Tuesday, November 19, 2024

Menguatkan Nilai Gotong Royong dalam Pendidikan Karakter Berbasis Pancasila

Mind Map



Abstrak

Tulisan ini membahas tentang Insersi Nilai Gotong Royong Melalui Profil Pelajar Pancasila. Jenis penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) yang bersifat analisis. Penelitian kepustakaan yaitu peneliti berusaha untuk mengumpulkan dan menyusun data, kemudian terdapat analisa dan interpretasi atau pengisian terhadap data tersebut. Pembahasan ini merupakan pembahasan naskah, pengumpulan datanya diperoleh melalui sumber literatur, yaitu melalui penelitian kepustakaan. Hasil dari penelitian ini adalah melalui profil Pelajar Pancasila, dapat menginsersikan nilai-nilai gotong royong seperti kerjasama, hidup berdampingan, membantu sesama, tanggung jawab social, solidaritas, menjaga lingkungan. Profil Pelajar Pancasila bertujuan untuk memperkuat dan menerapkan nilai-nilai gotong royong dalam kehidupan sehari-hari. Melalui penerapan nilai-nilai ini, diharapkan Pelajar Pancasila dapat menjadi generasi yang peduli, bertanggung jawab, dan berkontribusi positif terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar.

Gotong royong merupakan salah satu nilai inti dalam Pancasila yang mencerminkan budaya bangsa Indonesia. Pendidikan karakter berbasis Pancasila menjadi fondasi dalam membangun generasi yang memiliki kepribadian unggul, nasionalisme, dan rasa kepedulian terhadap sesama. Artikel ini membahas peran pendidikan dalam menguatkan nilai gotong royong sebagai bagian dari implementasi Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menanamkan nilai-nilai gotong royong sejak dini, generasi muda diharapkan mampu menjadikan nilai ini sebagai landasan dalam bertindak, baik di lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat.

Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk memperkenalkan konsep pendidikan karakter dan implementasinya di sekolah. Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah metode studi literature atau kajian pustaka. Hasil studi, pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorentasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Pendidikan karakter berfungsi (1) mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik dan berperilaku baik (2) memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur, (3) meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia. Simpulan, upaya pendidikan karakter dilakukan pada anak sejak dini melalui berbagai media yang mencakup keluarga, satuan pendidikan masyarakat sipil, masyarakat pemerintah, dunia usaha dan media massa.

Kata Kunci: gotong royong, pendidikan karakter, Pancasila, generasi muda, nilai kebangsaan

Pendahuluan

Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia mengandung nilai-nilai luhur yang menjadi pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Salah satu nilai penting yang terkandung dalam sila ketiga adalah gotong royong, yang mencerminkan semangat persatuan dan kebersamaan. Namun, perkembangan zaman yang diwarnai oleh individualisme dan globalisasi mulai mengikis nilai gotong royong dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, peran pendidikan menjadi sangat krusial untuk menghidupkan kembali nilai-nilai tersebut melalui pendekatan pendidikan karakter berbasis Pancasila.

Peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia selalu dilakukan oleh pemerintah demi mencapai tujuan pendidikan yang telah diamanatkan pada Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Berbagai program terus direalisasikan oleh pemerintah agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan, seperti penyempurnaan orientasi pendidikan merdeka belajar, kurikulum merdeka dan penguatan profil pelajar Pancasila. Bentuk-bentuk peningkatan kualitas pendidikan tersebut diharapkan mampu membentuk karakter peserta didik Indonesia yang lebih baik kedepannya, Snyder et al., (2012). Tentunya peningkatan karakter juga diimbangi dengan penerapan strategi pembelajaran yang mempu mengembangkan nilai-nilai dari profil pelajar Pancasila.

Salah satu usaha perbaikan kualitas pendidikan adalah munculnya gagasan mengenai pentingnya pendidikan karakter dalam dunia pendidikan di Indonesia. Pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan pengaruh positif kepada lingkungannya (Asnani, Mislia, n.d.).

