Thursday, November 14, 2024

Membangun Masyarakat yang Beriman, Bertakwa, dan Berakhlak Mulia

 Mind Mapping


Abstrak

Pembangunan masyarakat yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia adalah salah satu tujuan utama dalam menciptakan kehidupan yang harmonis dan damai. Artikel ini membahas bagaimana nilai-nilai keagamaan dan moralitas dapat dijadikan sebagai fondasi dalam membangun karakter masyarakat yang baik. Pendekatan yang diambil mencakup pendidikan, lingkungan sosial, serta peran keluarga dan lembaga keagamaan. Pembentukan masyarakat dengan karakter beriman dan bertakwa diyakini akan mengurangi tingkat kriminalitas, meningkatkan solidaritas sosial, dan mewujudkan masyarakat yang bermoral tinggi.

Dimensi beriman merupakan pengakuan dari lisan tentang kebenaran yang bersifat khusus serta meyakininya dalam hati lalu diimplementasikan oleh tubuh. Dimensi Bertakwa kepada Allah SWT adalah sikap dengan mental memelihara diri dari murka dengan cara melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Dimensi Berakhlak mulia yaitu implementasi dari perbuatan baik dan juga cara untuk melakukannya tanpa perlu pertimbangan pemikiran. Diharapkan dampak positif dari penerapan profil pelajar Pancasila dimensi beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia di SD akan membentuk generasi penerus bangsa yang memiliki karakter yang kuat, beretika, dan berperan aktif dalam membangun masyarakat yang harmonis dan sejahtera.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan nilai-nilai Pancasila terhadap penumbuhan karakter siswa sekolah dasar yang cerdas, kreatif, dan berakhlak mulia. Dewasanya permasalahan karakter seringkali terjadi pada anak usia sekolah, diantaranya akibat pemahaman sikap benar dan salah yang minim dan kurangnya arahan dari pihak kedua yakni sekolah terkait pendidikan karakter. Pancasila sebagai ideologi memegang peranan penting dalam membangun karakter masyarakat Indonesia. Sehingga Pancasila harus bisa dipahami dan ditanamkan pada diri bangsa melalui nilai-nilai yang terkandung dalam setiap butir Pancasila. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi literatur. Sumber data penelitian diambil dari jurnal ilmiah,buku elektronik beserta sumber lain.

Masyarakat global didefinisikan sebagai masyarakat dengan pemikiran terbuka secara universal, tanpa terbatas secara teritorial, serta peduli dengan isu-isu negara lain. Penelitian ini dimaksudkan untuk memahami bagaimana peran profil pelajar pancasila dalam upaya membentuk karakteristik global citizenship atau masyarakat global. Dalam prosesnya penelitian ini berpedoman berdasarkan pendekatan kualitatif, adapun lebih spesifik melalui metode deskriptif kualitatif. Berdasarkan penelitian ini diketahui hasil yang menjelaskan bahwa profil pelajar pancasila menjadi peluang dalam upaya menguatkan nilai-nilai karakter pancasila, yang digagaskan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi melalui kurikulum merdeka sebagai bentuk transformasi Pendidikan abad-21. maka dengan ini melalui profil pelajar pancasila dapat diupayakan untuk membentuk siswa sebagai bagian dari masyarakat global.

Kata Kunci
Keimanan, Ketakwaan, Akhlak Mulia, Pembangunan Masyarakat, Nilai Moral

Pendahuluan
Masyarakat yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia adalah masyarakat yang diidamkan oleh banyak negara, khususnya dalam lingkungan yang menjunjung tinggi nilai agama dan moral. Dalam berbagai agama, keimanan dan ketakwaan merupakan pilar utama untuk mencapai kebahagiaan dan ketenangan hidup. Namun, dalam konteks masyarakat modern yang terus berkembang, nilai-nilai tersebut seringkali terkikis oleh globalisasi, modernisasi, dan berbagai pengaruh budaya luar. Untuk itu, perlu adanya usaha serius dalam menanamkan nilai-nilai agama dan moral dalam setiap sendi kehidupan masyarakat, baik melalui pendidikan formal maupun non-formal.

Pancasila secara normatif bisa dijadikan untuk suatu dasar atau pedoman atas tindakan baik, dan secara filosofis bisa dijadikan pandangan kajian atas nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat (Sugiarti, Nugroho, Ruhban, & Nasir, 2020: 171). Pancasila adalah dasar negara yang berasal dari kata panca dan sila yang berarti lima dan dasar atau aturan bagi bangsa Indonesia khusunya masyarakat Indonesia agar berperilaku atau bertingkah laku baik.

