mengulas kembali sejarah lahirnya Pancasila, tantangan-tantangan yang muncul akibat globalisasi, serta bagaimana Pancasila masih tetap relevan sebagai panduan bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan global. Selain itu, juga dibahas bagaimana pendidikan, kebijakan pemerintah, dan peran masyarakat berkontribusi dalam mempertahankan nilai-nilai Pancasila di tengah arus perubahan global yang terus berkembang.

 

*Sejarah Lahirnya Pancasila

Proses lahirnya Pancasila tidak bisa dilepaskan dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai kemerdekaan. Pada masa penjajahan Belanda, perjuangan untuk merdeka semakin menguat, dan berbagai kelompok pergerakan nasional muncul dengan berbagai ideologi dan visi tentang Indonesia yang merdeka. Namun, perbedaan latar belakang suku, agama, dan etnis menjadi tantangan tersendiri dalam membentuk persatuan bangsa.

Setelah masuknya pendudukan Jepang pada tahun 1942, kesempatan untuk membentuk dasar negara semakin terbuka. Jepang memberikan janji kemerdekaan kepada Indonesia dan membentuk BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) untuk merancang dasar negara dan konstitusi. Dalam sidang pertama BPUPKI pada bulan Mei 1945, dibahas berbagai usulan mengenai dasar negara. Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno mengemukakan lima prinsip dasar yang kemudian dikenal sebagai Pancasila. Kelima prinsip tersebut adalah:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

   Sila ini mencerminkan keyakinan bangsa Indonesia terhadap pentingnya hubungan manusia dengan Tuhan. Meskipun Indonesia adalah negara dengan keberagaman agama, Pancasila menjamin kebebasan beragama dan mengajarkan toleransi antarumat beragama.

 

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

   Sila kedua menekankan pentingnya menghormati hak asasi manusia, keadilan, dan persamaan hak bagi seluruh warga negara tanpa memandang latar belakang suku, agama, atau ras. Indonesia harus menjadi negara yang menghargai martabat manusia dan memperlakukan semua warganya dengan adil dan beradab.

 

3. Persatuan Indonesia

   Persatuan menjadi landasan penting bagi Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, agama, dan budaya. Sila ini menekankan pentingnya menjaga keutuhan dan persatuan bangsa di tengah keberagaman yang ada.

 

 

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan 

   Sila keempat menekankan pentingnya demokrasi yang dijalankan dengan prinsip musyawarah dan mufakat. Segala keputusan yang diambil oleh negara harus melalui proses konsultasi yang bijaksana dan melibatkan perwakilan rakyat.

 

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia 

   Sila kelima menekankan pentingnya keadilan sosial dalam semua aspek kehidupan masyarakat. Negara harus memastikan bahwa setiap warga negara mendapatkan hak dan kesempatan yang sama untuk mencapai kesejahteraan.

Kelima sila ini kemudian menjadi dasar negara yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. Dengan Pancasila sebagai ideologi negara, Indonesia diharapkan mampu menghadapi berbagai tantangan dalam perjalanan sejarahnya, termasuk dalam menghadapi gelombang globalisasi di era modern ini.

 

*Tantangan Globalisasi terhadap Pancasila

Globalisasi membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan di Indonesia, dan tantangan-tantangan yang dihadapinya tidak sedikit. Tantangan-tantangan tersebut meliputi:

# 1. Pengaruh Nilai-Nilai Budaya Global

Salah satu dampak paling nyata dari globalisasi adalah masuknya budaya asing yang membawa nilai-nilai yang bertentangan dengan budaya lokal. Budaya Barat, yang sering kali dipandang lebih modern dan maju, mempengaruhi cara berpikir, gaya hidup, dan perilaku masyarakat Indonesia, terutama di kalangan generasi muda. Individualisme, materialisme, dan konsumerisme semakin mendominasi, menggantikan nilai-nilai gotong royong, kebersamaan, dan kepedulian sosial yang menjadi ciri khas masyarakat Indonesia.

Budaya pop, seperti musik, film, dan mode pakaian dari Barat, menjadi trend di kalangan anak muda Indonesia. Mereka lebih memilih mengikuti gaya hidup yang dipromosikan oleh media global daripada menghayati budaya dan tradisi lokal. Akibatnya, rasa kebangsaan dan nasionalisme di kalangan generasi muda semakin berkurang, dan identitas budaya Indonesia perlahan-lahan tergeser oleh budaya global.

