Pendahuluan
Bayangkan sebuah negara di mana pemerintah bekerja dengan transparan, rakyat dapat berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan, dan pelayanan publik berjalan dengan efisien.
Seperti mimpi? Tidak juga. Inilah yang disebut dengan good governance atau tata pemerintahan yang baik.Sejak era reformasi 1998, istilah good governance
menjadi primadona dalam setiap diskusi tentang pembangunan Indonesia. Namun,
apakah kita benar-benar memahami makna dan pentingnya konsep ini? Mengapa good
governance menjadi begitu krusial dalam menentukan masa depan bangsa?
Di era globalisasi yang semakin kompetitif, tidak ada
pilihan lain bagi Indonesia selain menerapkan tata pemerintahan yang baik.
Negara-negara yang berhasil menerapkan good governance terbukti lebih
mampu menghadapi tantangan global dan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.
Sebaliknya, negara dengan tata pemerintahan yang buruk akan tertinggal dalam
persaingan global.
Memahami Esensi Good Governance
Definisi dan Makna
Good governance secara sederhana dapat diartikan
sebagai pengelolaan pemerintahan yang baik. Namun, kata "baik" di
sini memiliki makna yang sangat dalam dan kompleks. Menurut World Bank, good
governance merupakan penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan
bertanggung jawab, sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien.
Konsep ini tidak hanya berkaitan dengan pemerintah saja,
melainkan juga melibatkan sektor swasta dan masyarakat sipil. Ibaratnya, good
governance adalah orkestra yang membutuhkan harmoni antara tiga pemain
utama: negara, swasta, dan masyarakat. Ketika ketiga komponen ini bekerja
secara sinergis, lahirlah tata pemerintahan yang mampu melayani kepentingan
publik dengan optimal.
Mengapa Good Governance Penting?
Dalam konteks Indonesia, pentingnya good governance
dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Pertama, dari sisi historis,
Indonesia telah mengalami berbagai periode pemerintahan yang kurang transparan
dan partisipatif. Era Orde Baru, misalnya, menunjukkan bagaimana pemerintahan
yang otoriter dapat menghambat pembangunan yang berkelanjutan.
Kedua, dari sisi ekonomi, good governance terbukti
berkorelasi positif dengan pertumbuhan ekonomi. Negara-negara dengan indeks governance
yang tinggi cenderung memiliki tingkat investasi yang lebih baik, korupsi yang
rendah, dan pelayanan publik yang berkualitas. Hal ini menciptakan lingkungan
yang kondusif bagi pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
Sepuluh Pilar Good Governance
1. Partisipasi Masyarakat: Demokrasi dalam Aksi
Partisipasi masyarakat merupakan fondasi utama good
governance. Prinsip ini mengamanatkan bahwa setiap warga negara memiliki
hak dan kesempatan untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan yang
mempengaruhi kehidupan mereka.
Dalam praktiknya, partisipasi dapat diwujudkan melalui
berbagai cara, mulai dari pemilu yang demokratis, forum konsultasi publik,
hingga mekanisme pengaduan masyarakat. Di Indonesia, implementasi otonomi
daerah merupakan salah satu wujud konkret dari prinsip partisipasi ini.
2. Penegakan Hukum: Keadilan untuk Semua
Supremasi hukum menjadi tulang punggung good governance.
Prinsip ini menegaskan bahwa hukum harus diberlakukan secara adil tanpa pandang
bulu, termasuk perlindungan terhadap hak asasi manusia.
Tantangan terbesar dalam penegakan hukum di Indonesia adalah
membangun kembali kepercayaan masyarakat terhadap sistem peradilan. Berbagai
kasus korupsi dan pelanggaran HAM yang tidak tertangani dengan baik telah
mengikis kepercayaan publik terhadap lembaga penegak hukum.
3. Transparansi: Membuka Tirai Kegelapan
Transparansi dalam pemerintahan ibarat membuka jendela yang
selama ini tertutup rapat. Prinsip ini mengharuskan pemerintah untuk terbuka
dalam menyampaikan informasi kepada publik, baik mengenai kebijakan, anggaran,
maupun kinerja pemerintahan.
