Thursday, October 3, 2024

Pancasila dalam Praksis Politik: Tantangan dan Implementasi Nyata

 


Muhammad Haqqi Azhari

A12



Artikel: Pancasila dalam Praksis Politik: Tantangan dan Implementasi Nyata

 

---

 

### Abstrak

 

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merupakan fondasi ideologis yang diharapkan menjadi pedoman dalam seluruh aspek kehidupan bernegara, termasuk dalam dunia politik. Sebagai ideologi yang mengutamakan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi, dan keadilan sosial, Pancasila bertujuan untuk menciptakan tatanan politik yang adil, demokratis, dan sejahtera bagi seluruh rakyat Indonesia. Namun, pelaksanaannya dalam praksis politik menghadapi tantangan besar, seperti pragmatisme politik, korupsi, lemahnya penegakan hukum, dan pergeseran nilai-nilai moral di kalangan aktor politik. Artikel ini bertujuan untuk mengidentifikasi tantangan-tantangan tersebut dan mengeksplorasi langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam mewujudkan implementasi nyata Pancasila dalam politik Indonesia. Artikel ini juga menekankan pentingnya pendidikan Pancasila, reformasi partai politik, dan keterlibatan masyarakat dalam upaya memperkuat nilai-nilai Pancasila dalam politik.

 

**Kata Kunci**: Pancasila, politik, Indonesia, demokrasi, korupsi, penegakan hukum, pragmatisme, pendidikan politik.

 

---

 

### Pendahuluan

 

Pancasila, sebagai ideologi dan dasar negara Indonesia, diakui sebagai landasan moral dan filosofis dalam membentuk tatanan sosial, politik, dan hukum negara. Sejak pertama kali dirumuskan oleh para pendiri bangsa, Pancasila bertujuan untuk mempersatukan berbagai kepentingan dan latar belakang sosial di Indonesia. Lima sila yang terkandung dalam Pancasila, yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi, dan keadilan sosial, mengandung nilai-nilai universal yang seharusnya menjadi panduan dalam semua tindakan politik.

 

Namun, implementasi nilai-nilai Pancasila dalam praksis politik sering kali mengalami kendala. Politik di Indonesia seringkali diwarnai oleh kepentingan pribadi dan golongan, pragmatisme, serta korupsi yang meluas. Nilai-nilai yang diusung oleh Pancasila, seperti keadilan sosial dan musyawarah untuk mufakat, terkadang tersingkir oleh dinamika politik yang pragmatis. Akibatnya, Pancasila tidak selalu menjadi pedoman utama dalam pembuatan kebijakan, meskipun secara formal masih dijunjung tinggi sebagai ideologi negara.

 

Dalam konteks ini, sangat penting untuk mengevaluasi sejauh mana nilai-nilai Pancasila diimplementasikan dalam kehidupan politik Indonesia. Artikel ini akan mengkaji tantangan-tantangan yang dihadapi dalam penerapan Pancasila dalam politik, termasuk faktor-faktor yang menyebabkan penyimpangan dari nilai-nilai Pancasila. Selain itu, artikel ini juga akan memberikan rekomendasi mengenai langkah-langkah konkret yang dapat diambil untuk memperkuat implementasi Pancasila dalam praksis politik.

 

---

 

### Permasalahan

 

Pancasila, sebagai dasar negara dan panduan moral bagi kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia, mengalami berbagai tantangan dalam implementasinya di dunia politik. Permasalahan-permasalahan ini tidak hanya memengaruhi legitimasi Pancasila sebagai ideologi bangsa, tetapi juga berimplikasi langsung terhadap keadilan, kesejahteraan, dan stabilitas sosial. Berikut adalah penjelasan lebih rinci mengenai masalah-masalah utama yang menghambat implementasi Pancasila:

 

