PENDIDIKAN DAN IDENTITAS NASIONAL: PERAN SEKOLAH
MEMBENTUK KESADARAN KEBANGSAAN
Oleh: Kayla Maharani Ardyn
NIM: 46123010108 (B36)
(Mahasiswi S-1 Psikologi, Universitas Mercu Buana )
e-mail: kaylakiwa.09@gmail.com
ABSTRAK
Pendidikan dan identitas nasional adalah dua hal yang tidak terpisahkan dalam proses pembentukan kesadaran bangsa. Peran sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki dampak yang signifikan dalam membentuk kesadaran nasional siswa.
Artikel ini membahas pentingnya peran sekolah dalam proses pembentukan kesadaran bangsa, meliputi aspek-aspek seperti kurikulum pendidikan nasional, pengajaran sejarah nasional, pengembangan rasa cinta tanah air, dan promosi nilai-nilai kebangsaan. Melalui pendekatan-pendekatan tersebut, sekolah memiliki kesempatan untuk membentuk identitas nasional yang kuat dan membangun generasi yang memiliki kesadaran dan rasa tanggung jawab terhadap bangsa dan negara.KATA KUNCI : Pendidikan Nasional, Sistem Pendidikan Nasional, Kesadaran Kebangsaan,Peran Sekolah, Pendidikan Kesadaran Bela Negara, Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Berbangsa dan Bernegara
PENDAHULUAN
Saat usia kemerdekaan Republik Indonesia menjelang tujuh puluh tahun, persoalan terkait nasionalisme masih sering muncul. Hal ini menjadi relevan dikaji dengan seringnya muncui konfllk di beberapa daerah yang bernuansa kesukuan atau agama, ada adanya gerakan yang mengarah pada separatisme. Nasionalisme sebagai bagian integral dari wawasan kebangsaan pada dasarnya merupakan khazanah bangsa yang mengakar kuat sejak lama dalam kehidupan bangsa Indonesia. Sebagaimana pengalaman bangsa lain, nasionalisme terus tumbuh dan berkembang secara dinamis dan menjadi bagian dari sejarah bangsa ini (Purwanto, 2001). Sejak lama bangsa ini merasakan keterikatan satu sama lain untuk bersatu menuju tujuan bersama, yaitu kesejahteraan hidup. Buktinya berupa semangatbersama bangsa ini untuk bersatu mengusir penjajah yang diliputi perasaan senasib sepenanggungan untuk mencapai kehidupan merdeka yang lebih baik. Demi tujuan bersama tersebut, pengorbanan jiwa dan raga telah diberikan demikian banyaknya dan seolah menjadi tidak terasa demi kejayaan bersama. Hasil perjuangan berlandaskan semangat nasionalisme ini selanjutnya terkulminasi dalam Proklamasi Kemerdekaan yang menandakan keberhasilan meraih cita-cita bersama. Semangat nasionalisme ini pun masih nampak jelas dalam konteks perjuangan mempertahankan kemerdekaan dan masa-masa awal Republik ini berdirl. Bangsa Indonesia yang baru saja memproklamirkan diri sebagai bangsa merdeka, enggan untuk kembali ke dalam penjajahan bangsa lain. Untuk itulah, segenap upaya dilakukan untuk mempertahankan Republik dari keinginan bangsa lain untuk tetap bercoko! di Indonesia. Bangsa ini pun berjuangan dengan segala pengorbanan yang pastinya sulit untuk dibayangkan oleh generasi yang hidup saat ini.Perjuangan tersebut memang akhirnya membawa hasil berupa pengakuan kedaulatan yang mempertegas keberadaan bangsa dan negara Indonesia hingga saat ini.
