Mind Map
Abstrak
Tulisan ini membahas tentang Insersi Nilai Gotong Royong
Melalui Profil Pelajar Pancasila. Jenis penelitian yang dilakukan ini merupakan
penelitian kepustakaan (library research) yang bersifat analisis. Penelitian
kepustakaan yaitu peneliti berusaha untuk mengumpulkan dan menyusun data,
kemudian terdapat analisa dan interpretasi atau pengisian terhadap data
tersebut. Pembahasan ini merupakan pembahasan naskah, pengumpulan datanya
diperoleh melalui sumber literatur, yaitu melalui penelitian kepustakaan. Hasil
dari penelitian ini adalah melalui profil Pelajar Pancasila, dapat
menginsersikan nilai-nilai gotong royong seperti kerjasama, hidup berdampingan,
membantu sesama, tanggung jawab social, solidaritas, menjaga lingkungan. Profil
Pelajar Pancasila bertujuan untuk memperkuat dan menerapkan nilai-nilai gotong
royong dalam kehidupan sehari-hari. Melalui penerapan nilai-nilai ini,
diharapkan Pelajar Pancasila dapat menjadi generasi yang peduli, bertanggung
jawab, dan berkontribusi positif terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar.
Gotong royong merupakan salah satu nilai inti dalam
Pancasila yang mencerminkan budaya bangsa Indonesia. Pendidikan karakter
berbasis Pancasila menjadi fondasi dalam membangun generasi yang memiliki
kepribadian unggul, nasionalisme, dan rasa kepedulian terhadap sesama. Artikel
ini membahas peran pendidikan dalam menguatkan nilai gotong royong sebagai
bagian dari implementasi Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
menanamkan nilai-nilai gotong royong sejak dini, generasi muda diharapkan mampu
menjadikan nilai ini sebagai landasan dalam bertindak, baik di lingkungan
sekolah, keluarga, maupun masyarakat.
Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk memperkenalkan
konsep pendidikan karakter dan implementasinya di sekolah. Metode yang
digunakan dalam penulisan artikel ini adalah metode studi literature atau
kajian pustaka. Hasil studi, pendidikan karakter pada intinya bertujuan
membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral,
bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis,
berorentasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan
takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Pendidikan karakter
berfungsi (1) mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik
dan berperilaku baik (2) memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang
multikultur, (3) meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan
dunia. Simpulan, upaya pendidikan karakter dilakukan pada anak sejak dini
melalui berbagai media yang mencakup keluarga, satuan pendidikan masyarakat
sipil, masyarakat pemerintah, dunia usaha dan media massa.
Kata Kunci: gotong royong, pendidikan karakter, Pancasila, generasi
muda, nilai kebangsaan
Pendahuluan
Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa
Indonesia mengandung nilai-nilai luhur yang menjadi pedoman dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Salah satu nilai penting yang terkandung dalam sila
ketiga adalah gotong royong, yang mencerminkan semangat persatuan dan
kebersamaan. Namun, perkembangan zaman yang diwarnai oleh individualisme dan
globalisasi mulai mengikis nilai gotong royong dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu, peran pendidikan menjadi sangat krusial untuk menghidupkan kembali
nilai-nilai tersebut melalui pendekatan pendidikan karakter berbasis Pancasila.
Peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia selalu
dilakukan oleh pemerintah demi mencapai tujuan pendidikan yang telah
diamanatkan pada Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Berbagai program terus direalisasikan oleh pemerintah agar dapat
mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan, seperti penyempurnaan orientasi
pendidikan merdeka belajar, kurikulum merdeka dan penguatan profil pelajar
Pancasila. Bentuk-bentuk peningkatan kualitas pendidikan tersebut diharapkan
mampu membentuk karakter peserta didik Indonesia yang lebih baik kedepannya,
Snyder et al., (2012). Tentunya peningkatan karakter juga diimbangi dengan
penerapan strategi pembelajaran yang mempu mengembangkan nilai-nilai dari
profil pelajar Pancasila.
Salah satu usaha perbaikan kualitas pendidikan adalah
munculnya gagasan mengenai pentingnya pendidikan karakter dalam dunia
pendidikan di Indonesia. Pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik
anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan pengaruh positif
kepada lingkungannya (Asnani, Mislia, n.d.).
