Oleh: Sulastri Marbun (D06)
Abstrak
Era digital telah membawa transformasi besar dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam cara individu memandang dan mengekspresikan identitas nasional. Di tengah arus globalisasi, media sosial, dan teknologi informasi yang kian mendominasi, pertanyaan mengenai relevansi identitas nasional menjadi semakin signifikan. Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana identitas nasional dipertahankan, ditantang, atau bahkan diredefinisi di era digital. Dengan menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif, artikel ini mengkaji fenomena identitas nasional dari berbagai perspektif: budaya, politik, dan sosial. Hasil kajian menunjukkan bahwa meskipun digitalisasi membawa ancaman terhadap pelestarian identitas nasional, pada saat yang sama ia juga membuka peluang baru untuk membangun dan memperkuat identitas tersebut melalui media digital. Artikel ini juga menyoroti berbagai contoh konkrit, studi kasus dari beberapa negara, dan perspektif teori identitas serta nasionalisme untuk memberikan pemahaman yang lebih menyeluruh mengenai topik ini.
Kata Kunci: Identitas Nasional, Era Digital, Globalisasi, Media Sosial, Budaya, Nasionalisme
Pendahuluan
Identitas nasional adalah konsep yang mengacu pada rasa kebersamaan dan kesamaan yang dimiliki oleh sekelompok orang dalam suatu bangsa. Identitas ini biasanya mencakup bahasa, sejarah, budaya, nilai-nilai, dan simbol-simbol nasional. Dalam sejarahnya, identitas nasional telah menjadi pilar penting dalam pembentukan dan penguatan negara-bangsa (nation-state). Namun, perkembangan teknologi digital, terutama internet dan media sosial, telah mengubah cara individu dan kelompok berinteraksi dan berkomunikasi. Arus informasi yang tak terbendung, budaya populer global, dan konektivitas lintas batas negara mengaburkan batas-batas identitas nasional. Oleh karena itu, penting untuk mengkaji apakah identitas nasional masih relevan di era digital yang serba global dan terhubung ini.
Permasalahan
-
Apakah identitas nasional masih relevan di era digital?
-
Bagaimana media digital memengaruhi pembentukan dan ekspresi identitas nasional?
-
Apa tantangan dan peluang yang dihadapi oleh identitas nasional dalam era digital?
-
Bagaimana perbandingan ekspresi identitas nasional antara negara berkembang dan negara maju dalam konteks digital?
Pembahasan
1. Identitas Nasional dan Globalisasi Digital
Globalisasi digital telah menciptakan ruang virtual tanpa batas yang memungkinkan pertukaran budaya secara instan. Platform seperti YouTube, TikTok, dan Instagram menjadi wadah ekspresi identitas, baik individual maupun kolektif. Dalam konteks ini, identitas nasional tidak lenyap begitu saja, tetapi mengalami pergeseran bentuk. Banyak konten kreator yang mengangkat tema budaya lokal dan nasional ke kancah global, seperti musik tradisional yang dipadukan dengan beat modern atau cerita rakyat yang dikemas dalam animasi digital.
Namun, dominasi budaya global, terutama dari Barat, menimbulkan kekhawatiran akan homogenisasi budaya. Identitas nasional bisa tergeser jika tidak ada upaya sadar untuk mempertahankannya melalui pendidikan, kebijakan budaya, dan inovasi digital. Dalam banyak kasus, identitas nasional mengalami hibridisasi—yakni pencampuran antara budaya lokal dan pengaruh luar yang menghasilkan bentuk-bentuk baru identitas.
2. Media Sosial dan Pola Konsumsi Budaya
Media sosial telah menjadi alat utama dalam membentuk persepsi dan opini publik. Generasi muda kini lebih banyak mendapatkan informasi dari media sosial dibandingkan media konvensional. Ini berpengaruh terhadap cara mereka memandang sejarah, budaya, dan simbol-simbol nasional. Fenomena selebritas internet dan viralitas konten juga berperan dalam mendefinisikan ulang apa yang dianggap "nasional".
Fenomena seperti Hari Batik Nasional yang ramai diunggah di Instagram, atau video edukatif tentang Pancasila di TikTok, menunjukkan bahwa media sosial bisa menjadi alat pelestarian sekaligus rebranding identitas nasional. Penggunaan bahasa daerah dalam meme, humor lokal, atau musik tradisional yang dikemas secara modern merupakan contoh nyata bagaimana budaya nasional tetap hidup dalam ruang digital.
3. Peran Negara dan Pendidikan dalam Era Digital
Negara masih memiliki peran sentral dalam menjaga keberlanjutan identitas nasional. Kebijakan pendidikan yang memasukkan nilai-nilai kebangsaan dan kebudayaan lokal menjadi sangat penting. Selain itu, dukungan terhadap karya digital lokal—seperti game, film, musik, dan aplikasi—yang mengandung unsur budaya nasional, perlu diperkuat.
Pendidikan juga harus adaptif terhadap perkembangan teknologi. Kurikulum perlu mengintegrasikan literasi digital dengan pendidikan karakter dan kebangsaan, sehingga generasi muda dapat menjadi warga digital yang tetap memiliki jati diri nasional. Negara juga dapat menginisiasi program digitalisasi warisan budaya, seperti museum virtual, arsip daring, atau kanal YouTube resmi yang menampilkan kebudayaan Indonesia.
4. Studi Kasus: Korea Selatan dan Indonesia
Korea Selatan merupakan contoh bagaimana identitas nasional dapat diperkuat melalui media digital. Gelombang Hallyu atau Korean Wave yang menyebar melalui musik K-pop, drama, dan budaya populer lainnya berhasil memperkenalkan budaya Korea ke seluruh dunia. Pemerintah Korea Selatan secara aktif mendukung produksi konten budaya dan digitalisasi budaya lokal sebagai bagian dari strategi soft power.