Profil Pelajar Pancasila yang mengacu pada nilai-nilai Pancasila, memiliki muatan enam dimensi secara utuh dan menyeluruh. Salah satu muatan dimensi Profil Pelajar Pancasila yaitu Beriman, Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak mulia. Iman merupakan pengakuan dari lisan tentang kebenaran yang bersifat khusus serta meyakininya dalam hati lalu diimplementasikan oleh tubuh. Iman tidak lepas dari yang namanya bertakwa kepada Allah SWT. Bertakwa kepada Allah SWT adalah sikap dengan mental memelihara diri dari murka dan siksa Allah SWT dengan cara melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya yang sesuai dengan aturan agama dan syari’at yang ditetapkan oleh Allah SWT. Setelah mempelajari tentang iman dan takwa, hendaknya individu tersebut mengamalkan apa yang sudah dipelajari. Contoh tingkah laku perbuatan dari iman dan takwa salah satunya yaitu berakhlak mulia. Berakhlak mulia yaitu ilmu yang menjelaskan tentang perbuatan baik dan juga cara untuk melakukannya tanpa perlu pertimbangan pemikiran

Nilai-nilai Pancasila sendiri terbentuk dari kepribadian masyarakat Indonesia, dalam setiap butir Pancasila mengandung makna yang mewakili setiap aspek,golongan, dan adat istiadat setiap bangsanya. Sehingga dalam konteks pembentukan karakter ini, Pancasila sebagai pedoman dan sumber utama dalam pembangunan bangsa harus mendapatkan perhatian secara serius mengingat Pancasila adalah cerminan diri bangsa sehingga sudah sepatutnya warga Indonesia menerapkan nilai Pancasila dalam kehidupan, salah satu jalan utamanya yakni melalui dunia pendidikan.

Pendidikan mempunyai peran penting dalam mencerdaskan anak bangsa, kecerdasan yang dimaksud adalah kecerdasan yang tidak hanya berpaku pada kecerdasan intelektual melainkan kecerdasan yang menyeluruh yang mampu mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan nasional di Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Selain itu dalam rumusan tujuan pendidikan nasional tercakup pula karakter berakhlak mulia sebagai bukti bahwa Indonesia mengharapkan jati diri bangsanya untuk dapat berprilaku baik sesuai dengan norma-norma yang berlaku.

Karakter cerdas merupakan sebuah landasan berpikir bagi manusia untuk dapat menjalani kehidupannya secara baik, harmonis, sejahtera yang tidak hanya bermanfaat bagi dirinya melainkan juga untuk orang lain. Namun realita yang terjadi saat ini, bangsa Indonesia mengalami krisis akhlak akibat minimnya cara berpikir yang cerdas, salah satunya di lingkungan sekolah. Permasalahan yang seringkali terjadi di lingkungan sekolah seperti perlakuan kekerasan antara siswa dengan siswa lain (bullying), bolos sekolah, adanya pergaulan bebas, ketidakjujuran yang membudaya, menurunnya rasa hormat kepada orang tua, guru dan hal lainnya.

Permasalahan
Permasalahan utama yang dihadapi dalam membangun masyarakat yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia meliputi:

  1. Pengaruh globalisasi yang dapat merusak norma-norma dan nilai tradisional masyarakat.
  2. Kurangnya pendidikan moral dan agama yang kuat sejak usia dini.
  3. Minimnya teladan dari berbagai pihak yang seharusnya menjadi panutan, seperti pemimpin, orang tua, dan tokoh masyarakat.
  4. Adanya kesenjangan sosial yang membuat sebagian masyarakat kurang terfasilitasi dalam mendapatkan pendidikan agama dan moral yang memadai.
  5. Budaya konsumerisme yang cenderung mendorong perilaku individualistik dan mengesampingkan kepedulian sosial.