Kebangsaan tidak hanya menjadi semangat yang membuat bangsa Indonesia mampu berjuang mencapai dan mempertahankan kemerdekaannya dari bangsa lain.Lebih dari itu,nasionalisme telah menjadi perekat bangsa ini di saat sejumlah upaya merusak persatuan bangsa datang dari dalam.bagian bangsa ini sendiri. Kebangsaan pada saat seperti itu telah menjadi penyelamat bangsa dan negara ini dari perpecahan berlatar belakang agama, etnis, maupun politik yang benihnya akan mudahdipupuk dalambangsa multikulturseperti Indonesia saat ini. Semangat hidup bersama dalam satu wadah kebangsaan telah menjadikan kelnginan sebagian keel! masyarakat untuk memisahkan diri dari keluarga besar bangsa seolah menjadi riak yang tidak berarti. Kebangsaan bahkan menjadi kompromi bersama untuk menjaga keutuhan bangsa dan melupakan, namun tanpa meniadakan. perbedaan yang ada. Kebangsaan sejatinya juga dapat menjadi senjata ampuh dalam konteks kehidupan modern terutama di tengah arus globalisasi, terutama untuk mempertahankan identitas bangsa dari gempuran budaya asing. Kebangsaan dengan demikian diharapkan menjadi filter aktif yang membentengi bangsa dari gaya hidup ala bangsa lain yang tidak sesuai bahkan tidak konstruktif bagi pembangunan karakter bangsa. Namun demikian, di balik besarnya peranan nasionalisme dalam menjaga kehidupan bangsa ini, sejumlah tantangan tetap terus hadir dan menjadi masalah tersendiri yang perlu menjadi perhatian. Keberagaman yang ada ternyata tidak selalu mampu menumbuhkan nasionalisme yangmenjadi perekatsemangatkebangsaan.Perbedaan terkadang dapat dengan mudah disulut menjadi pemicu konflik berlatar belakang agama, politik, etnis, maupun latar belakang lainnya. Akibatnya semangat nasionalisme berubah menjadi semangat chauvinisme sempit berdasarkan suku, agama, dan haiuan politik. Rezim yang berkuasa pada saat yang sama seringkali lebih mengedepankan pendekatan mlliter dan politik sehingga konfiik yang terjadi menjadi isu dlsintegrasi. Untuk itulah, semangat nasionalisme menjadi urgen untuk kembali diwujudkan dalam kehidupan masyarakat di daerah konflik. Tujuannya adalah untuk mengembalikan solidaritas , kebangsaan yang telah terkikis akibat adanya konflik berkepanjangan. Kajian singkat ini dimaksudkan untuk mengkaji upaya mengukuhkan kembali nasionalisme di daerah konflik, terutama melalui pembangunan karakter bangsa.
PEMBAHASAN
Pentingnya Pendidikan. Disadari atau tidak, pendidikan merupakan hal terpenting untuk membentuk kepribadian. Pendidikan itu tidak selalu berasal dari pendidikan formal seperti sekolah atau perguruan tinggi. Pendidikan informal dan non formal pun memiliki peran yang sama untuk membentuk kepribadian, terutama anak atau peserta didik. Dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 kita dapat melihat ketiga perbedaan model lembaga pendidikan tersebut. Dikatakan bahwa Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Sementara pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. Sedangkan pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Kegiatan pendidikan informal dilakukan oleh keluarga dan lingkungan dalam bentuk kegiatan belajar secara mandiri. Memperhatikan ketiga jenis pendidikan di atas, ada kecenderungan bahwa pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan non formal yang selama ini berjalan terpisah satu dengan yang lainnya. Mereka tidak saling mendukung untuk peningkatan pembentukan kepribadian peserta didik. Setiap lembaga pendidikan tersebut berjalan masing-masing sehingga yang terjadi sekarang adalah pembentukan pribadi peserta didik menjadi parsial, misalnya anak bersikap baik di rumah, namun ketika keluar rumah atau berada d sekolah ia melakukan perkelahian antarpelajar, memiliki ’ketertarikan’ bergaul dengan WTS atau melakukan perampokan. Sikap-sikap seperti ini merupakan bagian dari penyimpangan moralitas dan prilaku sosial pelajar (Suyanto, 2000). Oleh karena itu, dalam rangka membangun dan melakukan penguatan peserta didik perlu menyinergiskan ketiga komponen lembaga pendidikan. Upaya yang dapat dilakukan salah satunya adalah pendidik dan orangtua berkumpul bersama mencoba memahami gejala-gejala anak pada fase negatif, yang meliputi keinginan untuk menyendiri, kurang kemauan untuk bekerja, mengalami kejenuhan, ada rasa kegelisahan, ada pertentangan sosial, ada kepekaan emosional, kurang percaya diri, mulai timbul minat pada lawan jenis, adanya perasaan malu yang berlebihan, dan kesukaan berkhayal (Mappiare dalam Suyanto, 2000). Dengan mempelajari gejala-gejala negatif yang dimiliki anak remaja pada umumnya, orangtua dan pendidik akan dapat menyadari dan melakukan upaya perbaikan perlakuan sikap terhadap anak dalam proses pendidikan formal, non formal dan informal.
