Oleh: Ayska Putri Endri (D21)
Abstrak
Globalisasi telah membawa perubahan yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk Pendidikan kewarganegaraan di Indonesia.
Arus informasi dan teknologi yang deras telah mengubah lanskap sosial dan budaya, menciptakan tantangan baru dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan dan kewarganegaraan. Globalisasi telah menjadi fenomena yang signifikan dalam kehidupan masyarakat modern , termasuk di Indonesia, dan membawa dampak yang kompleks terhadap Pendidikan kewarganegaraan. Dalam konteks ini, Pendidikan kewarganegaraan berperan penting. Dalam membentuk identitas dan nilai-nilai masyarakat di Tengah arus globalisasi yang terus berkembang.
Artikel
ini membahas tantangan yang dihadapi pendidikan kewarganearaan di Indonesia akibat
globalisasi, serta strategi untuk menghadapinya. Globalisasi telah meningkatkan
akses dan kualitas Pendidikan di Indonesia, namun juga menciptakan kesenjangan
antara kelompok masyarakat yang mampu dan tidak mampu. Tantangan lain muncul
dari kurangnya interkasi Pendidikan kewarganegaraan global dalam kurikulum.
Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan kolaboratif dari pemerintah, lembaga
pendidikan, dan masyarakat untuk menciptakan sistem pendidikan yang inklusif
dan adaptif.
Kata
Kunci :
Masyarakat, Globalisasi, Informasi, Teknologi, Budaya, Pendidikan
Kewarganegaraan
Pendahuluan
Globalisasi adalah integrasi
internasional yang melibatkan banyak hal seperti pandangan dunia, pemikiran,
aspek-aspek budaya, dan sebagainya. Proses globalisasi juga didukung oleh
kemajuan teknologi informasi, komunikasi, transportasi, sebagai contoh internet
dan alat elektronik, yang mempercepat pengetahuan atau interaksi antar
individu, kelompok, maupun negara di seluruh dunia. Menurut Martha Grattia
dalam
Sedangkan menurut Tomlinson melihat
globalisasi sebagai proses penyusutan jarak dan waktu dalam menjalankan
berbagai aktivitas. Teknologi memainkan peran penting dalam mempermudah
interaksi, baik secara fisik melalui perjalanan, maupun secara virtual melalui
media elektronik. Lyman menambahkan bahwa globalisasi sering dipandang sebagai
pertumbuhan interdependensi yang cepat dalam perdagangan dan keuangan. Namun,
ia menegaskan bahwa globalisasi tidak hanya terbatas pada ekonomi, tetapi juga
mencakup tren lain seperti globalisasi komunikasi yang difasilitasi oleh
kemajuan teknologi. Ini mempercepat perubahan sosial dan kesadaran global,
membuat dunia semakin kecil dan terhubung.
Perubahan kurikulum di Indonesia,
Khususnya dalam pendidikan kewarganegaraan sangat penting dalam konteks
globalisasi yang semakin berkembang. Globalisasi telah membawa dampak
signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan, dan memaksa
sistem pendidikan untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman. Menurut Anthony
Giddens, globalisasi adalah peristiwa di lokasi yang berbeda, sehingga
perubahan di satu tempat dapat mempengaruhi tempat lain. Dalam hal ini,
pendidikan kewarganegaraan harus mampu menanamkan nilai-nilai kebangsaan sambil
juga membekali siswa dengan pemahaman tentang isu-isu global.
Ahli
pendidikan seperti Selo Soemardjan menekankan bahwa sistem pendidikan harus
responsif terhadap perubahan sosial dan budaya yang terjadi akibat globalisasi.
Oleh karena itu, integrasi perspektif global dalam kurikulum Pendidikan
Kewarganegaraan tidak hanya menjadi sebuah kebutuhan, tetapi juga suatu
keharusan untuk mempersiapkan generasi muda yang kompeten dan bertanggung jawab
dalam menghadapi tantangan global. Dengan demikian, perubahan kurikulum ini
diharapkan dapat menciptakan individu yang tidak hanya memahami identitas
nasional, tetapi juga memiliki kesadaran global yang tinggi.
Globalisasi
telah menjadi tantangan signifikan bagi pendidikan kewarganegaraan di
Indonesia, terutama dalam konteks pembentukan karakter dan identitas nasional.