Di Indonesia, upaya serupa terlihat dalam kampanye #IndonesiaBicaraBaik dan Festival Film Indonesia yang mulai memanfaatkan platform digital. Namun, dukungan negara dan kolaborasi lintas sektor masih perlu ditingkatkan agar potensi identitas nasional Indonesia di era digital bisa lebih optimal.
5. Identitas Nasional dalam Diaspora dan Komunitas Virtual
Komunitas diaspora Indonesia di berbagai negara memanfaatkan platform digital untuk mempertahankan identitas nasional. Forum daring, grup media sosial, dan situs komunitas menjadi tempat berbagi cerita, budaya, dan nilai-nilai keindonesiaan. Ini menunjukkan bahwa identitas nasional tidak hanya hidup di wilayah geografis Indonesia, tetapi juga dalam ruang digital yang dihuni oleh warganya di luar negeri.
Contohnya, komunitas pelajar Indonesia di luar negeri sering membuat podcast atau kanal YouTube tentang pengalaman mereka, yang diselingi diskusi budaya dan nasionalisme. Hal ini menunjukkan bahwa identitas nasional bersifat dinamis dan dapat diperkuat bahkan di luar batas geografis.
6. Tantangan dan Peluang
Tantangan utama identitas nasional di era digital adalah:
-
Arus informasi global yang dapat mengaburkan nilai-nilai lokal
-
Kurangnya kesadaran digital di kalangan generasi muda terhadap pentingnya identitas nasional
-
Komersialisasi budaya yang kadang menurunkan makna asli dari elemen identitas nasional
-
Polarisasi dan hoaks yang dapat mengaburkan narasi sejarah dan kebangsaan
Namun, peluang yang ada juga besar:
-
Digitalisasi memungkinkan diseminasi budaya lokal ke tingkat global
-
Teknologi membuka ruang partisipasi masyarakat dalam pelestarian identitas
-
Inovasi digital dapat menciptakan bentuk-bentuk baru ekspresi budaya yang relevan bagi generasi muda
-
Potensi pariwisata budaya yang dapat diangkat melalui promosi digital berbasis identitas nasional
Kesimpulan dan Saran
Identitas nasional tetap relevan di era digital, meskipun bentuk dan cara ekspresinya mengalami perubahan. Media digital dapat menjadi ancaman sekaligus peluang bagi pelestarian identitas nasional, tergantung pada bagaimana kita menggunakannya. Oleh karena itu, dibutuhkan strategi yang melibatkan negara, masyarakat, dan individu dalam memperkuat jati diri bangsa melalui media digital. Penting juga untuk memahami bahwa identitas nasional tidak statis, melainkan bersifat dinamis dan kontekstual.
Saran yang dapat diberikan adalah:
-
Pemerintah perlu membuat kebijakan yang mendukung produksi konten digital berbasis budaya nasional.
-
Lembaga pendidikan harus mengintegrasikan literasi digital dengan pendidikan karakter dan kebangsaan.
-
Masyarakat, khususnya generasi muda, harus didorong untuk menjadi kreator konten yang mengangkat nilai-nilai lokal dan nasional.
-
Platform digital perlu dilibatkan dalam kampanye kebudayaan dan nasionalisme, misalnya melalui kerja sama dengan kreator lokal.
-
Penelitian lanjutan tentang identitas nasional di era digital perlu diperluas untuk mencakup isu-isu seperti kecerdasan buatan, algoritma media sosial, dan dampaknya terhadap narasi kebangsaan.
Daftar Pustaka
Anderson, B. (2006). Imagined Communities: Reflections on the Origin and Spread of Nationalism. Verso. https://www.versobooks.com/products/1645-imagined-communities
Castells, M. (2010). The Rise of the Network Society. Wiley-Blackwell. https://www.wiley.com/en-us/The+Rise+of+the+Network+Society%2C+Volume+I%3A+The+Information+Age%3A+Economy%2C+Society%2C+and+Culture-p-9781405196864
Gellner, E. (2008). Nations and Nationalism. Cornell University Press. https://www.cornellpress.cornell.edu/book/9780801475009/nations-and-nationalism/
Heryanto, A. (2015). Identitas dan Kenikmatan: Politik Budaya Layar Indonesia. Kepustakaan Populer Gramedia. https://penerbitkpg.id/buku/identitas-dan-kenikmatan/
Lim, M. (2012). Clicks, Cabs, and Coffee Houses: Social Media and Oppositional Movements in Egypt, 2004–2011. Journal of Communication, 62(2), 231–248. https://doi.org/10.1111/j.1460-2466.2012.01628.x
Miller, D., et al. (2016). How the World Changed Social Media. UCL Press. https://www.uclpress.co.uk/products/87413
Nugroho, Y. (2012). Citizens in @ction: Collaboration, Participatory Democracy and Freedom of Information. Friedrich Ebert Stiftung Indonesia. https://library.fes.de/pdf-files/bueros/indonesien/09284.pdf
Sen, K., & Hill, D. T. (2000). Media, Culture and Politics in Indonesia. Equinox Publishing. https://www.equinoxpub.com/home/media-culture-politics-indonesia/
Suryadinata, L. (2015). The Making of Southeast Asian Nations: State, Ethnicity, Indigenism and Citizenship. World Scientific Publishing. https://www.worldscientific.com/worldscibooks/10.1142/9154
UNESCO. (2021). Digital Heritage and Preservation. Retrieved from https://www.unesco.org/en/digital-heritage
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.