 

# 2. Ketimpangan Ekonomi dan Pengaruh Kapitalisme Global

Globalisasi ekonomi, yang ditandai dengan integrasi pasar global dan dominasi kapitalisme, membawa tantangan besar bagi prinsip keadilan sosial yang diusung oleh Pancasila. Sistem kapitalisme global cenderung menguntungkan negara-negara maju dan perusahaan multinasional, sementara negara-negara berkembang seperti Indonesia sering kali berada pada posisi yang kurang menguntungkan.

 

Di Indonesia, globalisasi ekonomi menyebabkan semakin lebarnya kesenjangan antara kelompok kaya dan miskin. Sistem pasar bebas memungkinkan segelintir kelompok elite yang memiliki akses terhadap modal dan sumber daya untuk semakin memperkaya diri, sementara sebagian besar rakyat Indonesia masih hidup dalam kemiskinan. Kondisi ini bertentangan dengan sila kelima Pancasila yang menekankan pentingnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Ketimpangan ekonomi juga semakin terasa di antara daerah-daerah di Indonesia. Daerah-daerah yang lebih maju, seperti Jakarta dan kota-kota besar lainnya, semakin berkembang pesat, sementara daerah-daerah yang lebih terpencil masih tertinggal jauh dari segi infrastruktur dan akses ekonomi. Akibatnya, muncul ketidakpuasan dan perasaan ketidakadilan di kalangan masyarakat yang tinggal di daerah tertinggal.

 

# 3. Teknologi dan Penyebaran Informasi Global

Perkembangan teknologi informasi, terutama internet dan media sosial, telah mengubah cara masyarakat Indonesia berinteraksi dan mengakses informasi. Di satu sisi, kemajuan teknologi mempermudah akses terhadap informasi dan mempercepat penyebaran pengetahuan. Namun di sisi lain, teknologi juga membawa dampak negatif, terutama dalam penyebaran nilai-nilai budaya asing yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

Media sosial menjadi platform utama bagi generasi muda untuk mengakses konten dari seluruh dunia. Banyak dari mereka lebih terpapar informasi dari luar negeri daripada konten yang berkaitan dengan budaya dan nilai-nilai lokal. Akibatnya, mereka lebih mengenal budaya asing daripada budaya Indonesia sendiri. Fenomena ini mengancam kelestarian budaya lokal dan dapat memperlemah rasa kebangsaan di kalangan generasi muda.

Selain itu, penyebaran informasi yang tidak terkendali melalui internet sering kali memunculkan berita palsu (hoax) dan ujaran kebencian yang dapat memecah belah masyarakat. Hal ini bertentangan dengan nilai persatuan yang diusung oleh Pancasila.

 

#4. Pengaruh Politik Global terhadap Kedaulatan Negara

Dalam konteks politik, globalisasi membawa tantangan besar terhadap kedaulatan negara. Intervensi politik dari negara-negara besar dan organisasi internasional dapat melemahkan kedaulatan politik Indonesia. Sebagai negara berkembang, Indonesia sering kali menjadi sasaran tekanan politik dari negara-negara maju yang ingin memaksakan kepentingan mereka.

Di sisi lain, globalisasi juga memungkinkan masuknya ideologi-ideologi asing yang bertentangan dengan Pancasila, seperti liberalisme dan kapitalisme ekstrem. Ideologi-ideologi ini dapat mempengaruhi cara pandang pemerintah dan masyarakat terhadap demokrasi, yang seharusnya berlandaskan pada prinsip-prinsip kerakyatan yang diusung oleh Pancasila.

 

 

*Pembahasan

Di tengah arus globalisasi yang semakin kuat, Pancasila menghadapi berbagai tantangan yang mengancam keutuhan nilai-nilainya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah konkret untuk memperkuat peran Pancasila dalam menghadapi globalisasi, yang meliputi:

 

1. Penguatan Pendidikan Pancasila 

   Pendidikan Pancasila harus menjadi bagian integral dari sistem pendidikan nasional. Siswa perlu dididik sejak dini untuk memahami dan menghayati nilai-nilai Pancasila serta mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pendidikan Pancasila juga harus disesuaikan dengan tantangan globalisasi, agar siswa dapat melihat relevansi Pancasila dalam konteks modern.

 

2. Kebijakan Berbasis Pancasila 

   Pemerintah harus menyusun kebijakan yang berlandaskan pada Pancasila dalam semua aspek, baik ekonomi, sosial, maupun politik. Kebijakan yang mengedepankan keadilan sosial dan persatuan harus menjadi prioritas dalam menghadapi tantangan globalisasi. Pemerintah juga perlu mengambil langkah-langkah untuk mengatasi ketimpangan ekonomi dan melindungi kelompok-kelompok yang rentan terhadap dampak negatif globalisasi.

