Thursday, March 13, 2025

Globalisasi dan Tantangan Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia

 

Oleh: Ayska Putri Endri (D21)

Abstrak

Globalisasi telah membawa perubahan yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk Pendidikan kewarganegaraan di Indonesia.

Arus informasi dan teknologi yang deras telah mengubah lanskap sosial dan budaya, menciptakan tantangan baru dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan dan kewarganegaraan. Globalisasi telah menjadi fenomena yang signifikan dalam kehidupan masyarakat modern , termasuk di Indonesia, dan membawa dampak yang kompleks terhadap Pendidikan kewarganegaraan. Dalam konteks ini, Pendidikan kewarganegaraan berperan penting. Dalam membentuk identitas dan nilai-nilai masyarakat di Tengah arus globalisasi yang terus berkembang.

Artikel ini membahas tantangan yang dihadapi pendidikan kewarganearaan di Indonesia akibat globalisasi, serta strategi untuk menghadapinya. Globalisasi telah meningkatkan akses dan kualitas Pendidikan di Indonesia, namun juga menciptakan kesenjangan antara kelompok masyarakat yang mampu dan tidak mampu. Tantangan lain muncul dari kurangnya interkasi Pendidikan kewarganegaraan global dalam kurikulum. Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan kolaboratif dari pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat untuk menciptakan sistem pendidikan yang inklusif dan adaptif.

 

Kata Kunci : Masyarakat, Globalisasi, Informasi, Teknologi, Budaya, Pendidikan Kewarganegaraan

 

Pendahuluan

            Globalisasi adalah integrasi internasional yang melibatkan banyak hal seperti pandangan dunia, pemikiran, aspek-aspek budaya, dan sebagainya. Proses globalisasi juga didukung oleh kemajuan teknologi informasi, komunikasi, transportasi, sebagai contoh internet dan alat elektronik, yang mempercepat pengetahuan atau interaksi antar individu, kelompok, maupun negara di seluruh dunia. Menurut Martha Grattia dalam (Donny Ermawan T., 2017), Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarmanusia dan bangsa di seluruh dunia melalui perdagangan, perjalanan, interaksi, dan sebagainya yang membuat batas-batas suatu negara menjadi sempit. Artinya, globalisasi merupakan proses di mana manusia dan negara di seluruh dunia menjadi semakin terhubung dan saling bergantung. Hubungan ini terjadi melalui berbagai aktivitas, seperti perdagangan, perjalanan, komunikasi, dan interaksi budaya. Globalisasi juga membuat dunia terasa lebih kecil karena orang dari berbagai negara dapat dengan mudah berinteraksi, bekerja sama dan berbagai informasi tanpa terhalang oleh jarak dan perbedaan wilayah.

            Sedangkan menurut Tomlinson melihat globalisasi sebagai proses penyusutan jarak dan waktu dalam menjalankan berbagai aktivitas. Teknologi memainkan peran penting dalam mempermudah interaksi, baik secara fisik melalui perjalanan, maupun secara virtual melalui media elektronik. Lyman menambahkan bahwa globalisasi sering dipandang sebagai pertumbuhan interdependensi yang cepat dalam perdagangan dan keuangan. Namun, ia menegaskan bahwa globalisasi tidak hanya terbatas pada ekonomi, tetapi juga mencakup tren lain seperti globalisasi komunikasi yang difasilitasi oleh kemajuan teknologi. Ini mempercepat perubahan sosial dan kesadaran global, membuat dunia semakin kecil dan terhubung.

            Perubahan kurikulum di Indonesia, Khususnya dalam pendidikan kewarganegaraan sangat penting dalam konteks globalisasi yang semakin berkembang. Globalisasi telah membawa dampak signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan, dan memaksa sistem pendidikan untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman. Menurut Anthony Giddens, globalisasi adalah peristiwa di lokasi yang berbeda, sehingga perubahan di satu tempat dapat mempengaruhi tempat lain. Dalam hal ini, pendidikan kewarganegaraan harus mampu menanamkan nilai-nilai kebangsaan sambil juga membekali siswa dengan pemahaman tentang isu-isu global.