Di era digital saat ini, transparansi dapat diwujudkan
melalui berbagai platform teknologi informasi. Website resmi pemerintah,
aplikasi mobile, dan media sosial menjadi saluran efektif untuk menyebarkan
informasi kepada masyarakat. Namun, transparansi bukan hanya soal menyediakan
informasi, tetapi juga memastikan informasi tersebut mudah diakses dan dipahami
oleh masyarakat.
4. Kepedulian pada Stakeholder: Melayani Semua Pihak
Prinsip ini menekankan pentingnya pemerintah untuk
memperhatikan kepentingan seluruh pemangku kepentingan, tidak hanya kelompok
tertentu. Dalam konteks Indonesia yang pluralistik, prinsip ini menjadi sangat
penting untuk menjaga keharmonisan dan keadilan sosial.
Implementasi prinsip ini dapat dilihat dalam berbagai
kebijakan affirmative action, seperti program bantuan sosial untuk masyarakat
kurang mampu, kuota pendidikan untuk daerah tertinggal, dan perlindungan khusus
untuk kelompok minoritas.
5. Orientasi pada Konsensus: Mencari Titik Temu
Dalam masyarakat yang heterogen seperti Indonesia, mencapai
konsensus merupakan tantangan sekaligus keharusan. Prinsip ini mengamanatkan
pemerintah untuk mencari titik temu dari berbagai kepentingan yang berbeda demi
tercapainya kesepakatan bersama.
Mekanisme musyawarah dan mufakat yang merupakan warisan
budaya Indonesia sebenarnya sejalan dengan prinsip ini. Namun, tantangannya
adalah bagaimana mengimplementasikan nilai-nilai tradisional ini dalam sistem
pemerintahan modern yang kompleks.
6. Kesetaraan: Kesempatan yang Sama untuk Semua
Prinsip kesetaraan menjamin bahwa setiap warga negara
memiliki kesempatan yang sama untuk memperbaiki atau mempertahankan
kesejahteraan mereka. Ini berarti pemerintah harus memastikan tidak ada
diskriminasi berdasarkan suku, agama, ras, gender, atau status sosial ekonomi.
Dalam praktiknya, prinsip kesetaraan dapat diwujudkan
melalui kebijakan redistribusi yang adil, akses pendidikan dan kesehatan yang
merata, serta perlindungan terhadap kelompok rentan.
7. Efektivitas dan Efisiensi: Optimal dalam Berkarya
Pemerintahan yang baik harus mampu mencapai tujuan dengan
menggunakan sumber daya secara optimal. Prinsip ini menuntut pemerintah untuk
tidak hanya fokus pada input, tetapi juga output dan outcome dari setiap
kebijakan.
Pengukuran kinerja berbasis hasil, penerapan teknologi
informasi dalam pelayanan publik, dan reformasi birokrasi merupakan beberapa
cara untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemerintahan.
8. Akuntabilitas: Mempertanggungjawabkan Amanah
Akuntabilitas merupakan kewajiban pemerintah untuk
mempertanggungjawabkan setiap tindakan dan keputusan yang diambil. Prinsip ini
menciptakan mekanisme checks and balances yang memastikan pemerintah tidak
menyalahgunakan kekuasaan.
Implementasi prinsip akuntabilitas dapat diwujudkan melalui
audit kinerja, laporan pertanggungjawaban, dan mekanisme pengawasan yang
melibatkan masyarakat sipil.
9. Visi Strategis: Melihat Jauh ke Depan
Pemimpin yang baik harus memiliki visi yang jelas tentang
masa depan bangsa. Prinsip ini mengharuskan pemerintah untuk tidak hanya fokus
pada kepentingan jangka pendek, tetapi juga merencanakan pembangunan jangka
panjang yang berkelanjutan.
Dalam konteks Indonesia, visi strategis ini tercermin dalam
berbagai dokumen perencanaan pembangunan, seperti Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN).
10. Profesionalisme: Kompetensi dalam Berkarya
Prinsip terakhir menekankan pentingnya kompetensi dan
profesionalisme dalam penyelenggaraan pemerintahan. Aparatur pemerintah harus
memiliki keahlian yang memadai untuk melaksanakan tugas dan fungsinya dengan
baik.
Reformasi birokrasi yang sedang berlangsung di Indonesia
merupakan upaya untuk meningkatkan profesionalisme aparatur pemerintah melalui
sistem rekrutmen yang merit-based, pelatihan berkelanjutan, dan sistem reward
and punishment yang jelas.
