Thursday, November 21, 2024


 

Pendidikan Karakter Berbasis Gotong Royong: Implementasi Nilai Pancasila di Sekolah

Oleh: Muhammad Fathan Farizi (41823010019)

 

 

Abstrak

Pendidikan karakter menjadi salah satu aspek penting dalam pembentukan generasi muda yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki nilai-nilai moral yang kuat. Di Indonesia, pendidikan karakter sangat relevan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, yang merupakan dasar negara dan ideologi bangsa. Salah satu nilai penting dalam Pancasila yang perlu diimplementasikan dalam pendidikan adalah gotong royong. Gotong royong, yang mengandung makna kebersamaan dan kerjasama dalam mencapai tujuan bersama, dapat dijadikan sebagai dasar dalam membentuk karakter peserta didik yang tidak hanya peduli terhadap diri sendiri, tetapi juga terhadap sesama.

Penelitian ini bertujuan untuk menggali implementasi nilai-nilai Pancasila, khususnya gotong royong, dalam konteks pendidikan karakter di sekolah-sekolah Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus di beberapa sekolah dasar dan menengah yang menerapkan program pengembangan karakter berbasis gotong royong. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara dengan guru dan siswa, serta analisis dokumen terkait program pendidikan karakter yang dilaksanakan di sekolah-sekolah tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi nilai gotong royong dalam pendidikan karakter di sekolah-sekolah Indonesia tidak hanya terbatas pada kegiatan sosial yang bersifat praktis, seperti kerja bakti atau kegiatan kebersihan lingkungan sekolah. Namun, nilai gotong royong juga diinternalisasikan melalui pembelajaran di kelas, yang melibatkan kerjasama antar siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok dan saling membantu dalam proses pembelajaran. Beberapa sekolah juga mengintegrasikan nilai gotong royong dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler, yang bertujuan untuk membentuk karakter siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Namun demikian, implementasi nilai gotong royong dalam pendidikan karakter di sekolah-sekolah Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya adalah kurangnya pemahaman tentang pentingnya nilai ini dalam kehidupan sehari-hari, yang dapat mempengaruhi keberhasilan program pendidikan karakter. Selain itu, berbagai faktor eksternal seperti pengaruh budaya konsumerisme dan individualisme yang berkembang di masyarakat juga turut mempengaruhi pemahaman siswa terhadap nilai gotong royong.

Secara keseluruhan, penelitian ini menyimpulkan bahwa pendidikan karakter berbasis gotong royong dapat menjadi salah satu cara efektif untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila di kalangan siswa. Hal ini akan memberikan dampak positif dalam pembentukan karakter bangsa yang berlandaskan pada gotong royong, kerjasama, dan kepedulian terhadap sesama. Oleh karena itu, perlu adanya upaya yang lebih sistematis dan terstruktur dari pihak sekolah, pemerintah, dan masyarakat untuk mengimplementasikan pendidikan karakter berbasis gotong royong secara lebih menyeluruh dan berkesinambungan di seluruh jenjang pendidikan.

 

Kata Kunci

 

Pendidikan Karakter, Gotong Royong, Pancasila, Implementasi Pendidikan, Sekolah, Nilai Pancasila, Pendidikan Berbasis Karakter, Pembentukan Karakter, Kerjasama Sosial, Pendidikan Moral.

 

Pendahuluan

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pembentukan karakter bangsa. Dalam konteks pendidikan di Indonesia, tujuan utama pendidikan tidak hanya terfokus pada pencapaian kompetensi intelektual, tetapi juga pada pembentukan karakter peserta didik yang bermoral, berakhlak mulia, dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap lingkungan sosialnya. Pembentukan karakter ini menjadi sangat relevan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, sebagai dasar negara dan pedoman hidup bagi setiap warga negara Indonesia. Oleh karena itu, pendidikan karakter berbasis Pancasila sangat diperlukan dalam menanggulangi berbagai permasalahan sosial dan moral yang terjadi di masyarakat saat ini.