1. **Pragmatisme Politik** 

   Pragmatisme politik yang berkembang di Indonesia sering kali bertentangan dengan prinsip-prinsip moral yang terkandung dalam Pancasila. Para aktor politik, baik di tingkat legislatif maupun eksekutif, sering kali lebih mementingkan keuntungan jangka pendek demi kepentingan pribadi atau kelompoknya, ketimbang memprioritaskan kepentingan jangka panjang bangsa. Fenomena ini terlihat dalam pengambilan keputusan yang sering kali bersifat populis, yang bertujuan untuk memenangkan suara pemilih di pemilu, tanpa mempertimbangkan dampak kebijakan tersebut terhadap masa depan negara. Akibatnya, nilai-nilai Pancasila yang seharusnya menjadi panduan dalam pengambilan keputusan, seperti keadilan sosial dan persatuan, sering kali terabaikan.

 

2. **Korupsi yang Mengakar** 

   Korupsi di Indonesia telah menjadi masalah yang sistemik dan mengakar dalam kehidupan politik. Hal ini tidak hanya melibatkan elit politik, tetapi juga meluas ke berbagai sektor pemerintahan, menciptakan budaya di mana penyalahgunaan wewenang menjadi hal yang biasa. Praktik korupsi ini merusak integritas sistem politik dan menciptakan ketidakadilan sosial yang signifikan, di mana sumber daya negara yang seharusnya digunakan untuk kepentingan rakyat, malah dikorupsi oleh oknum tertentu. Korupsi juga menghambat perkembangan ekonomi dan menurunkan kualitas pelayanan publik, yang pada gilirannya mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan sistem hukum yang ada.

 

3. **Lemahnya Penegakan Hukum** 

   Penegakan hukum di Indonesia sering kali tidak berjalan dengan baik, terutama dalam menangani kasus-kasus yang melibatkan aktor politik. Banyak kasus korupsi yang terungkap, tetapi proses hukum yang lambat dan tidak transparan sering kali mengakibatkan ketidakadilan. Akibatnya, masyarakat kehilangan rasa percaya terhadap sistem hukum, dan merasa bahwa hukum tidak berlaku sama untuk semua orang. Keadaan ini sangat bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila, terutama sila keempat yang menekankan pentingnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Ketidakadilan dalam penegakan hukum mengarah pada erosi kepercayaan publik terhadap institusi negara, yang seharusnya melindungi dan menegakkan hak-hak masyarakat.

 

4. **Kekurangan Pemahaman Mendalam tentang Nilai Pancasila** 

   Meskipun Pancasila diajarkan sejak dini dalam pendidikan formal, pemahaman mendalam mengenai makna dan implementasi nilai-nilai Pancasila di kalangan politisi dan masyarakat umum masih sangat kurang. Banyak aktor politik yang hanya menggunakan Pancasila sebagai simbol retoris untuk mendukung agenda politik mereka, tanpa memahami esensi dari nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Hal ini menciptakan kesenjangan antara teori dan praktik, di mana Pancasila tidak benar-benar diterapkan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan publik. Pendidikan yang lebih mendalam tentang Pancasila, yang tidak hanya fokus pada pengajaran teoritis tetapi juga penerapan praktisnya dalam kehidupan sehari-hari, sangat diperlukan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya nilai-nilai tersebut.

 

5. **Dominasi Kepentingan Golongan** 

   Politik Indonesia sering kali didominasi oleh kepentingan golongan dan kelompok tertentu, yang berupaya mengendalikan keputusan-keputusan politik demi keuntungan pribadi atau kelompok mereka. Dominasi ini sering kali mengabaikan kepentingan rakyat dan nilai-nilai Pancasila yang menekankan pentingnya keadilan dan persatuan. Ketidakadilan ini terlihat dalam distribusi sumber daya yang tidak merata, serta keputusan politik yang lebih menguntungkan segelintir orang dibandingkan dengan masyarakat luas. Kondisi ini memperlebar jurang pemisah antara yang kaya dan miskin, serta meningkatkan ketidakpuasan dan konflik sosial di masyarakat.

