ABSTRAK
Gotong royong adalah tradisi luhur bangsa Indonesia yang
mencerminkan kebersamaan, solidaritas, dan semangat membantu satu sama lain.
Seiring dengan perkembangan teknologi digital, praktik gotong royong mengalami
transformasi dalam bentuk dan mekanisme pelaksanaannya. Di era digital, gotong
royong tidak hanya dilakukan melalui interaksi langsung tetapi juga melalui
media sosial, aplikasi digital, dan platform berbasis internet lainnya. Artikel
ini menganalisis transformasi tersebut dalam kaitannya dengan nilai-nilai
Pancasila. Pendekatan kualitatif berbasis studi literatur digunakan untuk
memahami tantangan dan peluang yang muncul dalam mempertahankan nilai gotong
royong di era digital. Hasil kajian menunjukkan bahwa teknologi dapat menjadi
alat yang efektif untuk memperkuat solidaritas sosial, meskipun tantangan
seperti kesenjangan akses teknologi dan individualisme digital perlu dikelola
dengan bijak.
Kata Kunci: Gotong royong, Transformasi digital,
Pancasila, Solidaritas, Teknologi.
PENDAHULUAN
Gotong royong adalah nilai dan praktik budaya yang telah
menjadi identitas bangsa Indonesia. Nilai ini tercermin dalam berbagai
aktivitas masyarakat, mulai dari kerja bakti, pembangunan fasilitas umum,
hingga gotong royong dalam kegiatan sosial lainnya. Dalam Pancasila, nilai
gotong royong sangat terkait dengan sila ke-3, "Persatuan Indonesia,"
yang mengutamakan semangat kebersamaan untuk mencapai tujuan bersama, serta
sila ke-5, "Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia," yang menegaskan
pentingnya kesejahteraan kolektif.
Namun, perkembangan teknologi digital memengaruhi pola
interaksi sosial dan cara masyarakat bekerja sama. Teknologi memungkinkan
kolaborasi tanpa batas geografis, tetapi juga menghadirkan tantangan baru,
seperti kesenjangan digital, individualisme, dan polarisasi sosial. Artikel ini
bertujuan untuk mengeksplorasi transformasi budaya gotong royong di era
digital, memahami dampaknya terhadap nilai-nilai Pancasila, serta merumuskan
strategi untuk menjaga semangat gotong royong dalam konteks modern.
PERMASALAHAN
Beberapa permasalahan utama yang dibahas dalam artikel ini
meliputi:
- Perubahan
bentuk dan mekanisme gotong royong.
Bagaimana teknologi digital mengubah cara masyarakat berinteraksi dan bekerja sama? - Tantangan
era digital terhadap nilai gotong royong.
Apa saja hambatan yang muncul akibat transformasi ini, seperti kesenjangan digital dan individualisme? - Relevansi
nilai Pancasila dalam era digital.
Bagaimana nilai-nilai Pancasila dapat diterapkan untuk menjaga esensi gotong royong dalam kehidupan digital?
1. Gotong Royong: Tradisi yang Bertransformasi
Gotong royong telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat
Indonesia sejak zaman prasejarah. Tradisi ini tumbuh dari kebutuhan masyarakat
untuk saling membantu dalam memenuhi kebutuhan hidup, seperti pembangunan
rumah, pengelolaan sumber daya alam, dan kegiatan sosial. Dalam masyarakat
modern, gotong royong tetap relevan tetapi bentuknya mengalami perubahan.
Di era digital, gotong royong tidak lagi terbatas pada
interaksi langsung. Munculnya media sosial, aplikasi, dan platform digital
membuka peluang baru untuk berkolaborasi secara online. Misalnya, donasi massal
melalui platform seperti Kitabisa.com mencerminkan semangat gotong royong dalam
bentuk digital. Inisiatif seperti penggalangan dana untuk korban bencana atau
kampanye solidaritas sosial di media sosial juga menunjukkan adaptasi nilai
gotong royong di era modern.
2. Peluang Gotong Royong di Era Digital
Teknologi digital memberikan peluang besar untuk memperluas
partisipasi masyarakat dalam aktivitas gotong royong:
- Media
Sosial sebagai Alat Mobilisasi.
Media sosial memungkinkan penyebaran informasi dan penggalangan dukungan secara cepat dan luas. Contohnya, kampanye sosial seperti #SaveKomodo atau #Gerakan1000Buku. - Platform
Crowdfunding.
Situs seperti Kitabisa.com, WeCare.id, dan BenihBaik.com memfasilitasi masyarakat untuk berdonasi secara online. Inisiatif ini mencerminkan gotong royong dalam skala besar, tanpa batas geografis. - Ekosistem
Ekonomi Digital.