Namun, pencanangan ini dinilai kurang berhasil dalam
mengantarkan generasi bangsa menjadi pribadi-pribadi yang bermartabat. Dunia
pendidikan Indonesia hanya mampu melahirkan lulusan manusia dengan tingkat
intelektualitas yang memadai. Banyak dari lulusan sekolah yang memiliki nilai
tinggi, cerdas, brilian, serta mampu menyelesaikan soal mata pelajaran dengan
sangat cepat, tetapi sayangnya tidak sedikit mereka tidak memiliki perilaku
cerdas serta kurang mempunyai mental kepribadian yang baik. Padahal tujuan
pendidikan adalah menjadikan manusia berkarakter, manusia yang mulia, manusia
yang manusiawi.
Terdapat beberapa alasan mendasar yang melatari pentingnya
pembangunan karakter bangsa, baik secara filosofis, ideologis, normatif, maupun
sosiokultural. Secara filosofis, pembangunan karakter bangsa merupakan suatu
kebutuhan asasi dalam proses berbangsa dikarenakan hanya bangsa yang memiliki
karakter dan jati diri yang kuat yang akan survive sebagai suatu bangsa. Secara
ideologis, pembangunan karakter merupakan upaya mengejawantahkan ideologi
Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Adapun secara normatif,
pembangunan karakter bangsa merupakan wujud nyata langkah mencapai tujuan
bangsa yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, ikut
melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial. Secara historis, pembangunan karakter bangsa merupakan sebuah
dinamika inti proses kebangsaan yang terjadi tanpa henti dalam kurung sejarah,
baik pada zaman penjajahan maupun di zaman kemerdekaan. Sedangkan secara
kultural, pembangunan karakter bangsa merupakan suatu keharusan dari suatu
bangsa yang multicultural (Ariandy, 2019).
Pelajar Indonesia memiliki kemampuan gotong-royong, yaitu
kemampuan untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan sukarela agar
kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan lancar, mudah, dan ringan. Kemampuan
itu didasari oleh di antaranya sifat adil, hormat kepada sesama manusia, bisa
diandalkan, bertanggung jawab, peduli, welas asih, murah hati. Kemampuan ini
juga didasari oleh asas demokrasi Pancasila. Kemampuan gotong royong pada
Pelajar Indonesia membuatnya berkolaborasi dengan pelajar lainnya untuk memikirkan
dan secara proaktif mengupayakan pencapaian kesejahteraan dan kebahagiaan
orang-orang yang ada dalam masyarakatnya. Ia juga menyadari bahwa keberhasilan
dirinya tidak dapat dicapai tanpa peran orang lain. Kemampuan gotong royong
Pelajar Indonesia menunjukkan bahwa ia peduli terhadap lingkungannya dan ingin
berbagi dengan anggota komunitasnya untuk saling meringankan beban dan
menghasilkan mutu kehidupan yang lebih baik. Kemampuan bergotong royong membuat
pelajar Indonesia mampu menjadi warga negara yang demokratis, terlibat aktif di
masyarakat dalam memajukan demokrasi bangsa.
Permasalahan
- Menurunnya Praktik Gotong Royong
Budaya gotong royong semakin tergerus oleh pola hidup individualis, terutama di perkotaan. Hal ini dapat dilihat dari minimnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan sosial. - Pendidikan Kurang Menekankan Nilai Sosial
Sistem pendidikan sering kali lebih berorientasi pada pencapaian akademik, sementara pendidikan karakter, termasuk gotong royong, kurang mendapat perhatian. - Minimnya Teladan di Lingkungan Masyarakat
Generasi muda sulit menemukan contoh nyata praktik gotong royong di lingkungannya, baik di keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
Pembahasan
- Pancasila sebagai Landasan Pendidikan
Karakter
Nilai-nilai Pancasila, terutama gotong royong, harus diintegrasikan dalam kurikulum pendidikan. Misalnya, melalui pembelajaran berbasis proyek yang melibatkan kerja sama antarsiswa untuk menyelesaikan suatu masalah. - Strategi Menghidupkan Kembali Nilai Gotong
Royong
- Melalui Kegiatan Sekolah: Kegiatan seperti kerja bakti, lomba
kelompok, dan proyek sosial dapat menjadi media pembelajaran gotong
royong.