Ahli pendidikan seperti Selo Soemardjan menekankan bahwa sistem pendidikan harus responsif terhadap perubahan sosial dan budaya yang terjadi akibat globalisasi. Oleh karena itu, integrasi perspektif global dalam kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan tidak hanya menjadi sebuah kebutuhan, tetapi juga suatu keharusan untuk mempersiapkan generasi muda yang kompeten dan bertanggung jawab dalam menghadapi tantangan global. Dengan demikian, perubahan kurikulum ini diharapkan dapat menciptakan individu yang tidak hanya memahami identitas nasional, tetapi juga memiliki kesadaran global yang tinggi.

Globalisasi telah menjadi tantangan signifikan bagi pendidikan kewarganegaraan di Indonesia, terutama dalam konteks pembentukan karakter dan identitas nasional. Dalam era global yang ditandai oleh arus informasi yang cepat dan interaksi antarbudaya yang intens, nilai-nilai lokal dan tradisional sering kali terancam oleh budaya asing yang lebih dominan. Menurut Bakhtiar, pengaruh negatif dari globalisasi dapat mengakibatkan penurunan rasa nasionalisme dan cinta terhadap tanah air di kalangan generasi muda. Selain itu, kemajuan teknologi informasi menciptakan tantangan dalam menyaring informasi yang beragam, di mana siswa perlu dilatih untuk kritis dalam mengevaluasi sumber informasi yang mereka terima. Hal ini menuntut pendidikan kewarganegaraan untuk tidak hanya mengajarkan pengetahuan tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara, tetapi juga membekali siswa dengan keterampilan untuk beradaptasi dan berpartisipasi aktif dalam masyarakat global.

 

PERMASALAHAN

            Pengaruh budaya asing di Indonesia merupakan fenomena yang semakin terasa, terutama dalam konteks globalisasi yang pesat. Masuknya budaya asing, terutama dari negara-negara Barat, telah membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Salah satu dampak paling nyata adalah dalam industri musik, di mana aliran musik Barat seperti pop, rock, dan hip-hop menjadi sangat populer di kalangan masyarakat Indonesia. Banyak lagu-lagu Barat yang mendominasi tangga lagu dan sering diputar di stasiun radio, menciptakan tren baru yang menggeser musik tradisional dan lokal. Hal ini menunjukkan bagaimana budaya asing dapat mempengaruhi selera dan preferensi masyarakat, terutama generasi muda.

            Selain itu, pengaruh budaya asing juga terlihat dalam industri film dan televisi. Film-film Hollywood dan acara televisi barat sering kali menjadi pilihan utama bagi penonton Indonesia, sering kali mengalahkan produksi lokal dalam hal popularitas. Fenomena ini tidak hanya mencerminkan selera hiburan masyarakat, tetapi juga berpotensi menggeser nilai-nilai dan norma yang ada dalam budaya lokal. Dengan meningkatnya konsumsi media asing, ada kekhawatiran bahwa generasi muda akan lebih terpapar pada nilai-nilai yang tidak sejalan dengan kearifan lokal.

            Dalam hal gaya hidup, masyarakat Indonesia semakin banyak mengadopsi kebiasaan-kebiasaan dari budaya asing. Misalnya, makanan cepat saji seperti burger dan pizza telah menjadi bagian dari pola makan sehari-hari masyarakat. Begitu pula dengan fashion, di mana banyak orang lebih memilih mengenakan pakaian dengan gaya Barat daripada busana tradisional. Perubahan ini menunjukkan bahwa budaya asing tidak hanya mempengaruhi preferensi konsumsi tetapi juga cara hidup sehari-hari.

            Namun, meskipun ada dampak positif dari masuknya budaya asing, seperti peningkatan kreativitas dan akses terhadap informasi global, tantangan tetap ada. Hilangnya nilai-nilai budaya lokal dan identitas bangsa menjadi salah satu perhatian utama. Generasi muda yang lebih terpapar pada budaya asing berisiko kehilangan koneksi dengan warisan budaya mereka sendiri. Oleh karena itu, penting untuk menemukan keseimbangan antara menerima pengaruh positif dari budaya asing dan tetap melestarikan serta menghargai budaya lokal yang telah ada sejak lama.