Pancasila sebagai ideologi negara mengandung lima sila yang masing-masing memiliki nilai-nilai yang dapat dijadikan sebagai landasan dalam membentuk karakter bangsa, antara lain: (1) Ketuhanan Yang Maha Esa, (2) Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, (3) Persatuan Indonesia, (4) Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan (5) Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Dari kelima sila tersebut, salah satu nilai yang sangat relevan untuk diterapkan dalam konteks pendidikan karakter di sekolah adalah nilai gotong royong yang terkandung dalam sila ketiga, yakni "Persatuan Indonesia". Gotong royong mengandung arti kerjasama, kebersamaan, dan kepedulian terhadap sesama yang menjadi ciri khas masyarakat Indonesia.

Implementasi nilai gotong royong dalam pendidikan karakter memiliki peran yang sangat penting untuk membentuk peserta didik yang tidak hanya memiliki kepedulian terhadap diri sendiri, tetapi juga terhadap orang lain dan masyarakat. Gotong royong dalam konteks pendidikan dapat dilihat sebagai upaya untuk membangun rasa solidaritas sosial, meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan, serta mengembangkan kemampuan untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Oleh karena itu, nilai gotong royong dapat menjadi fondasi yang kuat dalam pembentukan karakter peserta didik di sekolah.

Di Indonesia, sekolah memiliki peran strategis dalam membentuk karakter siswa melalui berbagai program pendidikan yang tidak hanya mengutamakan penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga membangun sikap dan nilai-nilai luhur yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai kegiatan yang diterapkan di sekolah, seperti kegiatan kebersihan bersama, kerja bakti, dan kegiatan sosial lainnya, adalah contoh nyata dari implementasi nilai gotong royong dalam kehidupan sekolah. Namun, untuk mencapai tujuan tersebut, tidak hanya diperlukan partisipasi aktif dari siswa, tetapi juga penguatan dari pihak sekolah, guru, serta orang tua dalam membimbing dan menanamkan nilai-nilai tersebut secara konsisten.

Meskipun nilai gotong royong telah diterapkan di berbagai sekolah, pelaksanaannya tidak selalu berjalan dengan lancar. Berbagai tantangan muncul, baik yang berkaitan dengan persepsi siswa yang kurang memahami makna gotong royong, faktor lingkungan keluarga dan masyarakat yang mungkin tidak mendukung, serta keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah. Selain itu, perkembangan zaman yang semakin dipengaruhi oleh teknologi dan budaya konsumerisme seringkali mengarah pada individualisme, yang bertentangan dengan nilai gotong royong itu sendiri. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya yang lebih terstruktur dan sistematis untuk mengoptimalkan implementasi nilai gotong royong dalam pendidikan karakter di sekolah-sekolah Indonesia.

Penelitian ini bertujuan untuk menggali lebih dalam mengenai implementasi nilai gotong royong dalam pendidikan karakter di sekolah-sekolah Indonesia, serta bagaimana nilai tersebut dapat menjadi bagian integral dari pembelajaran yang berbasis pada nilai-nilai Pancasila. Selain itu, penelitian ini juga akan mengidentifikasi tantangan yang dihadapi dalam penerapan pendidikan karakter berbasis gotong royong, serta memberikan rekomendasi untuk meningkatkan efektivitas program-program pendidikan karakter yang ada di sekolah.

Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam pengembangan pendidikan karakter berbasis Pancasila di Indonesia, serta memberikan wawasan bagi para pendidik, pengambil kebijakan, dan masyarakat tentang pentingnya implementasi nilai gotong royong dalam pendidikan guna menciptakan generasi muda yang memiliki karakter yang kuat, berintegritas, dan peduli terhadap sesama.

