Mind Mapping
Abstrak
Pembangunan masyarakat yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia adalah salah
satu tujuan utama dalam menciptakan kehidupan yang harmonis dan damai. Artikel
ini membahas bagaimana nilai-nilai keagamaan dan moralitas dapat dijadikan sebagai
fondasi dalam membangun karakter masyarakat yang baik. Pendekatan yang diambil
mencakup pendidikan, lingkungan sosial, serta peran keluarga dan lembaga
keagamaan. Pembentukan masyarakat dengan karakter beriman dan bertakwa diyakini
akan mengurangi tingkat kriminalitas, meningkatkan solidaritas sosial, dan
mewujudkan masyarakat yang bermoral tinggi.
Dimensi
beriman merupakan pengakuan dari lisan tentang kebenaran yang bersifat khusus
serta meyakininya dalam hati lalu diimplementasikan oleh tubuh. Dimensi
Bertakwa kepada Allah SWT adalah sikap dengan mental memelihara diri dari murka
dengan cara melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya.
Dimensi Berakhlak mulia yaitu implementasi dari perbuatan baik dan juga cara
untuk melakukannya tanpa perlu pertimbangan pemikiran. Diharapkan dampak
positif dari penerapan profil pelajar Pancasila dimensi beriman, bertakwa
kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia di SD akan membentuk generasi penerus
bangsa yang memiliki karakter yang kuat, beretika, dan berperan aktif dalam
membangun masyarakat yang harmonis dan sejahtera.
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan nilai-nilai Pancasila
terhadap penumbuhan karakter siswa sekolah dasar yang cerdas, kreatif, dan
berakhlak mulia. Dewasanya permasalahan karakter seringkali terjadi pada anak
usia sekolah, diantaranya akibat pemahaman sikap benar dan salah yang minim dan
kurangnya arahan dari pihak kedua yakni sekolah terkait pendidikan karakter.
Pancasila sebagai ideologi memegang peranan penting dalam membangun karakter
masyarakat Indonesia. Sehingga Pancasila harus bisa dipahami dan ditanamkan
pada diri bangsa melalui nilai-nilai yang terkandung dalam setiap butir
Pancasila. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi
literatur. Sumber data penelitian diambil dari jurnal ilmiah,buku elektronik
beserta sumber lain.
Masyarakat
global didefinisikan sebagai masyarakat dengan pemikiran terbuka secara
universal, tanpa terbatas secara teritorial, serta peduli dengan isu-isu negara
lain. Penelitian ini dimaksudkan untuk memahami bagaimana peran profil pelajar
pancasila dalam upaya membentuk karakteristik global citizenship atau
masyarakat global. Dalam prosesnya penelitian ini berpedoman berdasarkan
pendekatan kualitatif, adapun lebih spesifik melalui metode deskriptif
kualitatif. Berdasarkan penelitian ini diketahui hasil yang menjelaskan bahwa
profil pelajar pancasila menjadi peluang dalam upaya menguatkan nilai-nilai
karakter pancasila, yang digagaskan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset
dan Teknologi melalui kurikulum merdeka sebagai bentuk transformasi Pendidikan
abad-21. maka dengan ini melalui profil pelajar pancasila dapat diupayakan
untuk membentuk siswa sebagai bagian dari masyarakat global.
Kata Kunci
Keimanan, Ketakwaan, Akhlak Mulia, Pembangunan Masyarakat, Nilai Moral
Pendahuluan
Masyarakat yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia adalah masyarakat yang
diidamkan oleh banyak negara, khususnya dalam lingkungan yang menjunjung tinggi
nilai agama dan moral. Dalam berbagai agama, keimanan dan ketakwaan merupakan
pilar utama untuk mencapai kebahagiaan dan ketenangan hidup. Namun, dalam
konteks masyarakat modern yang terus berkembang, nilai-nilai tersebut
seringkali terkikis oleh globalisasi, modernisasi, dan berbagai pengaruh budaya
luar. Untuk itu, perlu adanya usaha serius dalam menanamkan nilai-nilai agama
dan moral dalam setiap sendi kehidupan masyarakat, baik melalui pendidikan
formal maupun non-formal.
Pancasila
secara normatif bisa dijadikan untuk suatu dasar atau pedoman atas tindakan
baik, dan secara filosofis bisa dijadikan pandangan kajian atas nilai dan norma
yang berkembang dalam masyarakat (Sugiarti, Nugroho, Ruhban, & Nasir, 2020:
171). Pancasila adalah dasar negara yang berasal dari kata panca dan sila yang
berarti lima dan dasar atau aturan bagi bangsa Indonesia khusunya masyarakat
Indonesia agar berperilaku atau bertingkah laku baik.