            Kesenjangan sosial dan ekonomi di Indonesia menjadi salah satu tantangan utama dalam dunia pendidikan. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor yang saling terkait, yang mengakibatkan perbedaan akses dan kualitas pendidikan bagi siswa dari latar belakang sosial ekonomi yang berbeda. Salah satu permasalahan utama adalah akses yang terbatas terhadap pendidikan berkualitas. Anak-anak dari keluarga miskin sering kali menghadapi kesulitan dalam mendapatkan pendidikan yang memadai, baik karena biaya yang tinggi maupun karena lokasi sekolah yang sulit dijangkau. Banyak daerah terpencil yang tidak memiliki sekolah yang layak, sehingga anak-anak di wilayah tersebut terpaksa putus sekolah atau tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Selain itu, kurangnya infrastruktur pendidikan juga menjadi masalah signifikan. Sekolah-sekolah di daerah miskin sering kali tidak mendapatkan perhatian dan investasi yang cukup dari pemerintah, sehingga fasilitas pendidikan seperti ruang kelas, perpustakaan, dan laboratorium sangat minim. Hal ini menciptakan lingkungan belajar yang tidak kondusif dan menghambat perkembangan potensi siswa. Ketidakmerataan dalam penyediaan sumber daya pendidikan juga menciptakan kesenjangan dalam kualitas pengajaran, di mana siswa di daerah kaya memiliki akses ke guru berkualitas tinggi, sementara siswa di daerah miskin sering kali diajar oleh guru yang kurang berpengalaman atau tidak terlatih.

            Ketidaksetaraan kesempatan juga merupakan dampak dari kesenjangan sosial dan ekonomi. Siswa dari keluarga berpenghasilan rendah lebih mungkin menghadapi tantangan finansial yang signifikan ketika mencoba melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Biaya pendidikan, termasuk biaya buku, seragam, dan transportasi, sering kali menjadi hambatan utama bagi mereka. Hal ini menciptakan siklus kemiskinan yang sulit diputus, di mana generasi muda tidak memiliki kesempatan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka melalui pendidikan.

            Kurangnya pemahaman tentang isu global di kalangan siswa di Indonesia menjadi salah satu tantangan utama dalam pendidikan kewarganegaraan. Dalam konteks globalisasi, di mana informasi dan peristiwa dari seluruh dunia dapat diakses dengan mudah, penting bagi generasi muda untuk memiliki kesadaran dan pemahaman yang mendalam mengenai isu-isu global yang mempengaruhi kehidupan mereka. Namun, banyak siswa yang masih minim pengetahuan tentang isu-isu tersebut, seperti perubahan iklim, kemiskinan, dan konflik internasional. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kurangnya integrasi materi tentang isu global dalam kurikulum pendidikan kewarganegaraan.

            Pendidikan kewarganegaraan seharusnya tidak hanya fokus pada aspek lokal atau nasional, tetapi juga harus mencakup pembelajaran tentang hubungan antarnegara dan dampak dari isu global terhadap masyarakat. Menurut penelitian, pendidikan yang mengedepankan pemahaman isu-isu global dapat membantu siswa untuk berpikir kritis dan analitis dalam menanggapi berbagai tantangan yang ada di dunia. Namun, kurangnya sumber daya dan informasi yang relevan serta keterampilan berpikir kritis di kalangan siswa menjadi hambatan dalam mencapai tujuan tersebut.

            Selain itu, keterbatasan pelatihan bagi guru dalam mengajarkan isu-isu global juga berkontribusi pada kurangnya pemahaman siswa. Guru yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang isu-isu global mungkin kesulitan untuk menyampaikan materi dengan efektif, sehingga siswa tidak mendapatkan gambaran yang jelas tentang pentingnya memahami konteks global. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan kapasitas guru serta memperkaya kurikulum pendidikan kewarganegaraan dengan materi yang relevan dan menarik.