Pendidikan dan identitas nasional merupakan dua elemen yang saling terkait erat. Pendidikan berperan penting dalam membentuk identitas nasional suatu bangsa, dan identitas nasional menjadi landasan bagi pengembangan pendidikan yang berkarakter dan berwawasan kebangsaan.
Sekolah, sebagai salah satu lembaga pendidikan formal, memiliki peran penting dalam membentuk kesadaran kebangsaan pada generasi muda. Berikut beberapa peran sekolah dalam membentuk kesadaran kebangsaan, dengan contoh dan detail yang lebih lengkap:
1. Menanamkan Nilai-Nilai Pancasila dan Kebangsaan
· Pembelajaran: Guru dapat mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dan kebangsaan dalam materi pelajaran di kelas. Contohnya, pada mata pelajaran sejarah, guru dapat menceritakan kisah-kisah perjuangan para pahlawan bangsa dalam memperjuangkan kemerdekaan dengan mengaitkannya dengan nilai-nilai Pancasila.
· Upacara bendera: Upacara bendera dapat menjadi momen untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air dan nasionalisme pada siswa. Contohnya, setiap hari Senin, sekolah dapat mengadakan upacara bendera dengan diikuti oleh seluruh siswa dan staf sekolah. Pada saat upacara bendera, siswa dapat menyanyikan lagu kebangsaan dengan penuh semangat dan penghayatan.
· Kegiatan ekstrakurikuler: Kegiatan ekstrakurikuler, seperti pramuka, paskibraka, dan OSIS, dapat menjadi wadah bagi siswa untuk mengembangkan karakter dan kepemimpinan yang dilandasi nilai-nilai kebangsaan. Contohnya, dalam kegiatan pramuka, siswa dapat belajar tentang disiplin, kerjasama, dan kepemimpinan yang merupakan nilai-nilai yang penting bagi bangsa Indonesia.
2. Memperkenalkan Sejarah dan Budaya Bangsa
· Pembelajaran sejarah: Guru dapat menceritakan kisah-kisah kepahlawanan dan perjuangan para pahlawan bangsa dalam memperjuangkan kemerdekaan. Contohnya, guru dapat menceritakan kisah perjuangan Jenderal Sudirman dalam memimpin pasukannya melawan penjajah Belanda.
· Kunjungan ke museum dan situs sejarah: Kunjungan ke museum dan situs sejarah dapat membantu siswa memahami sejarah bangsa secara lebih langsung. Contohnya, siswa dapat mengunjungi Museum Nasional di Jakarta untuk melihat koleksi benda-benda bersejarah peninggalan bangsa Indonesia.
· Pentas seni dan budaya: Pentas seni dan budaya dapat menjadi wadah bagi siswa untuk mempelajari dan melestarikan budaya bangsa. Contohnya, sekolah dapat mengadakan pentas seni dan budaya yang menampilkan berbagai macam tarian tradisional dari berbagai daerah di Indonesia.
3. Mengembangkan Rasa Cinta Tanah Air dan Nasionalisme
· Menyanyikan lagu kebangsaan: Menyanyikan lagu kebangsaan dapat membangkitkan rasa cinta tanah air dan nasionalisme pada siswa. Contohnya, setiap pagi sebelum memulai pelajaran, siswa dapat menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dengan penuh semangat dan penghayatan.
· Mengibarkan bendera merah putih: Mengibarkan bendera merah putih dapat menjadi simbol persatuan dan kesatuan bangsa. Contohnya, pada hari-hari besar nasional, sekolah dapat mengibarkan bendera merah putih di halaman sekolah.
· Melaksanakan kegiatan sosial: Kegiatan sosial, seperti bakti sosial dan pengabdian masyarakat, dapat membantu siswa menumbuhkan rasa kepedulian terhadap sesama dan bangsa. Contohnya, siswa dapat mengadakan kegiatan bakti sosial di lingkungan sekitar sekolah untuk membantu masyarakat yang membutuhkan.