 

 

PERMASALAHAN

Pendidikan karakter berbasis Pancasila, khususnya dalam menanamkan nilai gotong royong, merupakan salah satu upaya penting dalam menciptakan generasi muda yang memiliki integritas, solidaritas sosial, dan kepedulian terhadap sesama. Namun, dalam praktiknya, terdapat berbagai tantangan dan masalah yang menghambat efektivitas implementasi nilai gotong royong dalam pendidikan di sekolah-sekolah Indonesia. Adapun permasalahan utama yang dihadapi dalam upaya penerapan pendidikan karakter berbasis gotong royong adalah sebagai berikut:

  1. Pemahaman yang Terbatas Tentang Nilai Gotong Royong
    Banyak siswa yang belum sepenuhnya memahami makna dan pentingnya nilai gotong royong dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun gotong royong sudah dikenal luas dalam budaya masyarakat Indonesia, namun seringkali siswa hanya terlibat dalam kegiatan yang bersifat fisik, seperti kerja bakti atau membersihkan lingkungan sekolah, tanpa memahami secara mendalam makna filosofis dan sosial dari gotong royong itu sendiri. Hal ini berdampak pada kurangnya penghayatan siswa terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam gotong royong, yang seharusnya juga mencakup aspek saling membantu, kerjasama dalam berbagai konteks, serta kesadaran sosial.
  2. Kurangnya Penguatan dari Pihak Sekolah
    Meskipun beberapa sekolah telah melaksanakan program pendidikan karakter berbasis gotong royong, penguatan dan pembelajaran yang konsisten masih kurang dilakukan. Pendidikan karakter di banyak sekolah lebih sering dilaksanakan melalui kegiatan seremonial atau sesekali saja, dan tidak selalu dilanjutkan dalam bentuk aktivitas sehari-hari di lingkungan sekolah. Kurangnya integrasi antara nilai gotong royong dengan proses pembelajaran di kelas dan kegiatan ekstrakurikuler membuat siswa kurang memahami bagaimana mereka dapat mengaplikasikan nilai tersebut dalam kehidupan nyata. Selain itu, sebagian besar guru mungkin belum sepenuhnya terlatih untuk mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila, termasuk gotong royong, ke dalam strategi pengajaran mereka.
  3. Pengaruh Budaya Individualisme dan Konsumerisme
    Perkembangan budaya global yang semakin didominasi oleh individualisme dan konsumerisme menjadi salah satu faktor yang menghambat penerapan nilai gotong royong di sekolah. Budaya individualisme yang mengutamakan kepentingan pribadi sering kali bertentangan dengan prinsip-prinsip gotong royong yang menekankan pentingnya kerjasama dan kepedulian terhadap sesama. Hal ini tercermin dalam sikap sebagian siswa yang lebih mementingkan pencapaian pribadi dan keinginan untuk meraih sukses secara individual daripada bekerja sama dengan teman-temannya untuk mencapai tujuan bersama.
  4. Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Sikap Siswa
    Pengaruh keluarga, lingkungan sosial, dan media juga berperan penting dalam membentuk karakter siswa. Keluarga yang tidak mendukung pengembangan sikap gotong royong atau lebih menekankan pada aspek materialistik dapat mempengaruhi pandangan siswa terhadap pentingnya kerjasama. Selain itu, tontonan atau media sosial yang sering menonjolkan gaya hidup individualistis dan kompetitif bisa mengalihkan perhatian siswa dari nilai-nilai kebersamaan dan kepedulian sosial.
  5. Kurangnya Fasilitas dan Dukungan yang Memadai di Sekolah
    Sekolah sebagai institusi pendidikan seharusnya menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung implementasi pendidikan karakter berbasis gotong royong. Namun, di beberapa sekolah, terutama yang terletak di daerah dengan keterbatasan sumber daya, fasilitas untuk melaksanakan kegiatan gotong royong dan pembelajaran karakter seringkali terbatas. Sekolah-sekolah di daerah terpencil atau kurang berkembang mungkin kesulitan untuk mengadakan kegiatan yang melibatkan seluruh siswa secara aktif, karena terbatasnya anggaran, tenaga pengajar yang terlatih, serta fasilitas pendukung.
  6. Perbedaan dalam Pelaksanaan di Berbagai Jenjang Pendidikan
    Penerapan pendidikan karakter berbasis gotong royong di setiap jenjang pendidikan sering kali bervariasi. Di tingkat pendidikan dasar, nilai-nilai gotong royong lebih mudah diterapkan melalui kegiatan sederhana seperti kerja bakti, gotong royong membersihkan sekolah, atau kegiatan berbagi. Namun, di tingkat pendidikan menengah dan tinggi, siswa cenderung lebih fokus pada pencapaian akademik dan individu, sehingga aplikasi nilai gotong royong lebih sulit untuk diterapkan dalam kegiatan akademis yang lebih kompleks, seperti tugas kelompok, proyek bersama, atau kegiatan sosial yang lebih berbasis kerjasama.
  7. Peran Orang Tua dalam Pembentukan Karakter
    Peran orang tua dalam membentuk karakter siswa di rumah juga tidak bisa diabaikan. Meskipun sekolah memiliki kewajiban untuk mengajarkan nilai-nilai karakter, jika orang tua tidak mendukung atau tidak menanamkan nilai gotong royong di rumah, maka implementasi nilai tersebut di sekolah akan terhambat. Beberapa orang tua mungkin tidak memahami pentingnya pendidikan karakter atau menganggapnya sebagai tanggung jawab sepenuhnya dari sekolah, tanpa melibatkan peran serta mereka dalam mendidik anak-anak mereka tentang pentingnya kerjasama dan kepedulian terhadap sesama.