Aplikasi seperti Gojek dan Grab menciptakan sistem kerja sama yang menguntungkan antara pekerja dan konsumen, mendukung prinsip saling membantu dan memberdayakan ekonomi lokal. - Komunitas
Digital.
Forum online dan grup media sosial memungkinkan individu dengan minat yang sama untuk berkolaborasi dalam proyek sosial atau kegiatan amal.
3. Tantangan dalam Transformasi Gotong Royong
Meskipun menawarkan peluang, transformasi digital juga
membawa tantangan:
- Kesenjangan
Digital.
Tidak semua masyarakat memiliki akses terhadap teknologi digital, menciptakan ketimpangan dalam partisipasi gotong royong digital. - Individualisme
dan Pola Hidup Digital.
Teknologi sering kali mendorong pola hidup yang lebih individualistis, mengurangi interaksi langsung, dan melemahkan empati. - Polarisasi
Sosial di Media Digital.
Media sosial sering menjadi arena konflik yang memperburuk perpecahan sosial, seperti penyebaran hoaks atau ujaran kebencian. - Etika
dan Privasi.
Pemanfaatan teknologi dalam gotong royong juga menimbulkan isu privasi dan keamanan data.
4. Pancasila sebagai Fondasi dalam Era Digital
Nilai-nilai Pancasila tetap relevan sebagai panduan dalam
menghadapi transformasi budaya:
- Sila
Ke-1: Ketuhanan Yang Maha Esa.
Solidaritas sosial berbasis nilai keagamaan dapat menginspirasi inisiatif gotong royong digital yang lebih bermakna. - Sila
Ke-2: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
Penggunaan teknologi harus berlandaskan prinsip keadilan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia. - Sila
Ke-3: Persatuan Indonesia.
Media digital dapat menjadi alat untuk memperkuat persatuan dan kesatuan melalui kampanye nasional yang inklusif. - Sila
Ke-5: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Akses teknologi harus diperluas agar semua lapisan masyarakat dapat berpartisipasi dalam gotong royong digital.
Kesimpulan
Transformasi budaya gotong royong di era digital menunjukkan
adaptasi yang signifikan dalam bentuk dan mekanisme pelaksanaannya. Teknologi
membuka peluang besar untuk memperluas solidaritas sosial, tetapi juga
menghadirkan tantangan yang perlu diatasi. Nilai-nilai Pancasila memberikan
pedoman yang relevan untuk menjaga esensi gotong royong dalam kehidupan
digital, termasuk dalam memperkuat persatuan dan keadilan sosial.
Saran
- Penguatan
Literasi Digital.
Pemerintah dan institusi pendidikan harus meningkatkan literasi digital masyarakat untuk memastikan penggunaan teknologi yang etis dan produktif. - Pengembangan
Infrastruktur Teknologi.
Perluasan akses teknologi, terutama di daerah terpencil, menjadi prioritas untuk mengurangi kesenjangan digital. - Kampanye
Sosial yang Inklusif.
Media sosial harus dimanfaatkan untuk kampanye yang mempromosikan nilai-nilai kebersamaan dan solidaritas.
Pemerintah dan sektor swasta perlu bekerja sama untuk memastikan keamanan data dan mengatasi penyalahgunaan teknologi.
Daftar Pustaka
- Hapsari,
N. D. (2019). Transformasi Sosial di Era Digital: Tantangan dan
Peluang. Bandung: Pustaka Pelajar.
- Nugroho,
R., & Wijaya, S. (2020). "Media Sosial dan Solidaritas Digital
dalam Masyarakat Modern." Jurnal Komunikasi Digital Indonesia,
3(1), 45-62.
- Rahmawati,
A. (2021). "Crowdfunding sebagai Bentuk Gotong Royong Modern." Jurnal
Ekonomi dan Masyarakat Digital, 5(2), 23-40.
- Saputra,
T. H. (2020). Teknologi dan Transformasi Budaya: Perspektif Pancasila.
Jakarta: Gramedia.
- Wahyudi,
A. (2018). "Gotong Royong di Era Digital: Relevansi dan
Tantangan." Jurnal Kebudayaan Indonesia, 12(3), 15-28.
- Yusuf,
A. (2022). "Etika Digital dalam Perspektif Pancasila." Jurnal
Etika dan Teknologi Indonesia, 4(2), 55-70.
- Zainuddin,
M. (2021). Kesenjangan Digital dan Dampaknya pada Solidaritas Sosial.
Yogyakarta: Pustaka Media.
No comments:
Post a Comment