Tiga Pilar Pendukung Good Governance
1. Negara: Regulator dan Pelayan Publik
Negara memiliki peran krusial dalam menciptakan kondisi yang
kondusif untuk berjalannya good governance. Sebagai regulator, negara
bertanggung jawab untuk menciptakan peraturan yang efektif dan berkeadilan.
Sebagai pelayan publik, negara harus menyediakan layanan yang berkualitas dan
dapat diakses oleh seluruh masyarakat.
Dalam menjalankan perannya, negara harus mampu menjaga
keseimbangan antara fungsi pengaturan dan pelayanan. Terlalu banyak regulasi
dapat menghambat inovasi dan pertumbuhan, sementara regulasi yang terlalu
longgar dapat menciptakan ketidakpastian dan ketidakadilan.
2. Sektor Swasta: Motor Penggerak Ekonomi
Sektor swasta berperan sebagai motor penggerak pertumbuhan
ekonomi. Dalam konteks good governance, sektor swasta tidak hanya
berperan sebagai pencari keuntungan, tetapi juga sebagai mitra pemerintah dalam
pembangunan.
Tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social
Responsibility/CSR) merupakan salah satu wujud kontribusi sektor swasta dalam good
governance. Melalui CSR, perusahaan dapat berkontribusi dalam pembangunan
infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan program-program sosial lainnya.
3. Masyarakat Sipil: Pengawas dan Partisipan Aktif
Masyarakat sipil berperan sebagai pengawas dan partisipan
aktif dalam proses pemerintahan. Organisasi masyarakat sipil (OMS) menjadi
jembatan antara pemerintah dan masyarakat, sekaligus menjadi watchdog yang
mengawasi kinerja pemerintah.
Peran masyarakat sipil semakin penting di era digital, di
mana akses informasi menjadi lebih mudah dan cepat. Melalui media sosial dan
platform digital lainnya, masyarakat dapat lebih aktif dalam mengawasi dan
memberikan masukan kepada pemerintah.
Agenda Strategis Good Governance di Indonesia
Agenda Politik: Reformasi Sistem Politik
Reformasi politik menjadi prasyarat utama untuk mewujudkan good
governance di Indonesia. Agenda ini meliputi beberapa aspek penting:
Penguatan Demokrasi: Pemilu yang jujur dan adil,
sistem kepartaian yang sehat, dan partisipasi politik yang luas menjadi fondasi
demokrasi yang kuat. Indonesia telah mengalami kemajuan signifikan dalam hal
ini, namun masih diperlukan perbaikan dalam hal kualitas demokrasi.
Reformasi Kelembagaan: Penguatan lembaga-lembaga
negara, pemisahan kekuasaan yang jelas, dan sistem checks and balances yang
efektif menjadi agenda penting dalam reformasi politik. Amandemen UUD 1945 yang
telah dilakukan merupakan langkah awal yang baik, namun implementasinya masih
memerlukan perbaikan.
Otonomi Daerah: Desentralisasi kekuasaan melalui
otonomi daerah merupakan salah satu agenda politik yang penting. Hal ini
memberikan kesempatan kepada daerah untuk mengembangkan potensi lokalnya
sekaligus meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemerintahan.
Agenda Ekonomi: Menciptakan Kesejahteraan
Agenda ekonomi dalam good governance fokus pada
penciptaan kesejahteraan yang merata bagi seluruh rakyat. Beberapa aspek
penting dalam agenda ini:
Reformasi Sektor Keuangan: Sistem perbankan yang
sehat, pasar modal yang berkembang, dan akses kredit yang mudah menjadi
prasyarat untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Indonesia telah
mengalami kemajuan dalam hal ini, namun masih diperlukan perbaikan dalam hal
inklusi keuangan.
Pengentasan Kemiskinan: Program-program pengentasan
kemiskinan harus dirancang secara komprehensif dan berkelanjutan. Tidak hanya
memberikan bantuan sesaat, tetapi juga memberdayakan masyarakat untuk mandiri
secara ekonomi.
Pembangunan Infrastruktur: Infrastruktur yang memadai
merupakan prasyarat untuk pembangunan ekonomi. Pemerintah Indonesia telah
memprioritaskan pembangunan infrastruktur dalam beberapa tahun terakhir, namun
masih diperlukan investasi yang lebih besar dan berkelanjutan.