 

 

PEMBAHASAN

Pendidikan karakter berbasis Pancasila, khususnya yang mengintegrasikan nilai gotong royong, memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter siswa yang baik. Nilai gotong royong dalam Pancasila mengajarkan kepada siswa tentang pentingnya kerjasama, saling menghargai, serta kebersamaan dalam mencapai tujuan bersama. Dalam bagian ini, akan dibahas mengenai implementasi nilai gotong royong dalam pendidikan karakter di sekolah-sekolah Indonesia, tantangan yang dihadapi dalam penerapannya, serta solusi yang dapat diambil untuk meningkatkan efektivitas program pendidikan karakter berbasis gotong royong.

1. Implementasi Nilai Gotong Royong dalam Pendidikan Karakter

Nilai gotong royong sebagai bagian dari Pancasila sangat relevan dengan konteks pendidikan karakter di sekolah-sekolah Indonesia. Gotong royong bukan hanya sekadar tindakan fisik seperti kerja bakti atau membersihkan lingkungan sekolah, tetapi lebih pada pengembangan sikap kerjasama dan rasa saling peduli antara sesama. Di sekolah, implementasi nilai gotong royong dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan yang melibatkan siswa secara aktif dalam bekerja sama, baik di dalam maupun di luar kelas. Kegiatan seperti pembelajaran berbasis proyek, diskusi kelompok, dan kegiatan sosial seperti bakti sosial atau kampanye lingkungan dapat menjadi sarana untuk menanamkan nilai-nilai gotong royong kepada siswa.

Penerapan nilai gotong royong dalam pembelajaran sehari-hari dapat dilakukan dengan melibatkan siswa dalam kegiatan yang menuntut kerjasama. Misalnya, dalam tugas kelompok, siswa diajak untuk menyelesaikan masalah secara bersama-sama, saling berbagi pengetahuan dan keterampilan. Melalui aktivitas tersebut, siswa tidak hanya belajar cara bekerja sama dalam kelompok, tetapi juga menyadari pentingnya kontribusi masing-masing dalam mencapai tujuan bersama. Selain itu, nilai gotong royong juga dapat diterapkan dalam kegiatan ekstrakurikuler seperti OSIS, Pramuka, atau kegiatan lainnya yang melibatkan kerja sama antar siswa dalam organisasi dan proyek sosial.