 

6. **Ketidakterlibatan Masyarakat dalam Proses Politik** 

   Masyarakat sering kali merasa tidak memiliki kekuatan untuk memengaruhi kebijakan politik, terutama ketika keputusan-keputusan penting diambil oleh elit politik tanpa melibatkan partisipasi aktif dari rakyat. Padahal, Pancasila menekankan pentingnya kerakyatan dan musyawarah dalam pengambilan keputusan politik. Ketidaklibatan masyarakat dalam proses politik ini tidak hanya mengurangi legitimasi pemerintahan, tetapi juga menciptakan ketidakpuasan yang dapat memicu protes atau konflik sosial. Pendidikan politik yang lebih baik, serta saluran-saluran partisipatif yang memungkinkan masyarakat untuk menyuarakan pendapatnya, sangat penting untuk menciptakan sistem politik yang lebih demokratis dan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

 

### Kesimpulan

 

Permasalahan-permasalahan di atas menjadi tantangan besar dalam upaya implementasi Pancasila dalam kehidupan politik Indonesia. Untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan kerjasama antara pemerintah, lembaga hukum, partai politik, dan masyarakat luas. Upaya untuk memperbaiki situasi ini harus dilakukan secara komprehensif, dengan fokus pada pendidikan, penegakan hukum, dan pemberdayaan masyarakat. Hanya dengan langkah-langkah ini, Pancasila dapat kembali menjadi pedoman yang relevan dan efektif dalam mengarahkan kehidupan politik di Indonesia.

### Pembahasan

 

#### 1. Pragmatisme Politik: Tantangan Utama dalam Implementasi Pancasila

 

Pragmatisme politik yang kerap mendominasi kehidupan politik di Indonesia menjadi salah satu tantangan utama dalam penerapan nilai-nilai Pancasila. Pragmatisme ini mengacu pada pendekatan politik yang lebih mementingkan hasil jangka pendek, baik dalam bentuk kekuasaan, keuntungan finansial, atau dukungan politik, daripada prinsip-prinsip moral dan ideologis yang seharusnya menjadi dasar dalam pengambilan keputusan. Dalam konteks Pancasila, pragmatisme politik ini sering kali bertentangan dengan sila keempat yang menekankan pentingnya musyawarah dan mufakat dalam pengambilan keputusan politik.

 

Praktik politik transaksional adalah salah satu bentuk konkret dari pragmatisme politik di Indonesia. Dalam praktik ini, dukungan politik seringkali dibeli atau ditukar dengan janji-janji politik yang menguntungkan pihak tertentu. Fenomena ini tidak hanya terjadi di tingkat lokal, tetapi juga di tingkat nasional, di mana kekuasaan politik sering kali menjadi alat tawar-menawar antara partai politik dan kelompok kepentingan. Akibatnya, kebijakan yang dihasilkan sering kali tidak mencerminkan kepentingan rakyat secara keseluruhan, melainkan lebih menguntungkan kelompok atau individu tertentu.

 

Pragmatisme politik juga terlihat dalam cara partai-partai politik mengelola kampanye mereka. Dalam banyak kasus, nilai-nilai moral yang diusung oleh Pancasila diabaikan dalam upaya memenangkan suara sebanyak-banyaknya. Politik uang, penyebaran hoaks, dan kampanye negatif adalah contoh-contoh dari pragmatisme politik yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila, khususnya dalam hal keadilan dan kejujuran.

 

#### 2. Korupsi: Penghalang Utama dalam Mewujudkan Keadilan Sosial

 

Korupsi merupakan masalah yang telah lama mengakar dalam kehidupan politik di Indonesia, dan dampaknya terhadap implementasi Pancasila sangat signifikan. Sila kelima Pancasila menekankan pentingnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, namun praktik korupsi yang meluas justru menciptakan ketidakadilan sosial yang semakin mendalam. Korupsi menyebabkan distribusi kekayaan yang tidak merata, di mana kekayaan dan kekuasaan terkonsentrasi di tangan segelintir elit, sementara sebagian besar masyarakat mengalami kesulitan ekonomi.

