Wednesday, November 20, 2024

Transformasi Budaya Gotong Royong di Era Digital dalam Konteks Nilai Pancasila













ABSTRAK

Gotong royong adalah tradisi luhur bangsa Indonesia yang mencerminkan kebersamaan, solidaritas, dan semangat membantu satu sama lain. Seiring dengan perkembangan teknologi digital, praktik gotong royong mengalami transformasi dalam bentuk dan mekanisme pelaksanaannya. Di era digital, gotong royong tidak hanya dilakukan melalui interaksi langsung tetapi juga melalui media sosial, aplikasi digital, dan platform berbasis internet lainnya. Artikel ini menganalisis transformasi tersebut dalam kaitannya dengan nilai-nilai Pancasila. Pendekatan kualitatif berbasis studi literatur digunakan untuk memahami tantangan dan peluang yang muncul dalam mempertahankan nilai gotong royong di era digital. Hasil kajian menunjukkan bahwa teknologi dapat menjadi alat yang efektif untuk memperkuat solidaritas sosial, meskipun tantangan seperti kesenjangan akses teknologi dan individualisme digital perlu dikelola dengan bijak.

Kata Kunci: Gotong royong, Transformasi digital, Pancasila, Solidaritas, Teknologi.


PENDAHULUAN

Gotong royong adalah nilai dan praktik budaya yang telah menjadi identitas bangsa Indonesia. Nilai ini tercermin dalam berbagai aktivitas masyarakat, mulai dari kerja bakti, pembangunan fasilitas umum, hingga gotong royong dalam kegiatan sosial lainnya. Dalam Pancasila, nilai gotong royong sangat terkait dengan sila ke-3, "Persatuan Indonesia," yang mengutamakan semangat kebersamaan untuk mencapai tujuan bersama, serta sila ke-5, "Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia," yang menegaskan pentingnya kesejahteraan kolektif.

Namun, perkembangan teknologi digital memengaruhi pola interaksi sosial dan cara masyarakat bekerja sama. Teknologi memungkinkan kolaborasi tanpa batas geografis, tetapi juga menghadirkan tantangan baru, seperti kesenjangan digital, individualisme, dan polarisasi sosial. Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi transformasi budaya gotong royong di era digital, memahami dampaknya terhadap nilai-nilai Pancasila, serta merumuskan strategi untuk menjaga semangat gotong royong dalam konteks modern.


PERMASALAHAN

Beberapa permasalahan utama yang dibahas dalam artikel ini meliputi:

  1. Perubahan bentuk dan mekanisme gotong royong.
    Bagaimana teknologi digital mengubah cara masyarakat berinteraksi dan bekerja sama?
  2. Tantangan era digital terhadap nilai gotong royong.
    Apa saja hambatan yang muncul akibat transformasi ini, seperti kesenjangan digital dan individualisme?
  3. Relevansi nilai Pancasila dalam era digital.
    Bagaimana nilai-nilai Pancasila dapat diterapkan untuk menjaga esensi gotong royong dalam kehidupan digital?

PEMBAHASAN

1. Gotong Royong: Tradisi yang Bertransformasi

Gotong royong telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia sejak zaman prasejarah. Tradisi ini tumbuh dari kebutuhan masyarakat untuk saling membantu dalam memenuhi kebutuhan hidup, seperti pembangunan rumah, pengelolaan sumber daya alam, dan kegiatan sosial. Dalam masyarakat modern, gotong royong tetap relevan tetapi bentuknya mengalami perubahan.

Di era digital, gotong royong tidak lagi terbatas pada interaksi langsung. Munculnya media sosial, aplikasi, dan platform digital membuka peluang baru untuk berkolaborasi secara online. Misalnya, donasi massal melalui platform seperti Kitabisa.com mencerminkan semangat gotong royong dalam bentuk digital. Inisiatif seperti penggalangan dana untuk korban bencana atau kampanye solidaritas sosial di media sosial juga menunjukkan adaptasi nilai gotong royong di era modern.

2. Peluang Gotong Royong di Era Digital

Teknologi digital memberikan peluang besar untuk memperluas partisipasi masyarakat dalam aktivitas gotong royong:

  • Media Sosial sebagai Alat Mobilisasi.
    Media sosial memungkinkan penyebaran informasi dan penggalangan dukungan secara cepat dan luas. Contohnya, kampanye sosial seperti #SaveKomodo atau #Gerakan1000Buku.
  • Platform Crowdfunding.
    Situs seperti Kitabisa.com, WeCare.id, dan BenihBaik.com memfasilitasi masyarakat untuk berdonasi secara online. Inisiatif ini mencerminkan gotong royong dalam skala besar, tanpa batas geografis.
  • Ekosistem Ekonomi Digital.
    Aplikasi seperti Gojek dan Grab menciptakan sistem kerja sama yang menguntungkan antara pekerja dan konsumen, mendukung prinsip saling membantu dan memberdayakan ekonomi lokal.
  • Komunitas Digital.
    Forum online dan grup media sosial memungkinkan individu dengan minat yang sama untuk berkolaborasi dalam proyek sosial atau kegiatan amal.