 

3. Pelestarian Budaya Lokal

   Pelestarian budaya lokal merupakan salah satu cara untuk menjaga identitas bangsa di tengah arus globalisasi. Pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk melindungi dan mempromosikan budaya lokal agar tidak terkikis oleh budaya global. Festival budaya, seni tradisional, dan bahasa daerah perlu dilestarikan agar generasi muda tetap mengenal dan menghargai warisan budaya Indonesia.

 

4. Penguatan Peran Media Sosial dalam Menyebarkan Nilai-Nilai Pancasila

   Media sosial, sebagai platform yang banyak digunakan oleh generasi muda, dapat menjadi alat yang efektif untuk menyebarkan nilai-nilai Pancasila. Pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat perlu bekerja sama untuk memproduksi konten-konten positif yang mempromosikan nilai-nilai Pancasila di media sosial.

 

 

 

 

*Kesimpulan

Globalisasi memang membawa perubahan besar dalam kehidupan masyarakat Indonesia, baik dari segi budaya, ekonomi, politik, maupun teknologi. Namun, Pancasila sebagai dasar negara tetap relevan dan harus menjadi panduan utama dalam menghadapi tantangan globalisasi. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, seperti keadilan sosial, persatuan, dan kebersamaan, harus dijaga dan diperkuat agar Indonesia tetap menjadi negara yang kokoh dan berdaulat di tengah gelombang perubahan global.

 

Untuk menjaga relevansi Pancasila, diperlukan upaya bersama dari pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat. Pendidikan Pancasila harus diperkuat, kebijakan yang berlandaskan Pancasila harus diterapkan, budaya lokal harus dilestarikan, dan peran media sosial dalam menyebarkan nilai-nilai Pancasila harus ditingkatkan. Dengan demikian, Indonesia dapat terus berkembang tanpa kehilangan jati diri sebagai bangsa yang berlandaskan Pancasila.

 

*Saran

 

1. Penguatan Pendidikan Pancasila di Semua Tingkatan 

   Pendidikan tentang Pancasila harus dimasukkan dalam kurikulum pendidikan formal di semua tingkatan, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Pembelajaran Pancasila harus disampaikan secara menarik dan kontekstual, sehingga generasi muda dapat memahami relevansi Pancasila dalam menghadapi tantangan globalisasi.

 

2. Kebijakan Ekonomi Berlandaskan Pancasila

   Pemerintah harus mengedepankan kebijakan ekonomi yang berorientasi pada keadilan sosial dan kesejahteraan rakyat. Sistem ekonomi yang adil, merata, dan inklusif perlu diterapkan untuk mengurangi kesenjangan sosial dan ekonomi di Indonesia.

 

3. Pelestarian Budaya Lokal sebagai Benteng dari Pengaruh Budaya Asing

   Budaya lokal harus dipromosikan dan dilestarikan sebagai bagian dari upaya mempertahankan identitas nasional. Pemerintah, masyarakat, dan dunia pendidikan harus berperan aktif dalam menjaga warisan budaya Indonesia agar tidak tersisih oleh budaya asing.

 

4. Pemanfaatan Teknologi Informasi untuk Menyebarkan Nilai-Nilai Pancasila

   Teknologi informasi harus dimanfaatkan secara positif untuk menyebarkan nilai-nilai Pancasila. Pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama dalam menciptakan konten-konten yang menggugah kesadaran akan pentingnya Pancasila di era globalisasi.

 

**Daftar Pustaka**

 

1. Anwar, R. (2005). **Sejarah Pancasila: Lahirnya Ideologi Bangsa Indonesia**. Jakarta: Pustaka Nasional.

2. Darmawan, D. (2017). **Pancasila dalam Dinamika Globalisasi**. Bandung: Alfabeta.

3. Soekarno. (1986). **Pidato Lahirnya Pancasila**. Jakarta: Media Wacana.

4. Tim Peneliti. (2020). **Globalisasi dan Tantangan Pancasila**. Jakarta: LIPI.

5. Yudi Latif. (2011). **Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila**. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

6. Kartodirdjo, S. (1997). **Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional dari Kolonialisme Sampai Nasionalisme**. Jakarta: Gramedia.

7. Hardjosoedarmo, S. (2008). **Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara**. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

8. Nugroho, I. (2018). **Pancasila di Era Globalisasi**. Surabaya: Kencana.

9. Sumanto, T. (2015). **Pancasila dan Dinamika Sosial Indonesia**. Yogyakarta: LKiS.


No comments:

Post a Comment

Menguatkan Pembangunan Nasional melalui Implementasi Pancasila

  Abstrak Pancasila, sebagai ideologi dan dasar negara Indonesia, memiliki peran penting dalam membimbing arah pembangunan nasional. Artikel...