Agenda Sosial: Membangun Masyarakat yang Berdaya
Masyarakat yang berdaya merupakan pilar penting dalam good
governance. Agenda sosial meliputi:
Pendidikan Berkualitas: Pendidikan yang berkualitas
dan dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat menjadi kunci untuk menciptakan
masyarakat yang berdaya. Program wajib belajar 12 tahun yang telah dicanangkan
pemerintah merupakan langkah yang tepat.
Kesehatan untuk Semua: Akses kesehatan yang merata
dan berkualitas menjadi hak dasar setiap warga negara. Program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) yang telah diimplementasikan merupakan langkah maju
dalam hal ini.
Penanganan Konflik Sosial: Indonesia sebagai negara
yang pluralistik rentan terhadap konflik sosial. Penanganan konflik yang
efektif dan pencegahan konflik menjadi agenda penting dalam pembangunan sosial.
Agenda Hukum: Menegakkan Supremasi Hukum
Supremasi hukum menjadi prasyarat utama untuk good
governance. Agenda hukum meliputi:
Reformasi Peradilan: Sistem peradilan yang
independen, transparan, dan akuntabel menjadi tuntutan utama reformasi hukum.
Pembentukan Komisi Yudisial dan berbagai lembaga pengawasan lainnya merupakan
langkah yang tepat.
Pemberantasan Korupsi: Korupsi merupakan musuh utama good
governance. Pemberantasan korupsi harus dilakukan secara sistematis dan
berkelanjutan, tidak hanya melalui penindakan tetapi juga pencegahan.
Perlindungan HAM: Perlindungan hak asasi manusia
menjadi indikator penting dari good governance. Penguatan
lembaga-lembaga HAM dan penegakan hukum yang berkeadilan menjadi agenda
penting.
Tantangan dan Peluang
Tantangan dalam Implementasi
Implementasi good governance di Indonesia menghadapi
berbagai tantangan:
Warisan Sejarah: Indonesia mewarisi tradisi birokrasi
yang birokratis dan kurang responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Mengubah
budaya birokrasi memerlukan waktu dan komitmen yang kuat dari semua pihak.
Kompleksitas Sosial: Sebagai negara yang sangat
heterogen, Indonesia menghadapi tantangan dalam mengelola keberagaman.
Perbedaan suku, agama, budaya, dan kepentingan ekonomi dapat menjadi sumber
konflik jika tidak dikelola dengan baik.
Keterbatasan Sumber Daya: Implementasi good
governance memerlukan investasi yang besar dalam hal sumber daya manusia,
teknologi, dan infrastruktur. Keterbatasan anggaran negara menjadi kendala
dalam implementasi berbagai program.
Resistensi Perubahan: Tidak semua pihak mendukung
perubahan menuju good governance. Kelompok-kelompok yang diuntungkan
oleh sistem lama cenderung melakukan resistensi terhadap perubahan.
Peluang untuk Kemajuan
Meskipun menghadapi berbagai tantangan, Indonesia memiliki
peluang besar untuk mewujudkan good governance:
Bonus Demografi: Indonesia memiliki populasi usia
produktif yang besar dan terus bertumbuh. Jika dikelola dengan baik, bonus
demografi ini dapat menjadi modal untuk pembangunan yang berkelanjutan.
Teknologi Informasi: Perkembangan teknologi informasi
memberikan peluang besar untuk meningkatkan transparansi, partisipasi, dan
efisiensi pemerintahan. E-government dan digitalisasi pelayanan publik dapat
menjadi solusi untuk berbagai permasalahan birokrasi.
Kesadaran Masyarakat: Tingkat pendidikan dan
kesadaran politik masyarakat Indonesia terus meningkat. Hal ini menciptakan
tuntutan yang lebih besar terhadap kualitas pemerintahan dan memberikan tekanan
positif untuk perubahan.
Dukungan Internasional: Indonesia mendapat dukungan
dari berbagai lembaga internasional untuk implementasi good governance.
Dukungan ini dapat berupa bantuan teknis, finansial, maupun transfer
pengetahuan.