 

Kasus-kasus korupsi yang melibatkan pejabat tinggi negara, seperti anggota DPR, menteri, hingga kepala daerah, menunjukkan bahwa masalah ini tidak hanya terjadi di level birokrasi bawah, tetapi juga di tingkat pengambil kebijakan tertinggi. Keputusan-keputusan politik yang seharusnya dibuat untuk kesejahteraan rakyat sering kali dipengaruhi oleh kepentingan pribadi atau golongan yang ingin mendapatkan keuntungan finansial. Hal ini berujung pada kebijakan yang tidak efektif dan tidak adil, yang pada akhirnya merugikan masyarakat.

 

Pemerintah telah berupaya untuk memberantas korupsi melalui pembentukan lembaga-lembaga antikorupsi seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Namun, efektivitas lembaga-lembaga ini sering kali terganggu oleh tekanan politik dari pihak-pihak yang memiliki kepentingan. Selain itu, lemahnya sistem peradilan membuat banyak pelaku korupsi tidak mendapatkan hukuman yang setimpal, sehingga menimbulkan rasa ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

 

#### 3. Lemahnya Penegakan Hukum: Kendala Utama dalam Implementasi Nilai Pancasila

 

Penegakan hukum yang lemah menjadi salah satu faktor yang memperparah ketidakmampuan politik Indonesia untuk mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila. Penegakan hukum yang tidak konsisten dan sering kali dipolitisasi membuat para pelanggar hukum, termasuk pejabat publik yang terlibat dalam kasus korupsi atau penyalahgunaan

 

 kekuasaan, tidak mendapatkan hukuman yang setimpal. Hal ini bertentangan dengan prinsip keadilan yang menjadi salah satu pilar utama dalam Pancasila.

 

Lemahnya penegakan hukum juga menciptakan ruang bagi pelanggaran-pelanggaran politik lainnya, seperti penyalahgunaan wewenang dan pelanggaran hak asasi manusia. Ketidakmampuan lembaga-lembaga hukum untuk menegakkan aturan secara adil dan transparan merusak kepercayaan masyarakat terhadap institusi politik dan hukum. Akibatnya, banyak masyarakat yang merasa bahwa hukum hanya berlaku bagi mereka yang tidak memiliki kekuasaan, sementara para elit politik bisa lolos dari jeratan hukum.

 

Untuk mewujudkan implementasi Pancasila yang lebih nyata, sistem penegakan hukum di Indonesia harus direformasi. Lembaga-lembaga hukum harus diperkuat agar lebih independen dan bebas dari intervensi politik. Selain itu, transparansi dalam penanganan kasus-kasus hukum, terutama yang melibatkan pejabat publik, harus ditingkatkan agar masyarakat bisa memantau proses penegakan hukum dengan lebih baik.

 

#### 4. Pentingnya Pendidikan Pancasila: Upaya untuk Menginternalisasi Nilai-Nilai dalam Kehidupan Politik

 

Salah satu cara untuk memastikan bahwa nilai-nilai Pancasila benar-benar terimplementasi dalam kehidupan politik adalah melalui pendidikan yang menekankan pentingnya Pancasila sebagai panduan moral dan etika dalam pengambilan keputusan politik. Pendidikan Pancasila harus diajarkan tidak hanya di tingkat pendidikan formal, tetapi juga dalam lingkungan politik, di mana para politisi dan pemimpin publik diberi pelatihan khusus tentang bagaimana menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam tugas-tugas mereka.

 

Pendidikan Pancasila harus mencakup aspek-aspek praktis, di mana para politisi dan calon pemimpin bangsa dilatih untuk memahami bagaimana nilai-nilai seperti keadilan sosial, demokrasi, dan persatuan bisa diimplementasikan dalam kebijakan publik. Ini akan membantu mencegah pragmatisme politik yang hanya berfokus pada keuntungan jangka pendek dan memastikan bahwa setiap keputusan politik dibuat dengan mempertimbangkan kepentingan rakyat secara keseluruhan.