Profil
Pelajar Pancasila yang mengacu pada nilai-nilai Pancasila, memiliki muatan enam
dimensi secara utuh dan menyeluruh. Salah satu muatan dimensi Profil Pelajar
Pancasila yaitu Beriman, Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak
mulia. Iman merupakan pengakuan dari lisan tentang kebenaran yang bersifat
khusus serta meyakininya dalam hati lalu diimplementasikan oleh tubuh. Iman
tidak lepas dari yang namanya bertakwa kepada Allah SWT. Bertakwa kepada Allah
SWT adalah sikap dengan mental memelihara diri dari murka dan siksa Allah SWT
dengan cara melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya
yang sesuai dengan aturan agama dan syari’at yang ditetapkan oleh Allah SWT.
Setelah mempelajari tentang iman dan takwa, hendaknya individu tersebut
mengamalkan apa yang sudah dipelajari. Contoh tingkah laku perbuatan dari iman
dan takwa salah satunya yaitu berakhlak mulia. Berakhlak mulia yaitu ilmu yang
menjelaskan tentang perbuatan baik dan juga cara untuk melakukannya tanpa perlu
pertimbangan pemikiran
Nilai-nilai
Pancasila sendiri terbentuk dari kepribadian masyarakat Indonesia, dalam setiap
butir Pancasila mengandung makna yang mewakili setiap aspek,golongan, dan adat
istiadat setiap bangsanya. Sehingga dalam konteks pembentukan karakter ini,
Pancasila sebagai pedoman dan sumber utama dalam pembangunan bangsa harus
mendapatkan perhatian secara serius mengingat Pancasila adalah cerminan diri
bangsa sehingga sudah sepatutnya warga Indonesia menerapkan nilai Pancasila
dalam kehidupan, salah satu jalan utamanya yakni melalui dunia pendidikan.
Pendidikan
mempunyai peran penting dalam mencerdaskan anak bangsa, kecerdasan yang
dimaksud adalah kecerdasan yang tidak hanya berpaku pada kecerdasan intelektual
melainkan kecerdasan yang menyeluruh yang mampu mengembangkan potensi yang ada
dalam dirinya. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan nasional di
Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Selain itu
dalam rumusan tujuan pendidikan nasional tercakup pula karakter berakhlak mulia
sebagai bukti bahwa Indonesia mengharapkan jati diri bangsanya untuk dapat
berprilaku baik sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
Karakter
cerdas merupakan sebuah landasan berpikir bagi manusia untuk dapat menjalani
kehidupannya secara baik, harmonis, sejahtera yang tidak hanya bermanfaat bagi
dirinya melainkan juga untuk orang lain. Namun realita yang terjadi saat ini,
bangsa Indonesia mengalami krisis akhlak akibat minimnya cara berpikir yang
cerdas, salah satunya di lingkungan sekolah. Permasalahan yang seringkali
terjadi di lingkungan sekolah seperti perlakuan kekerasan antara siswa dengan
siswa lain (bullying), bolos sekolah, adanya pergaulan bebas, ketidakjujuran
yang membudaya, menurunnya rasa hormat kepada orang tua, guru dan hal lainnya.
Permasalahan
Permasalahan utama yang dihadapi dalam membangun masyarakat yang beriman,
bertakwa, dan berakhlak mulia meliputi:
- Pengaruh
globalisasi yang dapat merusak norma-norma dan nilai tradisional
masyarakat.
- Kurangnya
pendidikan moral dan agama yang kuat sejak usia dini.
- Minimnya
teladan dari berbagai pihak yang seharusnya menjadi panutan, seperti
pemimpin, orang tua, dan tokoh masyarakat.
- Adanya
kesenjangan sosial yang membuat sebagian masyarakat kurang terfasilitasi
dalam mendapatkan pendidikan agama dan moral yang memadai.
- Budaya
konsumerisme yang cenderung mendorong perilaku individualistik dan
mengesampingkan kepedulian sosial.