2. Tantangan dalam Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Gotong Royong

Meskipun nilai gotong royong sudah diterapkan di berbagai sekolah, terdapat beberapa tantangan yang menghambat penerapannya secara optimal. Salah satu tantangan utama adalah kurangnya pemahaman siswa tentang makna dan pentingnya gotong royong. Banyak siswa yang hanya terlibat dalam kegiatan gotong royong yang bersifat fisik tanpa memahami bahwa gotong royong juga mencakup aspek emosional, sosial, dan mental. Misalnya, dalam kerja bakti, siswa mungkin hanya ikut serta tanpa memahami nilai kebersamaan, saling tolong-menolong, dan manfaat dari kegiatan tersebut bagi penguatan sosial di lingkungan sekolah.

Tantangan berikutnya adalah kurangnya penguatan dari pihak sekolah. Meskipun berbagai sekolah telah menerapkan pendidikan karakter berbasis gotong royong, namun tidak semua sekolah mengintegrasikan nilai-nilai ini dalam setiap aspek kehidupan sekolah. Program pendidikan karakter sering kali dipandang sebagai kegiatan tambahan yang dilakukan hanya pada waktu-waktu tertentu, tanpa ada upaya yang terstruktur dan berkelanjutan. Hal ini menyebabkan nilai gotong royong tidak terinternalisasi secara menyeluruh dalam kehidupan sehari-hari siswa di sekolah.

Selain itu, pengaruh budaya individualisme yang berkembang di masyarakat turut mempengaruhi sikap siswa di sekolah. Dalam budaya individualisme, lebih banyak dihargai pencapaian pribadi daripada kebersamaan dalam kelompok. Kondisi ini semakin diperburuk dengan pengaruh media sosial yang seringkali menonjolkan prestasi individu dan gaya hidup yang bersifat konsumtif. Siswa cenderung lebih fokus pada pencapaian pribadi dan kesuksesan individu daripada memperhatikan pentingnya kerjasama dan kepedulian terhadap sesama.

Faktor eksternal lainnya, seperti kondisi keluarga dan lingkungan sosial, juga memainkan peran besar dalam membentuk karakter siswa. Jika di rumah orang tua tidak menanamkan nilai gotong royong, atau jika lingkungan tempat tinggal siswa lebih mementingkan nilai-nilai materialistis, maka pendidikan karakter yang diajarkan di sekolah akan terhambat. Oleh karena itu, sinergi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat sangat penting untuk memastikan bahwa nilai gotong royong dapat tertanam dalam diri siswa secara utuh.

3. Solusi untuk Meningkatkan Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Gotong Royong

Untuk mengatasi tantangan yang dihadapi dalam implementasi pendidikan karakter berbasis gotong royong, beberapa solusi dapat diambil untuk meningkatkan efektivitas program ini di sekolah-sekolah. Salah satu langkah pertama adalah penguatan pemahaman siswa tentang makna dan nilai gotong royong. Pihak sekolah dapat memanfaatkan berbagai media dan metode pembelajaran, seperti diskusi, studi kasus, atau kegiatan berbasis proyek, untuk menjelaskan kepada siswa bahwa gotong royong bukan hanya sebatas kegiatan fisik, tetapi juga merupakan sikap sosial yang mencerminkan kepedulian terhadap orang lain dan lingkungan sekitar.

Selanjutnya, untuk memastikan bahwa nilai gotong royong dapat terinternalisasi dalam kehidupan sehari-hari siswa, perlu ada integrasi yang lebih mendalam dalam kurikulum dan kegiatan sekolah. Pendidikan karakter berbasis gotong royong harus diajarkan bukan hanya dalam konteks kegiatan ekstrakurikuler atau acara seremonial, tetapi juga dalam pembelajaran di kelas, misalnya melalui tugas kelompok atau proyek bersama yang mendorong kerjasama. Dengan cara ini, nilai gotong royong dapat menjadi bagian dari cara berpikir dan bertindak siswa dalam berbagai aspek kehidupan.