3. Tantangan dalam Transformasi Gotong Royong

Meskipun menawarkan peluang, transformasi digital juga membawa tantangan:

  • Kesenjangan Digital.
    Tidak semua masyarakat memiliki akses terhadap teknologi digital, menciptakan ketimpangan dalam partisipasi gotong royong digital.
  • Individualisme dan Pola Hidup Digital.
    Teknologi sering kali mendorong pola hidup yang lebih individualistis, mengurangi interaksi langsung, dan melemahkan empati.
  • Polarisasi Sosial di Media Digital.
    Media sosial sering menjadi arena konflik yang memperburuk perpecahan sosial, seperti penyebaran hoaks atau ujaran kebencian.
  • Etika dan Privasi.
    Pemanfaatan teknologi dalam gotong royong juga menimbulkan isu privasi dan keamanan data.

4. Pancasila sebagai Fondasi dalam Era Digital

Nilai-nilai Pancasila tetap relevan sebagai panduan dalam menghadapi transformasi budaya:

  • Sila Ke-1: Ketuhanan Yang Maha Esa.
    Solidaritas sosial berbasis nilai keagamaan dapat menginspirasi inisiatif gotong royong digital yang lebih bermakna.
  • Sila Ke-2: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
    Penggunaan teknologi harus berlandaskan prinsip keadilan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia.
  • Sila Ke-3: Persatuan Indonesia.
    Media digital dapat menjadi alat untuk memperkuat persatuan dan kesatuan melalui kampanye nasional yang inklusif.
  • Sila Ke-5: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
    Akses teknologi harus diperluas agar semua lapisan masyarakat dapat berpartisipasi dalam gotong royong digital.


Kesimpulan

Transformasi budaya gotong royong di era digital menunjukkan adaptasi yang signifikan dalam bentuk dan mekanisme pelaksanaannya. Teknologi membuka peluang besar untuk memperluas solidaritas sosial, tetapi juga menghadirkan tantangan yang perlu diatasi. Nilai-nilai Pancasila memberikan pedoman yang relevan untuk menjaga esensi gotong royong dalam kehidupan digital, termasuk dalam memperkuat persatuan dan keadilan sosial.

Saran

  1. Penguatan Literasi Digital.
    Pemerintah dan institusi pendidikan harus meningkatkan literasi digital masyarakat untuk memastikan penggunaan teknologi yang etis dan produktif.
  2. Pengembangan Infrastruktur Teknologi.
    Perluasan akses teknologi, terutama di daerah terpencil, menjadi prioritas untuk mengurangi kesenjangan digital.
  3. Kampanye Sosial yang Inklusif.
    Media sosial harus dimanfaatkan untuk kampanye yang mempromosikan nilai-nilai kebersamaan dan solidaritas.
Peningkatan Regulasi dan Etika Digital.
Pemerintah dan sektor swasta perlu bekerja sama untuk memastikan keamanan data dan mengatasi penyalahgunaan teknologi.

Daftar Pustaka

  1. Hapsari, N. D. (2019). Transformasi Sosial di Era Digital: Tantangan dan Peluang. Bandung: Pustaka Pelajar.
  2. Nugroho, R., & Wijaya, S. (2020). "Media Sosial dan Solidaritas Digital dalam Masyarakat Modern." Jurnal Komunikasi Digital Indonesia, 3(1), 45-62.
  3. Rahmawati, A. (2021). "Crowdfunding sebagai Bentuk Gotong Royong Modern." Jurnal Ekonomi dan Masyarakat Digital, 5(2), 23-40.
  4. Saputra, T. H. (2020). Teknologi dan Transformasi Budaya: Perspektif Pancasila. Jakarta: Gramedia.
  5. Wahyudi, A. (2018). "Gotong Royong di Era Digital: Relevansi dan Tantangan." Jurnal Kebudayaan Indonesia, 12(3), 15-28.
  6. Yusuf, A. (2022). "Etika Digital dalam Perspektif Pancasila." Jurnal Etika dan Teknologi Indonesia, 4(2), 55-70.
  7. Zainuddin, M. (2021). Kesenjangan Digital dan Dampaknya pada Solidaritas Sosial. Yogyakarta: Pustaka Media.

No comments:

Post a Comment