Namun, pencanangan ini dinilai kurang berhasil dalam mengantarkan generasi bangsa menjadi pribadi-pribadi yang bermartabat. Dunia pendidikan Indonesia hanya mampu melahirkan lulusan manusia dengan tingkat intelektualitas yang memadai. Banyak dari lulusan sekolah yang memiliki nilai tinggi, cerdas, brilian, serta mampu menyelesaikan soal mata pelajaran dengan sangat cepat, tetapi sayangnya tidak sedikit mereka tidak memiliki perilaku cerdas serta kurang mempunyai mental kepribadian yang baik. Padahal tujuan pendidikan adalah menjadikan manusia berkarakter, manusia yang mulia, manusia yang manusiawi.

Terdapat beberapa alasan mendasar yang melatari pentingnya pembangunan karakter bangsa, baik secara filosofis, ideologis, normatif, maupun sosiokultural. Secara filosofis, pembangunan karakter bangsa merupakan suatu kebutuhan asasi dalam proses berbangsa dikarenakan hanya bangsa yang memiliki karakter dan jati diri yang kuat yang akan survive sebagai suatu bangsa. Secara ideologis, pembangunan karakter merupakan upaya mengejawantahkan ideologi Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Adapun secara normatif, pembangunan karakter bangsa merupakan wujud nyata langkah mencapai tujuan bangsa yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Secara historis, pembangunan karakter bangsa merupakan sebuah dinamika inti proses kebangsaan yang terjadi tanpa henti dalam kurung sejarah, baik pada zaman penjajahan maupun di zaman kemerdekaan. Sedangkan secara kultural, pembangunan karakter bangsa merupakan suatu keharusan dari suatu bangsa yang multicultural (Ariandy, 2019).

Pelajar Indonesia memiliki kemampuan gotong-royong, yaitu kemampuan untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan sukarela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan lancar, mudah, dan ringan. Kemampuan itu didasari oleh di antaranya sifat adil, hormat kepada sesama manusia, bisa diandalkan, bertanggung jawab, peduli, welas asih, murah hati. Kemampuan ini juga didasari oleh asas demokrasi Pancasila. Kemampuan gotong royong pada Pelajar Indonesia membuatnya berkolaborasi dengan pelajar lainnya untuk memikirkan dan secara proaktif mengupayakan pencapaian kesejahteraan dan kebahagiaan orang-orang yang ada dalam masyarakatnya. Ia juga menyadari bahwa keberhasilan dirinya tidak dapat dicapai tanpa peran orang lain. Kemampuan gotong royong Pelajar Indonesia menunjukkan bahwa ia peduli terhadap lingkungannya dan ingin berbagi dengan anggota komunitasnya untuk saling meringankan beban dan menghasilkan mutu kehidupan yang lebih baik. Kemampuan bergotong royong membuat pelajar Indonesia mampu menjadi warga negara yang demokratis, terlibat aktif di masyarakat dalam memajukan demokrasi bangsa.

Permasalahan

  1. Menurunnya Praktik Gotong Royong
    Budaya gotong royong semakin tergerus oleh pola hidup individualis, terutama di perkotaan. Hal ini dapat dilihat dari minimnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan sosial.
  2. Pendidikan Kurang Menekankan Nilai Sosial
    Sistem pendidikan sering kali lebih berorientasi pada pencapaian akademik, sementara pendidikan karakter, termasuk gotong royong, kurang mendapat perhatian.
  3. Minimnya Teladan di Lingkungan Masyarakat
    Generasi muda sulit menemukan contoh nyata praktik gotong royong di lingkungannya, baik di keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