Studi Kasus: Keberhasilan dan Kegagalan
Kisah Sukses: Reformasi Birokrasi di Era Digital
Salah satu keberhasilan implementasi good governance
di Indonesia dapat dilihat dari reformasi birokrasi di era digital. Berbagai
inovasi pelayanan publik berbasis teknologi informasi telah berhasil
meningkatkan kualitas pelayanan dan mengurangi praktik korupsi.
Contoh konkret adalah implementasi sistem perizinan online
yang memungkinkan masyarakat untuk mengurus berbagai dokumen tanpa harus datang
ke kantor pemerintah. Sistem ini tidak hanya meningkatkan efisiensi tetapi juga
mengurangi interaksi langsung yang berpotensi menimbulkan praktik suap.
Pelajaran dari Kegagalan: Kasus Korupsi E-KTP
Di sisi lain, kasus korupsi E-KTP menunjukkan bagaimana
implementasi good governance dapat gagal jika tidak ada pengawasan yang
memadai. Meskipun proyek E-KTP dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan
transparansi, namun lemahnya sistem pengawasan menyebabkan terjadinya korupsi
dalam skala besar.
Kasus ini memberikan pelajaran penting bahwa implementasi
teknologi saja tidak cukup untuk mewujudkan good governance. Diperlukan
juga sistem pengawasan yang kuat, budaya kerja yang bersih, dan komitmen yang
kuat dari semua pihak.
Implikasi dan Dampak
Dampak Positif Good Governance
Implementasi good governance yang berhasil akan
memberikan dampak positif yang luas:
Pertumbuhan Ekonomi: Negara dengan good governance
yang baik cenderung memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan
berkelanjutan. Hal ini karena adanya kepastian hukum, transparansi, dan
efisiensi dalam pengelolaan sumber daya.
Pengurangan Kemiskinan: Good governance
memungkinkan distribusi sumber daya yang lebih adil dan efektif, sehingga dapat
mengurangi tingkat kemiskinan dan kesenjangan sosial.
Peningkatan Investasi: Investor cenderung lebih
percaya untuk berinvestasi di negara dengan good governance yang baik
karena adanya kepastian hukum dan transparansi.
Stabilitas Politik: Good governance menciptakan
legitimasi pemerintah yang kuat dan mengurangi potensi konflik sosial dan
politik.
Risiko Jika Gagal Implementasi
Kegagalan dalam implementasi good governance dapat
menimbulkan berbagai risiko:
Korupsi yang Merajalela: Tanpa good governance,
praktik korupsi akan mudah berkembang dan menjadi budaya yang sulit diberantas.
Ketidakstabilan Politik: Pemerintahan yang tidak
legitimate dapat menimbulkan ketidakstabilan politik dan konflik sosial.
Kemunduran Ekonomi: Ketidakpastian dan korupsi dapat
menghambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi daya saing negara.
Ketidakadilan Sosial: Tanpa good governance,
distribusi sumber daya akan tidak merata dan menciptakan kesenjangan sosial
yang lebar.
Solusi dan Rekomendasi
Strategi Jangka Pendek
Penguatan Lembaga Pengawasan: Memperkuat
lembaga-lembaga pengawasan seperti KPK, BPK, dan Ombudsman untuk memastikan
implementasi good governance berjalan dengan baik.
Digitalisasi Pelayanan Publik: Mempercepat
digitalisasi pelayanan publik untuk meningkatkan transparansi dan efisiensi
sekaligus mengurangi praktik korupsi.
Peningkatan Partisipasi Masyarakat: Menciptakan
mekanisme yang memungkinkan masyarakat berpartisipasi aktif dalam proses
pengambilan keputusan dan pengawasan pemerintahan.
Strategi Jangka Menengah
Reformasi Pendidikan: Meningkatkan kualitas
pendidikan untuk menciptakan masyarakat yang kritis dan berpartisipasi aktif
dalam proses demokrasi.
Penguatan Institusi: Membangun institusi yang kuat
dan independen untuk menjalankan prinsip-prinsip good governance.
Pengembangan Kapasitas: Meningkatkan kapasitas
aparatur pemerintah melalui pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia.
Strategi Jangka Panjang
Perubahan Budaya: Menciptakan budaya yang mendukung good
governance melalui pendidikan, sosialisasi, dan keteladanan dari para
pemimpin.