Pihak sekolah juga perlu berperan lebih aktif dalam mengembangkan kerjasama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat. Orang tua harus dilibatkan dalam proses pendidikan karakter siswa, dengan cara memberikan pemahaman tentang pentingnya pendidikan karakter berbasis gotong royong. Selain itu, masyarakat sekitar sekolah juga dapat berperan dalam mendukung program-program pendidikan karakter, misalnya dengan mengadakan kegiatan sosial yang melibatkan siswa, sehingga mereka dapat merasakan manfaat langsung dari kegiatan gotong royong dalam kehidupan sehari-hari.

Akhirnya, penting bagi sekolah untuk memberikan penghargaan dan penghormatan kepada siswa yang menunjukkan sikap gotong royong, baik dalam kegiatan formal maupun informal. Penghargaan ini dapat menjadi motivasi bagi siswa lainnya untuk mengadopsi sikap serupa. Selain itu, sekolah perlu menyediakan fasilitas yang memadai untuk mendukung kegiatan gotong royong, baik dalam hal anggaran, sarana, maupun tenaga pengajar yang terlatih.

4. Peran Guru dalam Mengintegrasikan Nilai Gotong Royong

Guru memegang peranan kunci dalam implementasi pendidikan karakter berbasis gotong royong. Tidak hanya sebagai pengajar ilmu pengetahuan, guru juga harus mampu menjadi teladan dalam menerapkan nilai-nilai gotong royong di lingkungan sekolah. Guru dapat mengintegrasikan nilai gotong royong dalam berbagai kegiatan pembelajaran, baik melalui metode diskusi, kerja kelompok, atau projek bersama. Lebih dari itu, guru harus aktif memberikan bimbingan kepada siswa agar mereka memahami bahwa gotong royong adalah nilai yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

 

 

KESIMPULAN

Pendidikan karakter berbasis gotong royong di sekolah-sekolah Indonesia memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan generasi muda yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki karakter yang kuat dan peduli terhadap sesama. Nilai gotong royong, yang merupakan salah satu aspek penting dalam sila ketiga Pancasila, dapat dijadikan sebagai landasan dalam membentuk karakter siswa melalui berbagai kegiatan yang melibatkan kerjasama dan kepedulian sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi nilai gotong royong di sekolah dapat dilakukan melalui kegiatan pembelajaran di kelas, kegiatan ekstrakurikuler, serta kegiatan sosial di lingkungan sekolah.

Namun, implementasi pendidikan karakter berbasis gotong royong di sekolah-sekolah Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan, antara lain kurangnya pemahaman siswa tentang makna nilai gotong royong, terbatasnya penguatan dari pihak sekolah, pengaruh budaya individualisme dan konsumerisme, serta faktor eksternal seperti kondisi keluarga dan masyarakat. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya yang lebih sistematis dan terstruktur dari pihak sekolah, guru, orang tua, serta masyarakat untuk mengoptimalkan implementasi nilai gotong royong dalam pendidikan karakter di sekolah.

Penerapan nilai gotong royong dalam pendidikan karakter tidak hanya bermanfaat dalam pembentukan karakter siswa, tetapi juga akan berkontribusi pada pembentukan masyarakat yang lebih peduli, bersatu, dan saling membantu. Oleh karena itu, penting bagi semua pihak untuk bekerja sama dalam memastikan bahwa pendidikan karakter berbasis gotong royong dapat diterapkan secara maksimal di seluruh jenjang pendidikan.