- Melibatkan Orang Tua dan Masyarakat: Kolaborasi antara sekolah, orang tua,
dan masyarakat dalam berbagai kegiatan seperti kampanye lingkungan atau
bakti sosial akan memberikan pengalaman nyata kepada siswa.
- Penggunaan Media Digital: Media digital dapat dimanfaatkan untuk
menyebarluaskan cerita, video, atau konten edukatif yang menggambarkan
pentingnya gotong royong.
- Membangun Lingkungan yang Mendukung
Pemerintah, sekolah, dan masyarakat perlu menciptakan lingkungan yang kondusif untuk menumbuhkan nilai gotong royong, seperti menciptakan ruang-ruang diskusi, kegiatan komunitas, atau festival kebudayaan yang melibatkan banyak pihak.
Pertama kali kegiatan pelatihan ini dilakukan dengan
memberikan pemahaman terkait penguatan pendidikan karakter melalui profil
pelajar Pancasila oleh Drs. Syahril, M.Pd., Ph.D. Pemberian materi semakin
menarik ketika para peserta mengetahui bagaimana penguatan pendidikan karakter
melalui profil pelajar pancasila. Bahkan disini mereka sangat terkesan dengan
sintaks dari kegiatan penguatan pendidikan karakter melalui profil pelajar
pancasila yaitu: 1) mendesain projek, 2) mengelolah project, 3) mendokumentasikan
dan melaporkan hasil projek, 4) mengevaluasi dan tindak lanjut project.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter adalah
sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari
yang lain. Dengan demikian, orang yang berkarakter adalah orang yang memiliki
karakter, mempunyai kepribadian atau berwatak.
Secara harfiah, karakter artinya kualitas mental atau
moral, kekuatan moral, nama atau reputasi. Dalam kamus psikologi, karakter
adalah kepribadian yang ditinjau dari titik tolak etis dan moral (Depdiknas,
1996). Pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi dari pendidikan moral
karena pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan masalah benar-salah,
tetapi bagaimana menanamkan kebiasaan tentang hal-hal yang baik dalam
kehidupan, sehingga anak/siswa memiliki kesadaran untuk menerapkan kebajikan dalam
kehidupan sehari-hari. Adapun beberapa terminology yang memaknai karakter
sebagai berikut : 1) Samsuri menyatakan bahwa terminology karakter sedikitnya
memuat dua hal :values (nilai-nilai) dan kepribadian. Suatu karakter merupakan
cerminan dari nilai apa yang melekat dalam entitas. Sebagai aspek kepribadian,
karakter merupakan cerminan dari kepribadian secara utuh dari seseorang :
mentalitas, sikap dan perilaku, 2) Suyanto menyatakan bahwa karakter adalah
cara berpikir dan berprilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup
dan bekerja sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan
Negara, 3) Syaiful Anam menukil beberapa pendapat pakar tentang makna karakter
:menurut Simon Philips, karakter adalah kumpulan taat nilai yang menuju pada
system yang melandasi pemikiran, sikap dan perilaku yang ditampilkan. Sedangkan
Doni Koesoema A Memahami bahwa karakter sama dengan kepribadian.
Kesimpulan
Gotong royong adalah nilai fundamental dalam kehidupan
bermasyarakat yang sejalan dengan Pancasila. Pendidikan karakter berbasis
Pancasila memiliki peran strategis dalam menguatkan kembali nilai ini di tengah
masyarakat. Dengan pendekatan yang holistik, nilai gotong royong dapat
ditanamkan pada generasi muda, sehingga mereka mampu menjadi individu yang
peduli, berbagi, dan berkontribusi positif bagi masyarakat.
Pendidikan merupakan salah satu strategi dasar dari
pembangunan karakter bangsa yang dalam pelaksanaan harus dilakukan secara
koheren dengan beberapa strategi lain. Strategi tersebut mencakup, yaitu
sosialisasi/ penyadaran, pemberdayaan, pembudayaan dan kerjasama seluruh
komponen. Pembangunan karakter dilakukan dengan pendekatan sistematik dan
integratif dengan melibatkan keluarga, satuan pendidikan, pemerintah,
masyarakat sipil, anggota legislatif, media massa, dunia usaha, dan dunia
industri. Sehingga satuan pendidikan adalah komponen penting dalam pembangunan
karakter yang berjalan secara sistem,atik dan integratif bersama dengan
komponen lainnya.
Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa
yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong
royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorentasi ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan Pancasila.
Pendidikan karakter berfungsi (1) mengembangkan potensi
dasar agar berhenti baik, berpikiran baik dan berperilaku baik (20 memperkuat
dan membangun perilaku bangsa yang multikultur, (30 meningkatkan peradaban
bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia. Pendidikan karakter dilakukan
melalui berbagai media yang mencakup keluarga, satuan pendidikan masyarakat
sipil, masyarakat pemerintah, dunia usaha dan media massa.
Gotong royong merupakan salah satu nilai yang sangat
dihargai dalam budaya Indonesia, termasuk di dalamnya Pelajar Pancasila. Dalam
gotong royong, peserta didik saling bekerja sama dan berkontribusi untuk
mencapai tujuan bersama. Peserta didik dibagi tugas dan tanggung jawab, saling
membantu, dan saling mendukung dalam melaksanakan suatu kegiatan. Semangat
gotong royong ini terlihat dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, baik di
lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat luas. melalui profil Pelajar
Pancasila, dapat menginsersikan nilai-nilai gotong royong seperti kerjasama,
hidup berdampingan, membantu sesama, tanggung jawab sosial, solidaritas,
menjaga lingkungan. Profil Pelajar Pancasila bertujuan untuk memperkuat dan
menerapkan nilai-nilai gotong royong dalam kehidupan sehari-hari. Melalui
penerapan nilai-nilai ini, diharapkan Pelajar Pancasila dapat menjadi generasi
yang peduli.
Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dalam Kurikulum
Merdeka memiliki dampak positif dalam membentuk karakter generasi muda
Indonesia. Meskipun terdapat beberapa problematika dalam implementasi proyek
penguatan profil pelajar Pancasila dalam Kurikulum Merdeka, upaya dan inisiatif
yang tepat dapat mengatasi kendala tersebut. Dengan mengadopsi praktik-praktik
sukses dari sejumlah sekolah, diharapkan proyek ini dapat mencapai tujuan
utamanya, yaitu membentuk generasi pelajar yang memiliki nilai-nilai Pancasila
sebagai dasar karakter dan identitas bangsa.
Saran
- Pemerintah perlu mendukung program-program
pendidikan yang mengintegrasikan nilai Pancasila, termasuk gotong royong,
dalam kurikulum.
- Sekolah perlu melibatkan berbagai pihak,
termasuk orang tua dan komunitas lokal, dalam kegiatan pembelajaran
berbasis gotong royong.
- Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk
mengevaluasi efektivitas metode pengajaran nilai-nilai Pancasila dalam
membangun karakter siswa.
Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa tujuan penguatan
pendidikan karakter dalam mewujudkan Pelajar Pancasila pada dasarnya adalah
mendorong lahirnya manusia yang baik, yang memiliki enam ciri utama, yaitu
bernalar kritis, kreatif, mandiri, beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, bergotong royong, dan berkebinekaan global. Harapannya
adalah agar peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan, menggunakan
pengetahuannya, mengkaji, dan meninternalisasi serta memersonalisasi nilai
nilai karakter dan akhlak mulia yang dapat diwujudkan dalam perilaku
sehari-hari.
Daftar Pustaka
- Kemendikbud. (2019). Pendidikan
Karakter Berbasis Pancasila. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
- Soekarno. (1945). Pidato Lahirnya
Pancasila. Jakarta: Arsip Nasional Republik Indonesia.
- Suyatno, W. (2020). “Implementasi Nilai
Gotong Royong dalam Pendidikan.” Jurnal Pendidikan Karakter, 12(2),
134-146.
- Tilaar, H.A.R. (2009). Pendidikan dan
Tantangan Globalisasi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
- UNESCO. (2015). Education for
Sustainable Development Goals. Paris: UNESCO Publishing.
- https://jurnal.iicet.org/index.php/jrti/article/view/2075
Mind Map
No comments:
Post a Comment