4. Membangun Karakter yang Berwawasan Kebangsaan
· Pendidikan karakter: Pendidikan karakter dapat membantu siswa mengembangkan nilai-nilai moral dan budi pekerti luhur yang dilandasi nilai-nilai kebangsaan. Contohnya, sekolah dapat menerapkan program pendidikan karakter yang mengajarkan nilai-nilai seperti kejujuran, disiplin, dan tanggung jawab kepada siswa.
· Keteladanan dari guru dan staf sekolah: Keteladanan dari guru dan staf sekolah dalam menunjukkan sikap dan perilaku yang mencerminkan nilai-nilai kebangsaan dapat menjadi contoh bagi siswa. Contohnya, guru dapat menunjukkan sikap disiplin dan tanggung jawab dalam menjalankan tugasnya.
· Pembiasaan sikap dan perilaku yang mencerminkan nilai-nilai kebangsaan: Sekolah dapat membiasakan siswa untuk menunjukkan sikap dan perilaku yang mencerminkan nilai-nilai kebangsaan, seperti mengucapkan salam dengan sopan, menjaga kebersihan lingkungan sekolah, dan menghormati orang tua dan guru.
5. Menumbuhkan Rasa Toleransi dan Persatuan
· Mengajarkan nilai-nilai toleransi dan persatuan: Guru dapat mengajarkan nilai-nilai toleransi dan persatuan kepada siswa melalui materi pelajaran dan kegiatan di kelas. Contohnya, guru dapat menjelaskan tentang pentingnya toleransi dan persatuan dalam menjaga keutuhan bangsa Indonesia.
· Mendorong interaksi antar siswa: Sekolah dapat mendorong interaksi antar siswa dari berbagai latar belakang suku, agama, dan budaya untuk membangun rasa saling menghormati dan menghargai perbedaan. Contohnya, sekolah dapat mengadakan kegiatan perlombaan antar kelas yang melibatkan siswa dari berbagai latar belakang.
· Menerapkan program anti-bullying: Sekolah dapat menerapkan program anti-bullying untuk mencegah terjadinya perundungan
KESIMPULAN
Pendidikan memiliki peran krusial dalam pembentukan identitas nasional dan kesadaran kebangsaan. Sekolah, sebagai institusi pendidikan formal, mengemban tanggung jawab untuk menanamkan nilai-nilai kebangsaan dan memupuk rasa cinta tanah air kepada para siswa. Identitas nasional merupakan jati diri bangsa yang membedakannya dengan bangsa lain. Di Indonesia, identitas nasional dibentuk oleh berbagai unsur seperti Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, UUD 1945, bahasa Indonesia, dan budaya nasional. Kesadaran kebangsaan merupakan kesadaran akan identitas nasional dan rasa cinta tanah air. Kesadaran ini penting untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
SARAN
Pendidikan dan identitas nasional merupakan dua hal yang saling terkait erat. Sekolah memiliki peran penting dalam membentuk kesadaran kebangsaan siswa melalui berbagai upaya, seperti yang telah dipaparkan di atas.
DAFTAR PUSTAKA
Asri, B, (2008). Pembelajaran Moral. Jakarta: PT Rineka Cipta
Darmiyati, Tri. Pengaruh Globalisasi terhadap Nilai-Nilai Nasionalisme. http://www.wikimu.com/News/DisplayN ews.aspx?id=7124
Edi Subkhan, mahasiswa Program Pascasarjana, S2 Universitas Negeri Jakarta dalam http://edukasi.kompasiana.com/2010/05/23/mari-membangun-karakter bangsamelalui-olah-pikir-olah-hati-olah-ragaolah-rasa-dan-karsa/
Hamid, M, (2008). Peran serta Guru Profesional dalam Turut Membentuk karakter bangsa Melalui Jalur Pendidikan Nonformal dan Informal. Jakarta: disajikan dalam Seminar nasional
Lickona, Tom; Schaps, Eric, dan Lewis, Catherine (2007). Eleven Principles of Effective Character Education. Character Education Partnership
Pimpinan Pusat Muhammadiyah (2009). Revitalisasi Visi dan Karakter Bangsa. Yogyakarta: PP Muhammadiyah
No comments:
Post a Comment