Pembangunan Berkelanjutan: Mengintegrasikan
prinsip-prinsip good governance dalam strategi pembangunan berkelanjutan
jangka panjang.
Kerjasama Internasional: Meningkatkan kerjasama
internasional untuk belajar dari best practices negara lain dan mendapat
dukungan dalam implementasi good governance.
Peran Generasi Muda
Generasi muda memiliki peran krusial dalam mewujudkan good
governance di Indonesia. Sebagai generasi digital native, mereka memiliki
keunggulan dalam memanfaatkan teknologi untuk transparansi dan partisipasi.
Selain itu, generasi muda juga memiliki idealisme yang tinggi dan tidak
terbebani oleh warisan masa lalu.
Beberapa cara generasi muda dapat berkontribusi:
Memanfaatkan Teknologi: Menggunakan teknologi untuk
mengawasi kinerja pemerintah dan menyebarkan informasi kepada masyarakat.
Berpartisipasi Aktif: Terlibat aktif dalam proses
politik dan pemerintahan melalui organisasi kemasyarakatan, partai politik,
atau lembaga pemerintah.
Menciptakan Inovasi: Mengembangkan inovasi-inovasi
yang dapat mendukung implementasi good governance.
Membangun Kesadaran: Meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang pentingnya good governance melalui pendidikan dan
kampanye.
Kesimpulan
Good governance bukan hanya sekadar konsep teoritis,
tetapi merupakan kebutuhan mendesak bagi Indonesia untuk maju dan bersaing
dalam era global. Implementasi good governance memerlukan komitmen yang
kuat dari semua pihak: pemerintah, swasta, dan masyarakat sipil.
Meskipun menghadapi berbagai tantangan, Indonesia memiliki
peluang besar untuk mewujudkan good governance. Bonus demografi,
perkembangan teknologi, dan meningkatnya kesadaran masyarakat merupakan modal
yang berharga untuk perubahan.
Kunci keberhasilan implementasi good governance
terletak pada konsistensi dan komitmen jangka panjang. Perubahan tidak akan
terjadi dalam semalam, tetapi memerlukan proses yang berkelanjutan dan
partisipasi aktif dari semua pihak.
Sebagai warga negara, kita semua memiliki tanggung jawab
untuk mewujudkan good governance. Mulai dari hal-hal sederhana seperti
tidak memberikan suap, aktif berpartisipasi dalam pemilu, hingga mengawasi
kinerja pemerintah. Setiap tindakan kecil kita berkontribusi pada terwujudnya
Indonesia yang lebih baik.
Pertanyaan yang perlu kita renungkan adalah: Apa yang dapat
kita lakukan sebagai individu untuk mendukung implementasi good governance
di Indonesia? Apakah kita sudah berperan aktif dalam mengawasi dan
berpartisipasi dalam proses pemerintahan? Masa depan Indonesia ada di tangan
kita semua.
Sumber dan Referensi
- Widodo,
Joko. Good Governance: Teori dan Aplikasi. Surabaya: Insan
Cendekia, 2001.
- World
Bank. Governance and Development. Washington D.C.: World Bank,
1992.
- Purwanto,
dkk. Etika Berwarganegara. Jakarta: Salemba Empat, 2010.
- Rasyid,
M. Ryaas. "Makna Pemerintahan: Tinjauan dari Segi Etika dan
Kepemimpinan." Jakarta: Yasrif Watampone, 1998.
- Nisjar,
Karhi. Beberapa Catatan tentang Good Governance. Jakarta: Logos,
1997.
- United
Nations Development Programme. Governance for Sustainable Human
Development. New York: UNDP, 1997.
- Modul
Perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan: Good Governance. Universitas Mercu
Buana, 2023.
- Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Roadmap
Reformasi Birokrasi 2010-2025. Jakarta: Kemenpan RB, 2020.
- Transparency
International. Corruption Perceptions Index 2023. Berlin: TI, 2023.
- Bappenas.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024. Jakarta:
Bappenas, 2020.
Hashtag: #GoodGovernance #TataPemerintahanYangBaik
#ReformaBirokrasi #DemokrasiIndonesia #TransparansiPemerintah
#AkuntabilitasPublik #PartisipasiMasyarakat #AntiKorupsi
#PembangunanBerkelanjutan #GenerasiMuda
No comments:
Post a Comment