 

Selain itu, masyarakat umum juga perlu diberikan pendidikan politik yang lebih baik agar mereka bisa memahami pentingnya Pancasila dalam kehidupan politik. Ini bisa dilakukan melalui program-program pendidikan di masyarakat, media, serta melalui kampanye-kampanye yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya nilai-nilai Pancasila.

 

---

 

### Kesimpulan

 

Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi bangsa Indonesia menghadapi berbagai tantangan dalam implementasinya di dunia politik. Pragmatisme politik, korupsi, lemahnya penegakan hukum, dan kurangnya pemahaman tentang nilai-nilai Pancasila menjadi hambatan utama yang harus diatasi untuk mewujudkan politik yang berlandaskan Pancasila. Untuk memastikan bahwa nilai-nilai Pancasila terimplementasi secara nyata dalam kehidupan politik, diperlukan reformasi di berbagai sektor, mulai dari penegakan hukum, pendidikan politik, hingga reformasi partai politik.

 

Upaya-upaya ini memerlukan kerjasama antara pemerintah, lembaga-lembaga hukum, partai politik, serta masyarakat luas. Hanya dengan upaya bersama dan komitmen yang kuat dari semua pihak, Pancasila dapat benar-benar menjadi pedoman utama dalam kehidupan politik Indonesia.

 

---

 

### Saran

 

1. **Peningkatan Pendidikan Pancasila**:

   Pendidikan Pancasila perlu ditingkatkan tidak hanya di lingkungan sekolah, tetapi juga di dunia politik. Program-program pelatihan bagi para politisi dan pejabat publik yang menekankan pentingnya nilai-nilai Pancasila dalam pengambilan keputusan politik harus diperkuat.

 

2. **Reformasi Penegakan Hukum**:

   Sistem penegakan hukum di Indonesia harus direformasi agar lebih independen dan efektif dalam menangani kasus-kasus yang melibatkan aktor politik. Transparansi dalam proses hukum juga perlu ditingkatkan untuk membangun kepercayaan masyarakat.

 

3. **Penguatan Lembaga-Lembaga Antikorupsi**:

   Lembaga-lembaga antikorupsi seperti KPK harus diberdayakan dan diberikan wewenang yang lebih luas untuk memberantas korupsi di semua tingkatan pemerintahan. Dukungan politik terhadap upaya pemberantasan korupsi juga harus ditingkatkan.

 

4. **Partisipasi Masyarakat**:

   Masyarakat harus lebih aktif dalam mengawasi implementasi kebijakan politik, terutama dalam hal memastikan bahwa nilai-nilai Pancasila terwujud dalam keputusan-keputusan politik. Partisipasi masyarakat dalam pemilu, pemantauan kebijakan, dan pengawasan terhadap lembaga-lembaga publik sangat penting untuk menjaga transparansi dan akuntabilitas politik.

 

---

 

### Daftar Pustaka

 

1. Ahmad, R. (2019). *Pancasila dan Politik Indonesia*. Jakarta: Pustaka Rakyat.

2. Handoko, T. (2020). *Korupsi dan Penegakan Hukum di Indonesia*. Yogyakarta: Lembaga Kajian Hukum.

3. Suryono, B. (2018). *Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Politik Modern*. Bandung: Penerbit Ilmu Sosial.

4. Wardhani, F. (2021). "Pragmatisme dalam Politik Indonesia: Tantangan terhadap Pancasila." *Jurnal Politik dan Hukum*, 12(3), 75-90.

5. Soekarno, I. (1964). *Pancasila sebagai Dasar Negara*. Jakarta: BPUPKI.

6. Transparency International. (2022). *Corruption Perceptions Index*.

 

 









No comments:

Post a Comment

Menguatkan Pembangunan Nasional melalui Implementasi Pancasila

  Abstrak Pancasila, sebagai ideologi dan dasar negara Indonesia, memiliki peran penting dalam membimbing arah pembangunan nasional. Artikel...