Pembahasan
- Pendidikan
Agama sebagai Fondasi Utama
Pendidikan agama harus ditekankan sejak usia dini, baik di lingkungan keluarga maupun di sekolah. Pendidikan ini tidak hanya terbatas pada aspek ritual, tetapi juga mencakup nilai-nilai kehidupan yang sesuai dengan ajaran agama. Pendidikan karakter berbasis agama akan membantu membentuk pribadi yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia. - Peran
Keluarga dalam Pembentukan Moral
Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama bagi seseorang dalam belajar dan memahami nilai-nilai keagamaan dan moral. Orang tua yang berperan sebagai teladan sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter anak. Interaksi di dalam keluarga yang dipenuhi nilai keimanan dan ketakwaan akan menciptakan individu yang berakhlak mulia. - Peran
Lembaga Sosial dan Keagamaan
Lembaga-lembaga sosial dan keagamaan berperan penting dalam menjaga stabilitas moral di masyarakat. Program-program keagamaan yang bersifat inklusif dapat membantu masyarakat mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, penguatan kelembagaan ini juga penting agar mereka dapat menjalankan fungsi pembinaan dan pengawasan sosial secara efektif. - Lingkungan
dan Pengaruh Budaya Populer
Lingkungan sosial yang baik akan membantu individu untuk berperilaku sesuai dengan norma agama dan nilai moral. Media massa juga berperan besar dalam mempengaruhi masyarakat. Oleh karena itu, perlu adanya pengawasan terhadap konten media serta promosi budaya positif yang sejalan dengan norma agama.
Pendidikan
karakter menjadi hal yang sangat kompleks dalam mewujudkan kualitas bangsa, hal
ini berkaitan dengan krisis akhlak yang marak terjadi belakangan ini. Dengan
menurunnya kualitas moral dan akhlak terutama di kalangan siswa, sekolah
menjadi tempat yang tepat untuk diselenggarakannya pendidikan karakter. Sekolah
dituntut untuk mampu menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai yang baik untuk
membentuk karakter siswa. Karena pendidikan tidak hanya berfungsi sebagai
tempat mengembangkan kemampuan secara intelektual melainkan juga berfungsi
untuk membentuk watak, membentuk karakter dan pribadi peserta didik. Berkenaan
dengan hal tersebut karakter manusia pada dasarnya akan berkembang seiring
tahapan usia perkembangannya,karakter dapat dipengaruhi oleh berbagai aspek
lingkungan mulai dari lingkungan keluarga,masyarakat,hingga lingkungan tempat
anak menimba ilmu setiap harinya yakni sekolah. Dengan mengetahuinya karakter
dapat berkembang, maka diperlukannya arahan dan bimbingan dari setiap komponen
yang terlibat dengan peserta didik, salah satunya sekolah.
Kurikulum
menurut Kamiludin dan Suryaman (2017: 59) dalam (Hartoyo & Rahmadayanti,
2022) menegaskan bahwa kurikulum kurikulum adalah rangkaian sistem program
pendidikan yang dirancang dan dijalankan dengan tujuan memperoleh sasaran
pendidikan. Dalam kurikulum memiliki elemen-elemen dimana saling terhubung
serta saling mendukung. Hal tersebut memiliki tujuan sebagai upaya dalam
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, kurikulum harus terus mengalami
perkembangan mengikuti perubahan zaman. Sebab sejatinya dijelaskan bahwa
menurut Plate (2012) dalam (Anggaena et al., 2021) Salah satu alasan kegagalan
sistem pendidikan adalah penggunaan kurikulum yang tidak dapat menyesuaikan
perkembangan zaman. Oleh karena itu, penting untuk secara terus-menerus mengevaluasi
kurikulum dan mengadaptasikannya dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan persyaratan yang ditetapkan oleh pasar. Maka dari itu, sebagai bentuk
transformasi pendidikan Nadiem Makarim Menteri Pendidikan Indonesia Pada
tanggal 10 Desember 2019, terjadi perubahan dan pengesahan Kurikulum Merdeka
Belajar sebagai bentuk perbaikan dari kurikulum 2013 dengan memberikan
kebebasan merdeka belajar sebagai wujud implementasi pembelajaran abad-21.
Dijelaskan dalam (Kemendikbud, 2021) kurikulum merdeka belajar memiliki tiga
karakteristik utama yaitu; (1) Pengembangan soft skills dan karakter melalui
projek profil penguatan Pancasila; (2) Fokus pada materi esensial, relevan dan
mendalam sehingga memiliki waktu yang cukup untuk mengembangkan kreativitas serta
inovasi peserta didik dalam mencapai kompetensi dasar yang diantaranya
kompetensi literasi dan numerasi; (3) Pembelajaran yang fleksibel dimana guru
memiliki keleluasaan untuk melakukan pembelajaran yang sesuai dengan tahap
capaian dan perkembangan masing-masing peserta didik, serta guru dapat
melakukan penyesuaian konteks pembelajaran dan muatan lokal.