            Perubahan nilai dan sikap siswa di Indonesia merupakan fenomena yang signifikan, terutama dalam konteks pendidikan kewarganegaraan. Dalam era globalisasi dan perkembangan teknologi yang pesat, siswa sering kali terpapar pada berbagai nilai dan norma dari budaya asing. Hal ini dapat menyebabkan perubahan positif maupun negatif dalam sikap dan perilaku mereka. Misalnya, siswa mungkin menjadi lebih terbuka terhadap ide-ide baru dan berani mengemukakan pendapat, namun di sisi lain, mereka juga berisiko kehilangan nilai-nilai lokal dan tradisional yang telah ada.

            Salah satu dampak negatif yang terlihat adalah ketergantungan pada media sosial dan teknologi digital. Banyak siswa mengalami kesulitan dalam membagi waktu antara belajar dan bermain, sehingga mempengaruhi motivasi dan konsentrasi mereka dalam proses pembelajaran. Penelitian menunjukkan bahwa ketergantungan pada game dan media sosial dapat mengganggu kemampuan siswa untuk fokus pada pelajaran, yang berdampak pada prestasi akademik mereka. Selain itu, ada juga penurunan dalam karakter dan moral siswa, seperti yang tercermin dalam indeks karakter yang menurun selama masa pandemi.

            Perubahan sikap siswa juga dapat dilihat dari preferensi mereka terhadap metode pembelajaran. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai pembelajaran tatap muka dibandingkan dengan pembelajaran daring, karena interaksi langsung dengan guru dan teman-teman dianggap lebih efektif dalam meningkatkan motivasi belajar. Namun, selama masa pandemi, banyak siswa yang mengalami kesulitan beradaptasi dengan pembelajaran jarak jauh, yang berkontribusi pada penurunan sikap positif terhadap pendidikan.

            Keterbatasan dalam implementasi kurikulum pendidikan di Indonesia menjadi salah satu tantangan yang signifikan dalam mencapai tujuan pendidikan yang berkualitas. Salah satu masalah utama adalah kurangnya pelatihan dan pengembangan profesional bagi guru. Banyak guru yang tidak mendapatkan akses yang memadai untuk mengikuti pelatihan yang relevan dengan kurikulum baru, sehingga mereka kesulitan dalam menerapkan metode pengajaran yang efektif. Hal ini mengakibatkan kurangnya pemahaman tentang materi yang harus diajarkan, serta cara-cara inovatif dalam menyampaikan pembelajaran kepada siswa.

            Selain itu, infrastruktur pendidikan yang tidak merata juga menjadi kendala besar. Di banyak daerah terpencil, fasilitas pendidikan seperti ruang kelas, perpustakaan, dan laboratorium sering kali tidak memadai. Kurangnya akses terhadap sumber daya ini membuat proses belajar mengajar menjadi tidak optimal dan membatasi kemampuan siswa untuk memahami materi secara mendalam. Keterbatasan sarana dan prasarana ini menciptakan kesenjangan kualitas pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan, di mana siswa di kota besar cenderung mendapatkan pendidikan yang lebih baik dibandingkan dengan rekan-rekan mereka di daerah terpencil.

            Sistem evaluasi yang tidak komprehensif juga menjadi tantangan dalam implementasi kurikulum. Banyak sekolah masih menggunakan metode penilaian tradisional yang fokus pada nilai akademis semata, tanpa mempertimbangkan aspek keterampilan sosial dan emosional siswa. Hal ini membuat siswa merasa tertekan untuk mencapai nilai tinggi, sementara pengembangan karakter dan keterampilan hidup mereka terabaikan. Selain itu, ketidakselarasan antara kurikulum dan kebutuhan dunia kerja modern juga menjadi permasalahan, di mana banyak materi pelajaran yang diajarkan tidak relevan dengan keterampilan yang dibutuhkan di pasar kerja saat ini.

 

PEMBAHASAN

            Pendidikan kewarganegaraan di Indonesia memiliki peran penting dalam mengatasi masalah globalisasi, khususnya dalam menghadapi pengaruh budaya asing yang semakin mendominasi. Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan memperkuat kurikulum pendidikan kewarganegaraan yang menekankan pada nilai-nilai budaya lokal dan identitas nasional. Menurut penelitian, pendidikan kewarganegaraan dapat meningkatkan kesadaran siswa tentang pentingnya menjaga dan melestarikan budaya Indonesia di tengah arus globalisasi yang membawa masuk berbagai budaya asing. Dengan pemahaman yang baik tentang nilai-nilai Pancasila dan kebudayaan lokal, siswa dapat lebih selektif dalam menerima unsur-unsur budaya asing dan mampu memfilter pengaruh negatif yang mungkin merusak budaya lokal.