 

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, beberapa saran yang dapat diusulkan untuk meningkatkan implementasi pendidikan karakter berbasis gotong royong di sekolah adalah sebagai berikut:

  1. Peningkatan Pemahaman tentang Nilai Gotong Royong
    Sekolah perlu lebih intensif dalam memberikan pemahaman kepada siswa tentang pentingnya nilai gotong royong. Hal ini dapat dilakukan melalui metode pembelajaran yang lebih kreatif, seperti diskusi, permainan edukatif, atau simulasi situasi sosial yang mendorong siswa untuk bekerja sama. Selain itu, pengajaran tentang nilai gotong royong perlu dilakukan secara berkelanjutan, bukan hanya dalam kegiatan tertentu, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari di sekolah.
  2. Integrasi Nilai Gotong Royong dalam Kurikulum
    Nilai gotong royong harus lebih diintegrasikan dalam setiap aspek pembelajaran di sekolah, baik di kelas maupun di luar kelas. Pembelajaran berbasis proyek dan tugas kelompok yang melibatkan kerjasama antar siswa dapat menjadi sarana yang efektif dalam menanamkan nilai gotong royong. Sekolah harus berkomitmen untuk mengintegrasikan pendidikan karakter berbasis gotong royong dalam setiap kegiatan pembelajaran dan ekstrakurikuler.
  3. Kolaborasi antara Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat
    Pendidikan karakter berbasis gotong royong memerlukan dukungan dari semua pihak. Oleh karena itu, penting bagi sekolah untuk bekerja sama dengan orang tua dan masyarakat dalam mendukung pendidikan karakter. Orang tua perlu diberikan pemahaman tentang peran mereka dalam menanamkan nilai gotong royong di rumah, sedangkan masyarakat dapat mendukung dengan menyediakan kesempatan bagi siswa untuk terlibat dalam kegiatan sosial yang melibatkan gotong royong.
  4. Pelatihan dan Pengembangan Kompetensi Guru
    Guru memiliki peran yang sangat penting dalam implementasi pendidikan karakter berbasis gotong royong. Oleh karena itu, perlu dilakukan pelatihan dan pengembangan kompetensi guru dalam mengintegrasikan nilai-nilai karakter, termasuk gotong royong, dalam proses pembelajaran. Guru juga harus menjadi contoh teladan bagi siswa dalam menerapkan nilai gotong royong dalam kehidupan sehari-hari di sekolah.
  5. Penyediaan Fasilitas dan Dukungan yang Memadai
    Sekolah perlu menyediakan fasilitas dan sumber daya yang cukup untuk mendukung implementasi pendidikan karakter berbasis gotong royong. Hal ini mencakup anggaran untuk kegiatan sosial, dukungan fasilitas fisik untuk kegiatan gotong royong, serta tenaga pengajar yang memiliki kompetensi dalam bidang pendidikan karakter.

 

DAFTAR PUSTAK

 

·  Budimansyah, A. (2019). Pendidikan Karakter dalam Perspektif Pancasila. Jakarta: Penerbit Pendidikan Indonesia.

·  Hidayat, A. (2021). Pendidikan Karakter: Teori dan Praktik di Sekolah. Yogyakarta: Laksana.

·  Mulyasa, E. (2017). Manajemen Pendidikan Karakter di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.

·  Pemerintah Republik Indonesia. (2014). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sekretariat Negara.

·  Supriyadi, R. (2020). Gotong Royong dalam Pendidikan Karakter: Studi Kasus di Sekolah Dasar. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya Press.

·  Wahyuni, S. (2022). Pendidikan Karakter Berbasis Nilai Pancasila dalam Sistem Pendidikan Nasional. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Press.

·  Wibowo, E. (2018). Implementasi Nilai Gotong Royong dalam Pendidikan di Indonesia. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 9(2), 45-60.


No comments:

Post a Comment

GOTONG ROYONG DALAM PERSPETIF SILA KETIGA PANCASILA: MEMBANGUN KEBERSAMAAN BANGSA

Abstrak Gotong royong adalah salah satu nilai luhur bangsa Indonesia yang menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya dan identitas nasional....