Kesimpulan
Membangun masyarakat yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia memerlukan
kolaborasi dari berbagai pihak, termasuk keluarga, lembaga pendidikan, dan
pemerintah. Dengan menanamkan nilai-nilai agama sejak dini serta memberikan
teladan yang baik, diharapkan masyarakat dapat terbentuk menjadi pribadi yang
lebih bertanggung jawab, peduli terhadap sesama, dan memiliki integritas moral
yang kuat.
Berdasarkan
hasil penelitian dan kajian dari berbagai sumber pustaka dapat diketahui bahwa
karakter cerdas, kreatif, dan berakhlak mulia dapat dilakukan melalui
pendidikan karakter yang bersumber dari nilai Pancasila. Upaya pembangunan
karakter tersebut dapat dilakukan melalui proses pendidikan. Dalam pendidikan,
nilai-nilai Pancasila dapat diintegrasikan dengan mata pelajaran yang ada di
sekolah melalui pembiasaan yang dapat diterapkan guru di kegiatan
pembelajarannya. Karena pada siswa sekolah dasar Pancasila merupakan fondasi
awal dalam membangun karakter pribadinya yang cerdas, kreatif dan berakhlak
mulia. Maka dari itu Pancasila sebagai kaidah dan falsafah bangsa dalam
kehidupan rakyat Indonesia harus diterapkan nilai-nilainya, karena Pancasila
berperan sebagai pegangan dasar bagi masyarakat Indonesia dalam menjalani
kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga merupakan kewajiban bagi warga
Indonesia untuk dapat mempelajari Pancasila melalui pendidikan yang menerapkan
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila mulai dari sila satu hingga sila
kelima.
Mengembangkan
karakteristik peserta didik sebagai global citizenship di era digitalisasi
menjadi suatu kunci bagi masa depan individu untuk dapat berkolaborasi menjadi bagian
masyarakat global dalam menciptakan perubahan positif secara keseluruhan untuk
masa depan yang lebih baik. Profil pelajar pancasila hadir untuk memperkokoh
karakter peserta didik dalam rangka meningkatkan kemampuan peserta didik
sebagai bagian dari masyarakat dunia yang aktif. Artinya dalam hal ini, untuk
membentuk karakteristik warga dunia atau masyarakat global dapat diupayakan
melalui profil pelajar pancasila berdasarkan dimensi atau komponen karakter (1)
beriman, bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, (2) berkebinekaan
global, (3) bergotong royong, (4) mandiri, (5) bernalar kritis, dan (6)
kreatif. Selain itu, dimensi berkebinekan global menjadi salah satu karakter
dalam profil pelajar Pancasila yang dapat memperkuat konsep masyarakat global.
Saran
- Meningkatkan
Pendidikan Agama dan Moral di Sekolah
Pendidikan agama dan moral harus lebih ditekankan di kurikulum sekolah agar dapat membentuk karakter siswa secara komprehensif. - Memperkuat
Peran Keluarga sebagai Pendidikan Utama
Orang tua harus lebih aktif dalam memberikan pendidikan keimanan dan ketakwaan kepada anak-anak sejak dini, sehingga terbentuk kepribadian yang kuat dalam diri mereka. - Pengembangan
Program Sosial dan Keagamaan
Lembaga-lembaga keagamaan perlu mengembangkan program-program sosial yang inklusif dan menarik, terutama bagi generasi muda agar nilai-nilai agama dapat lebih mudah dipahami dan diaplikasikan.
Daftar Pustaka
- Ahmad,
Z. (2021). Pendidikan Agama untuk Pembentukan Karakter Bangsa.
Jakarta: Pustaka Nasional.
- Bakhtiar,
M. (2019). Membangun Akhlak Mulia di Era Modern. Yogyakarta: Citra
Media.
- Halim,
S. (2020). Globalisasi dan Pengaruhnya terhadap Nilai Moral Masyarakat.
Surabaya: Cakrawala Ilmu.
- Rahman,
T. (2018). Peran Lembaga Keagamaan dalam Pembentukan Masyarakat Beriman
dan Bertakwa. Bandung: Media Kita.
- Wahid,
A. (2022). Tantangan dan Peluang Pendidikan Agama di Sekolah Formal.
Malang: Cahaya Bangsa.
Mind Map
No comments:
Post a Comment