            Selain itu, kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan keluarga juga diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pelestarian budaya lokal. Melalui seminar, kegiatan keagamaan, dan program komunitas, semua pihak dapat berkontribusi dalam membangun kesadaran akan pentingnya menjaga identitas nasional di tengah pengaruh budaya asing. engan demikian, pendidikan kewarganegaraan tidak hanya berfungsi sebagai sarana untuk mengajarkan hak dan kewajiban sebagai warga negara, tetapi juga sebagai pilar utama dalam melindungi dan mempromosikan budaya Indonesia di era globalisasi.

            Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di Indonesia memiliki peran krusial dalam mengatasi dampak globalisasi, terutama terkait kesenjangan sosial-ekonomi, kurangnya pemahaman isu global, perubahan nilai dan sikap siswa, serta keterbatasan implementasi kurikulum. Untuk mengatasi kesenjangan sosial dan ekonomi, PKn dapat menanamkan kesadaran tentang keadilan sosial dan pemerataan ekonomi melalui integrasi materi tentang hak-hak ekonomi dan kewajiban sosial dalam kurikulum. Materi ini dapat mencakup prinsip keadilan dalam Pancasila dan UUD 1945. Selain itu, pembelajaran berbasis proyek yang melibatkan siswa dalam studi kasus nyata, seperti kemiskinan atau akses layanan kesehatan, dapat membangun empati dan solusi kreatif. Kolaborasi dengan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) lokal juga dapat dilakukan sebagai bagian dari pembelajaran, sehingga siswa memahami pentingnya penguatan ekonomi kerakyatan.

            Untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap isu global, PKn perlu mengintegrasikan isu-isu global seperti perubahan iklim, hak asasi manusia (HAM), dan migrasi ke dalam materi pembelajaran dengan pendekatan studi kasus atau simulasi. Penggunaan teknologi digital, seperti platform kolaborasi internasional, dapat memfasilitasi dialog antar-siswa dari berbagai negara. Selain itu, mendorong partisipasi siswa dalam program-program global seperti Model United Nations atau pertukaran pelajar akan memperluas wawasan mereka tentang tantangan dan peluang yang dihadapi dunia saat ini.

            Perubahan nilai dan sikap siswa yang semakin individualis dan konsumtif akibat pengaruh globalisasi juga perlu disikapi dengan bijak. Penguatan pendidikan karakter berbasis Pancasila menjadi penting untuk menanamkan nilai-nilai gotong royong dan toleransi melalui kegiatan praktik, seperti diskusi kelompok dan kerja bakti. Pembelajaran kritis terhadap budaya asing dapat dilakukan dengan membandingkan nilai lokal dan global melalui analisis dampak media sosial terhadap identitas nasional. Selain itu, penggunaan metode pembelajaran aktif seperti role-play dan debat dapat melatih sikap demokratis serta tanggung jawab sosial siswa.

            Keterbatasan dalam implementasi kurikulum juga menjadi tantangan yang harus diatasi. Salah satu solusinya adalah dengan memberikan pelatihan guru berkelanjutan mengenai kurikulum PKn yang adaptif, termasuk penggunaan teknologi dan metode inovatif dalam pengajaran. Pembangunan infrastruktur pendidikan yang merata sangat diperlukan untuk mendukung pembelajaran berbasis isu global, termasuk akses internet dan perpustakaan digital di daerah terpencil. Terakhir, evaluasi holistik yang tidak hanya fokus pada aspek kognitif tetapi juga menilai keterampilan sosial dan sikap siswa harus diterapkan untuk menghasilkan generasi yang siap menghadapi tantangan global.