Pembahasan

  1. Pancasila sebagai Landasan Pendidikan Karakter
    Nilai-nilai Pancasila, terutama gotong royong, harus diintegrasikan dalam kurikulum pendidikan. Misalnya, melalui pembelajaran berbasis proyek yang melibatkan kerja sama antarsiswa untuk menyelesaikan suatu masalah.
  2. Strategi Menghidupkan Kembali Nilai Gotong Royong
    • Melalui Kegiatan Sekolah: Kegiatan seperti kerja bakti, lomba kelompok, dan proyek sosial dapat menjadi media pembelajaran gotong royong.
    • Melibatkan Orang Tua dan Masyarakat: Kolaborasi antara sekolah, orang tua, dan masyarakat dalam berbagai kegiatan seperti kampanye lingkungan atau bakti sosial akan memberikan pengalaman nyata kepada siswa.
    • Penggunaan Media Digital: Media digital dapat dimanfaatkan untuk menyebarluaskan cerita, video, atau konten edukatif yang menggambarkan pentingnya gotong royong.
  3. Membangun Lingkungan yang Mendukung
    Pemerintah, sekolah, dan masyarakat perlu menciptakan lingkungan yang kondusif untuk menumbuhkan nilai gotong royong, seperti menciptakan ruang-ruang diskusi, kegiatan komunitas, atau festival kebudayaan yang melibatkan banyak pihak.

Pertama kali kegiatan pelatihan ini dilakukan dengan memberikan pemahaman terkait penguatan pendidikan karakter melalui profil pelajar Pancasila oleh Drs. Syahril, M.Pd., Ph.D. Pemberian materi semakin menarik ketika para peserta mengetahui bagaimana penguatan pendidikan karakter melalui profil pelajar pancasila. Bahkan disini mereka sangat terkesan dengan sintaks dari kegiatan penguatan pendidikan karakter melalui profil pelajar pancasila yaitu: 1) mendesain projek, 2) mengelolah project, 3) mendokumentasikan dan melaporkan hasil projek, 4) mengevaluasi dan tindak lanjut project.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Dengan demikian, orang yang berkarakter adalah orang yang memiliki karakter, mempunyai kepribadian atau berwatak.

Secara harfiah, karakter artinya kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi. Dalam kamus psikologi, karakter adalah kepribadian yang ditinjau dari titik tolak etis dan moral (Depdiknas, 1996). Pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi dari pendidikan moral karena pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan masalah benar-salah, tetapi bagaimana menanamkan kebiasaan tentang hal-hal yang baik dalam kehidupan, sehingga anak/siswa memiliki kesadaran untuk menerapkan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun beberapa terminology yang memaknai karakter sebagai berikut : 1) Samsuri menyatakan bahwa terminology karakter sedikitnya memuat dua hal :values (nilai-nilai) dan kepribadian. Suatu karakter merupakan cerminan dari nilai apa yang melekat dalam entitas. Sebagai aspek kepribadian, karakter merupakan cerminan dari kepribadian secara utuh dari seseorang : mentalitas, sikap dan perilaku, 2) Suyanto menyatakan bahwa karakter adalah cara berpikir dan berprilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara, 3) Syaiful Anam menukil beberapa pendapat pakar tentang makna karakter :menurut Simon Philips, karakter adalah kumpulan taat nilai yang menuju pada system yang melandasi pemikiran, sikap dan perilaku yang ditampilkan. Sedangkan Doni Koesoema A Memahami bahwa karakter sama dengan kepribadian.

 

 

 

 

Kesimpulan

Gotong royong adalah nilai fundamental dalam kehidupan bermasyarakat yang sejalan dengan Pancasila. Pendidikan karakter berbasis Pancasila memiliki peran strategis dalam menguatkan kembali nilai ini di tengah masyarakat. Dengan pendekatan yang holistik, nilai gotong royong dapat ditanamkan pada generasi muda, sehingga mereka mampu menjadi individu yang peduli, berbagi, dan berkontribusi positif bagi masyarakat.

Pendidikan merupakan salah satu strategi dasar dari pembangunan karakter bangsa yang dalam pelaksanaan harus dilakukan secara koheren dengan beberapa strategi lain. Strategi tersebut mencakup, yaitu sosialisasi/ penyadaran, pemberdayaan, pembudayaan dan kerjasama seluruh komponen. Pembangunan karakter dilakukan dengan pendekatan sistematik dan integratif dengan melibatkan keluarga, satuan pendidikan, pemerintah, masyarakat sipil, anggota legislatif, media massa, dunia usaha, dan dunia industri. Sehingga satuan pendidikan adalah komponen penting dalam pembangunan karakter yang berjalan secara sistem,atik dan integratif bersama dengan komponen lainnya.

Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorentasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.

Pendidikan karakter berfungsi (1) mengembangkan potensi dasar agar berhenti baik, berpikiran baik dan berperilaku baik (20 memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur, (30 meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia. Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yang mencakup keluarga, satuan pendidikan masyarakat sipil, masyarakat pemerintah, dunia usaha dan media massa.

Gotong royong merupakan salah satu nilai yang sangat dihargai dalam budaya Indonesia, termasuk di dalamnya Pelajar Pancasila. Dalam gotong royong, peserta didik saling bekerja sama dan berkontribusi untuk mencapai tujuan bersama. Peserta didik dibagi tugas dan tanggung jawab, saling membantu, dan saling mendukung dalam melaksanakan suatu kegiatan. Semangat gotong royong ini terlihat dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, baik di lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat luas. melalui profil Pelajar Pancasila, dapat menginsersikan nilai-nilai gotong royong seperti kerjasama, hidup berdampingan, membantu sesama, tanggung jawab sosial, solidaritas, menjaga lingkungan. Profil Pelajar Pancasila bertujuan untuk memperkuat dan menerapkan nilai-nilai gotong royong dalam kehidupan sehari-hari. Melalui penerapan nilai-nilai ini, diharapkan Pelajar Pancasila dapat menjadi generasi yang peduli.

Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dalam Kurikulum Merdeka memiliki dampak positif dalam membentuk karakter generasi muda Indonesia. Meskipun terdapat beberapa problematika dalam implementasi proyek penguatan profil pelajar Pancasila dalam Kurikulum Merdeka, upaya dan inisiatif yang tepat dapat mengatasi kendala tersebut. Dengan mengadopsi praktik-praktik sukses dari sejumlah sekolah, diharapkan proyek ini dapat mencapai tujuan utamanya, yaitu membentuk generasi pelajar yang memiliki nilai-nilai Pancasila sebagai dasar karakter dan identitas bangsa.

Saran

  1. Pemerintah perlu mendukung program-program pendidikan yang mengintegrasikan nilai Pancasila, termasuk gotong royong, dalam kurikulum.
  2. Sekolah perlu melibatkan berbagai pihak, termasuk orang tua dan komunitas lokal, dalam kegiatan pembelajaran berbasis gotong royong.
  3. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengevaluasi efektivitas metode pengajaran nilai-nilai Pancasila dalam membangun karakter siswa.

Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa tujuan penguatan pendidikan karakter dalam mewujudkan Pelajar Pancasila pada dasarnya adalah mendorong lahirnya manusia yang baik, yang memiliki enam ciri utama, yaitu bernalar kritis, kreatif, mandiri, beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, bergotong royong, dan berkebinekaan global. Harapannya adalah agar peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan, menggunakan pengetahuannya, mengkaji, dan meninternalisasi serta memersonalisasi nilai nilai karakter dan akhlak mulia yang dapat diwujudkan dalam perilaku sehari-hari.

Daftar Pustaka

  1. Kemendikbud. (2019). Pendidikan Karakter Berbasis Pancasila. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
  2. Soekarno. (1945). Pidato Lahirnya Pancasila. Jakarta: Arsip Nasional Republik Indonesia.
  3. Suyatno, W. (2020). “Implementasi Nilai Gotong Royong dalam Pendidikan.” Jurnal Pendidikan Karakter, 12(2), 134-146.
  4. Tilaar, H.A.R. (2009). Pendidikan dan Tantangan Globalisasi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
  5. UNESCO. (2015). Education for Sustainable Development Goals. Paris: UNESCO Publishing.
  6. https://jurnal.iicet.org/index.php/jrti/article/view/2075

 

 

 

 

 

 

 

Mind Map

No comments:

Post a Comment

Menguatkan Nilai Gotong Royong dalam Pendidikan Karakter Berbasis Pancasila

Mind Map Abstrak Tulisan ini membahas tentang Insersi Nilai Gotong Royong Melalui Profil Pelajar Pancasila. Jenis penelitian yang dilakuka...