Pembahasan

  1. Pendidikan Agama sebagai Fondasi Utama
    Pendidikan agama harus ditekankan sejak usia dini, baik di lingkungan keluarga maupun di sekolah. Pendidikan ini tidak hanya terbatas pada aspek ritual, tetapi juga mencakup nilai-nilai kehidupan yang sesuai dengan ajaran agama. Pendidikan karakter berbasis agama akan membantu membentuk pribadi yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia.
  2. Peran Keluarga dalam Pembentukan Moral
    Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama bagi seseorang dalam belajar dan memahami nilai-nilai keagamaan dan moral. Orang tua yang berperan sebagai teladan sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter anak. Interaksi di dalam keluarga yang dipenuhi nilai keimanan dan ketakwaan akan menciptakan individu yang berakhlak mulia.
  3. Peran Lembaga Sosial dan Keagamaan
    Lembaga-lembaga sosial dan keagamaan berperan penting dalam menjaga stabilitas moral di masyarakat. Program-program keagamaan yang bersifat inklusif dapat membantu masyarakat mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, penguatan kelembagaan ini juga penting agar mereka dapat menjalankan fungsi pembinaan dan pengawasan sosial secara efektif.
  4. Lingkungan dan Pengaruh Budaya Populer
    Lingkungan sosial yang baik akan membantu individu untuk berperilaku sesuai dengan norma agama dan nilai moral. Media massa juga berperan besar dalam mempengaruhi masyarakat. Oleh karena itu, perlu adanya pengawasan terhadap konten media serta promosi budaya positif yang sejalan dengan norma agama.

Pendidikan karakter menjadi hal yang sangat kompleks dalam mewujudkan kualitas bangsa, hal ini berkaitan dengan krisis akhlak yang marak terjadi belakangan ini. Dengan menurunnya kualitas moral dan akhlak terutama di kalangan siswa, sekolah menjadi tempat yang tepat untuk diselenggarakannya pendidikan karakter. Sekolah dituntut untuk mampu menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai yang baik untuk membentuk karakter siswa. Karena pendidikan tidak hanya berfungsi sebagai tempat mengembangkan kemampuan secara intelektual melainkan juga berfungsi untuk membentuk watak, membentuk karakter dan pribadi peserta didik. Berkenaan dengan hal tersebut karakter manusia pada dasarnya akan berkembang seiring tahapan usia perkembangannya,karakter dapat dipengaruhi oleh berbagai aspek lingkungan mulai dari lingkungan keluarga,masyarakat,hingga lingkungan tempat anak menimba ilmu setiap harinya yakni sekolah. Dengan mengetahuinya karakter dapat berkembang, maka diperlukannya arahan dan bimbingan dari setiap komponen yang terlibat dengan peserta didik, salah satunya sekolah.

Kurikulum menurut Kamiludin dan Suryaman (2017: 59) dalam (Hartoyo & Rahmadayanti, 2022) menegaskan bahwa kurikulum kurikulum adalah rangkaian sistem program pendidikan yang dirancang dan dijalankan dengan tujuan memperoleh sasaran pendidikan. Dalam kurikulum memiliki elemen-elemen dimana saling terhubung serta saling mendukung. Hal tersebut memiliki tujuan sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, kurikulum harus terus mengalami perkembangan mengikuti perubahan zaman. Sebab sejatinya dijelaskan bahwa menurut Plate (2012) dalam (Anggaena et al., 2021) Salah satu alasan kegagalan sistem pendidikan adalah penggunaan kurikulum yang tidak dapat menyesuaikan perkembangan zaman. Oleh karena itu, penting untuk secara terus-menerus mengevaluasi kurikulum dan mengadaptasikannya dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan persyaratan yang ditetapkan oleh pasar. Maka dari itu, sebagai bentuk transformasi pendidikan Nadiem Makarim Menteri Pendidikan Indonesia Pada tanggal 10 Desember 2019, terjadi perubahan dan pengesahan Kurikulum Merdeka Belajar sebagai bentuk perbaikan dari kurikulum 2013 dengan memberikan kebebasan merdeka belajar sebagai wujud implementasi pembelajaran abad-21. Dijelaskan dalam (Kemendikbud, 2021) kurikulum merdeka belajar memiliki tiga karakteristik utama yaitu; (1) Pengembangan soft skills dan karakter melalui projek profil penguatan Pancasila; (2) Fokus pada materi esensial, relevan dan mendalam sehingga memiliki waktu yang cukup untuk mengembangkan kreativitas serta inovasi peserta didik dalam mencapai kompetensi dasar yang diantaranya kompetensi literasi dan numerasi; (3) Pembelajaran yang fleksibel dimana guru memiliki keleluasaan untuk melakukan pembelajaran yang sesuai dengan tahap capaian dan perkembangan masing-masing peserta didik, serta guru dapat melakukan penyesuaian konteks pembelajaran dan muatan lokal.