            Dengan demikian, PKn di Indonesia perlu berevolusi menjadi pendidikan yang inklusif, kontekstual, dan relevan dengan dinamika global. Kolaborasi antara pemerintah, sekolah, masyarakat, dan organisasi internasional sangat diperlukan untuk memperkuat kurikulum serta meningkatkan kapasitas guru. Dengan langkah-langkah ini, PKn dapat berfungsi sebagai fondasi untuk membentuk generasi muda yang tidak hanya cinta tanah air tetapi juga siap berkontribusi dalam masyarakat global yang adil dan berkelanjutan.

 

KESIMPULAN

Globalisasi membawa dampak signifikan bagi pendidikan kewarganegaraan di Indonesia. Arus informasi dan budaya asing yang deras menghadirkan tantangan dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan dan identitas nasional. Tantangan tersebut meliputi pengaruh budaya asing yang mengikis nilai lokal, kesenjangan sosial dan ekonomi yang membatasi akses pendidikan berkualitas, kurangnya pemahaman siswa tentang isu global, perubahan nilai dan sikap siswa akibat teknologi, serta keterbatasan implementasi kurikulum.

Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan penguatan kurikulum pendidikan kewarganegaraan dengan menekankan nilai-nilai budaya lokal dan identitas nasional. Pendidikan kewarganegaraan harus meningkatkan kesadaran siswa tentang pentingnya menjaga dan melestarikan budaya Indonesia di tengah globalisasi. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan keluarga juga krusial dalam menciptakan sistem pendidikan yang inklusif dan adaptif, sehingga generasi muda Indonesia dapat memiliki pemahaman yang baik tentang identitas nasional dan mampu berpartisipasi aktif dalam masyarakat global.

 

SARAN

Untuk mengatasi permasalahan ini, beberapa Langkah yang bisa dilakukan antara lain :

  •             Aktif dalam kegiatan Komunitas

Ikut serta dalam kegiatan yang mempromosikan nilai-nilai Pancasila, seperti diskusi, seminar, atau kegiatan sosial yang mempererat persatuan dan kesatuan.

  •             Manfaatkan Teknologi

Gunakan platform digital dan media sosial untuk menyebarkan informasi positif tentang kewarganegaraan dan nilai-nilai kebangsaan.

  •               Kembangkan Keterampilan

Tingkatkan kemampuan berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi agar mampu bersaing di era global.

DAFTAR PUSTAKA

Donny Ermawan T., M. (2017). Pengaruh Globalisasi terhadap Eksistensi Kebudayaan Daerah di Indonesia. Jurnal Kajian Lemhannas RI, 32(1), 1-54.

Abdul Basit, K. K. (2023). Dampak isu-isu global dalam perkembangan pendidikan kewarganegaraan di Indonesia. Jurnal Ilmiah Mimbar Demokrasi, 22(2), 174-180.

Rahmi Gustifal, W. W. (2024). Tantangan dan Strategi Implementasi Mata Pelajaran PPKn di Era Digital . JPBB: Jurnal Pendidikan, Bahasa dan Budaya, 3(3), 91-100.

Diana Rizky, N. l. (2024). KECENDERUNGAN GLOBAL DALAM PROSES PEMBELAJARAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DI SEKOLAH. JIPE : Jurnal Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 2(1), 67-68.

Ulvia Nur Azizah Baca artikel detikjogja, ". P.-p.-7.-p.-g.-m.-p.-a.-b.-c.-d.-d. (2024, September 6). 9 Pengertian Globalisasi Menurut Para Ahli Beserta Ciri dan Dampaknya Baca artikel detikjogja, "9 Pengertian Globalisasi Menurut Para Ahli Beserta Ciri dan Dampaknya" selengkapnya https://www.detik.com/jogja/kota-pelajar/d-7527217/9-pengertian-globalisas. Retrieved from detikJogja: https://www.detik.com/jogja/kota-pelajar/d-7527217/9-pengertian-globalisasi-menurut-para-ahli-beserta-ciri-dan-dampaknya

Grattia, M. (2023, April 5). Globalisasi Adalah: Pengertian Menurut Ahli, Penyebab, dan Dampak. Retrieved from detikEdu: https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6655870/globalisasi-adalah-pengertian-menurut-para-ahli-penyebab-dan-dampak

 

 

No comments:

Post a Comment

KUIS PERKULIAHAN 2 (14 MARET 2025)

KUIS : D25, D28, D30