Dalam era global yang ditandai oleh arus informasi yang cepat dan interaksi
antarbudaya yang intens, nilai-nilai lokal dan tradisional sering kali terancam
oleh budaya asing yang lebih dominan. Menurut Bakhtiar, pengaruh negatif dari
globalisasi dapat mengakibatkan penurunan rasa nasionalisme dan cinta terhadap
tanah air di kalangan generasi muda. Selain itu, kemajuan teknologi informasi
menciptakan tantangan dalam menyaring informasi yang beragam, di mana siswa
perlu dilatih untuk kritis dalam mengevaluasi sumber informasi yang mereka
terima. Hal ini menuntut pendidikan kewarganegaraan untuk tidak hanya
mengajarkan pengetahuan tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara, tetapi
juga membekali siswa dengan keterampilan untuk beradaptasi dan berpartisipasi
aktif dalam masyarakat global.
PERMASALAHAN
Pengaruh budaya asing di Indonesia
merupakan fenomena yang semakin terasa, terutama dalam konteks globalisasi yang
pesat. Masuknya budaya asing, terutama dari negara-negara Barat, telah membawa
perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Salah satu
dampak paling nyata adalah dalam industri musik, di mana aliran musik Barat
seperti pop, rock, dan hip-hop menjadi sangat populer di kalangan masyarakat
Indonesia. Banyak lagu-lagu Barat yang mendominasi tangga lagu dan sering
diputar di stasiun radio, menciptakan tren baru yang menggeser musik
tradisional dan lokal. Hal ini menunjukkan bagaimana budaya asing dapat
mempengaruhi selera dan preferensi masyarakat, terutama generasi muda.
Selain itu, pengaruh budaya asing
juga terlihat dalam industri film dan televisi. Film-film Hollywood dan acara
televisi barat sering kali menjadi pilihan utama bagi penonton Indonesia,
sering kali mengalahkan produksi lokal dalam hal popularitas. Fenomena ini
tidak hanya mencerminkan selera hiburan masyarakat, tetapi juga berpotensi
menggeser nilai-nilai dan norma yang ada dalam budaya lokal. Dengan
meningkatnya konsumsi media asing, ada kekhawatiran bahwa generasi muda akan
lebih terpapar pada nilai-nilai yang tidak sejalan dengan kearifan lokal.
Dalam hal gaya hidup, masyarakat
Indonesia semakin banyak mengadopsi kebiasaan-kebiasaan dari budaya asing.
Misalnya, makanan cepat saji seperti burger dan pizza telah menjadi bagian dari
pola makan sehari-hari masyarakat. Begitu pula dengan fashion, di mana banyak
orang lebih memilih mengenakan pakaian dengan gaya Barat daripada busana
tradisional. Perubahan ini menunjukkan bahwa budaya asing tidak hanya
mempengaruhi preferensi konsumsi tetapi juga cara hidup sehari-hari.
Namun, meskipun ada dampak positif
dari masuknya budaya asing, seperti peningkatan kreativitas dan akses terhadap
informasi global, tantangan tetap ada. Hilangnya nilai-nilai budaya lokal dan
identitas bangsa menjadi salah satu perhatian utama. Generasi muda yang lebih
terpapar pada budaya asing berisiko kehilangan koneksi dengan warisan budaya
mereka sendiri. Oleh karena itu, penting untuk menemukan keseimbangan antara
menerima pengaruh positif dari budaya asing dan tetap melestarikan serta
menghargai budaya lokal yang telah ada sejak lama.
Kesenjangan sosial dan ekonomi di
Indonesia menjadi salah satu tantangan utama dalam dunia pendidikan. Hal ini
disebabkan oleh berbagai faktor yang saling terkait, yang mengakibatkan
perbedaan akses dan kualitas pendidikan bagi siswa dari latar belakang sosial
ekonomi yang berbeda. Salah satu permasalahan utama adalah akses yang terbatas
terhadap pendidikan berkualitas. Anak-anak dari keluarga miskin sering kali
menghadapi kesulitan dalam mendapatkan pendidikan yang memadai, baik karena
biaya yang tinggi maupun karena lokasi sekolah yang sulit dijangkau. Banyak
daerah terpencil yang tidak memiliki sekolah yang layak, sehingga anak-anak di
wilayah tersebut terpaksa putus sekolah atau tidak dapat melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi.
Selain
itu, kurangnya infrastruktur pendidikan juga menjadi masalah signifikan.
Sekolah-sekolah di daerah miskin sering kali tidak mendapatkan perhatian dan
investasi yang cukup dari pemerintah, sehingga fasilitas pendidikan seperti
ruang kelas, perpustakaan, dan laboratorium sangat minim. Hal ini menciptakan
lingkungan belajar yang tidak kondusif dan menghambat perkembangan potensi
siswa. Ketidakmerataan dalam penyediaan sumber daya pendidikan juga menciptakan
kesenjangan dalam kualitas pengajaran, di mana siswa di daerah kaya memiliki
akses ke guru berkualitas tinggi, sementara siswa di daerah miskin sering kali
diajar oleh guru yang kurang berpengalaman atau tidak terlatih.