Kesimpulan
Membangun masyarakat yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia memerlukan kolaborasi dari berbagai pihak, termasuk keluarga, lembaga pendidikan, dan pemerintah. Dengan menanamkan nilai-nilai agama sejak dini serta memberikan teladan yang baik, diharapkan masyarakat dapat terbentuk menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab, peduli terhadap sesama, dan memiliki integritas moral yang kuat.

Berdasarkan hasil penelitian dan kajian dari berbagai sumber pustaka dapat diketahui bahwa karakter cerdas, kreatif, dan berakhlak mulia dapat dilakukan melalui pendidikan karakter yang bersumber dari nilai Pancasila. Upaya pembangunan karakter tersebut dapat dilakukan melalui proses pendidikan. Dalam pendidikan, nilai-nilai Pancasila dapat diintegrasikan dengan mata pelajaran yang ada di sekolah melalui pembiasaan yang dapat diterapkan guru di kegiatan pembelajarannya. Karena pada siswa sekolah dasar Pancasila merupakan fondasi awal dalam membangun karakter pribadinya yang cerdas, kreatif dan berakhlak mulia. Maka dari itu Pancasila sebagai kaidah dan falsafah bangsa dalam kehidupan rakyat Indonesia harus diterapkan nilai-nilainya, karena Pancasila berperan sebagai pegangan dasar bagi masyarakat Indonesia dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga merupakan kewajiban bagi warga Indonesia untuk dapat mempelajari Pancasila melalui pendidikan yang menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila mulai dari sila satu hingga sila kelima.

Mengembangkan karakteristik peserta didik sebagai global citizenship di era digitalisasi menjadi suatu kunci bagi masa depan individu untuk dapat berkolaborasi menjadi bagian masyarakat global dalam menciptakan perubahan positif secara keseluruhan untuk masa depan yang lebih baik. Profil pelajar pancasila hadir untuk memperkokoh karakter peserta didik dalam rangka meningkatkan kemampuan peserta didik sebagai bagian dari masyarakat dunia yang aktif. Artinya dalam hal ini, untuk membentuk karakteristik warga dunia atau masyarakat global dapat diupayakan melalui profil pelajar pancasila berdasarkan dimensi atau komponen karakter (1) beriman, bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, (2) berkebinekaan global, (3) bergotong royong, (4) mandiri, (5) bernalar kritis, dan (6) kreatif. Selain itu, dimensi berkebinekan global menjadi salah satu karakter dalam profil pelajar Pancasila yang dapat memperkuat konsep masyarakat global.

Saran

  1. Meningkatkan Pendidikan Agama dan Moral di Sekolah
    Pendidikan agama dan moral harus lebih ditekankan di kurikulum sekolah agar dapat membentuk karakter siswa secara komprehensif.
  2. Memperkuat Peran Keluarga sebagai Pendidikan Utama
    Orang tua harus lebih aktif dalam memberikan pendidikan keimanan dan ketakwaan kepada anak-anak sejak dini, sehingga terbentuk kepribadian yang kuat dalam diri mereka.
  3. Pengembangan Program Sosial dan Keagamaan
    Lembaga-lembaga keagamaan perlu mengembangkan program-program sosial yang inklusif dan menarik, terutama bagi generasi muda agar nilai-nilai agama dapat lebih mudah dipahami dan diaplikasikan.

Daftar Pustaka

  • Ahmad, Z. (2021). Pendidikan Agama untuk Pembentukan Karakter Bangsa. Jakarta: Pustaka Nasional.
  • Bakhtiar, M. (2019). Membangun Akhlak Mulia di Era Modern. Yogyakarta: Citra Media.
  • Halim, S. (2020). Globalisasi dan Pengaruhnya terhadap Nilai Moral Masyarakat. Surabaya: Cakrawala Ilmu.
  • Rahman, T. (2018). Peran Lembaga Keagamaan dalam Pembentukan Masyarakat Beriman dan Bertakwa. Bandung: Media Kita.
  • Wahid, A. (2022). Tantangan dan Peluang Pendidikan Agama di Sekolah Formal. Malang: Cahaya Bangsa.

Mind Map

No comments:

Post a Comment

Membangun Masyarakat yang Beriman, Bertakwa, dan Berakhlak Mulia

 Mind Mapping Abstrak Pembangunan masyarakat yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia adalah salah satu tujuan utama dalam menciptakan k...