Ketidaksetaraan kesempatan juga
merupakan dampak dari kesenjangan sosial dan ekonomi. Siswa dari keluarga
berpenghasilan rendah lebih mungkin menghadapi tantangan finansial yang
signifikan ketika mencoba melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Biaya pendidikan, termasuk biaya buku, seragam, dan transportasi, sering kali
menjadi hambatan utama bagi mereka. Hal ini menciptakan siklus kemiskinan yang
sulit diputus, di mana generasi muda tidak memiliki kesempatan untuk
meningkatkan kualitas hidup mereka melalui pendidikan.
Kurangnya pemahaman tentang isu
global di kalangan siswa di Indonesia menjadi salah satu tantangan utama dalam
pendidikan kewarganegaraan. Dalam konteks globalisasi, di mana informasi dan
peristiwa dari seluruh dunia dapat diakses dengan mudah, penting bagi generasi
muda untuk memiliki kesadaran dan pemahaman yang mendalam mengenai isu-isu
global yang mempengaruhi kehidupan mereka. Namun, banyak siswa yang masih minim
pengetahuan tentang isu-isu tersebut, seperti perubahan iklim, kemiskinan, dan
konflik internasional. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk
kurangnya integrasi materi tentang isu global dalam kurikulum pendidikan
kewarganegaraan.
Pendidikan kewarganegaraan
seharusnya tidak hanya fokus pada aspek lokal atau nasional, tetapi juga harus
mencakup pembelajaran tentang hubungan antarnegara dan dampak dari isu global
terhadap masyarakat. Menurut penelitian, pendidikan yang mengedepankan
pemahaman isu-isu global dapat membantu siswa untuk berpikir kritis dan
analitis dalam menanggapi berbagai tantangan yang ada di dunia. Namun,
kurangnya sumber daya dan informasi yang relevan serta keterampilan berpikir
kritis di kalangan siswa menjadi hambatan dalam mencapai tujuan tersebut.
Selain itu, keterbatasan pelatihan
bagi guru dalam mengajarkan isu-isu global juga berkontribusi pada kurangnya
pemahaman siswa. Guru yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang
isu-isu global mungkin kesulitan untuk menyampaikan materi dengan efektif,
sehingga siswa tidak mendapatkan gambaran yang jelas tentang pentingnya
memahami konteks global. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan
kapasitas guru serta memperkaya kurikulum pendidikan kewarganegaraan dengan
materi yang relevan dan menarik.
Perubahan nilai dan sikap siswa di
Indonesia merupakan fenomena yang signifikan, terutama dalam konteks pendidikan
kewarganegaraan. Dalam era globalisasi dan perkembangan teknologi yang pesat,
siswa sering kali terpapar pada berbagai nilai dan norma dari budaya asing. Hal
ini dapat menyebabkan perubahan positif maupun negatif dalam sikap dan perilaku
mereka. Misalnya, siswa mungkin menjadi lebih terbuka terhadap ide-ide baru dan
berani mengemukakan pendapat, namun di sisi lain, mereka juga berisiko kehilangan
nilai-nilai lokal dan tradisional yang telah ada.
Salah satu dampak negatif yang
terlihat adalah ketergantungan pada media sosial dan teknologi digital. Banyak
siswa mengalami kesulitan dalam membagi waktu antara belajar dan bermain,
sehingga mempengaruhi motivasi dan konsentrasi mereka dalam proses pembelajaran.
Penelitian menunjukkan bahwa ketergantungan pada game dan media sosial dapat
mengganggu kemampuan siswa untuk fokus pada pelajaran, yang berdampak pada
prestasi akademik mereka. Selain itu, ada juga penurunan dalam karakter dan
moral siswa, seperti yang tercermin dalam indeks karakter yang menurun selama
masa pandemi.
Perubahan sikap siswa juga dapat
dilihat dari preferensi mereka terhadap metode pembelajaran. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai pembelajaran tatap muka
dibandingkan dengan pembelajaran daring, karena interaksi langsung dengan guru
dan teman-teman dianggap lebih efektif dalam meningkatkan motivasi belajar.
Namun, selama masa pandemi, banyak siswa yang mengalami kesulitan beradaptasi
dengan pembelajaran jarak jauh, yang berkontribusi pada penurunan sikap positif
terhadap pendidikan.
Keterbatasan dalam implementasi
kurikulum pendidikan di Indonesia menjadi salah satu tantangan yang signifikan
dalam mencapai tujuan pendidikan yang berkualitas. Salah satu masalah utama
adalah kurangnya pelatihan dan pengembangan profesional bagi guru. Banyak guru
yang tidak mendapatkan akses yang memadai untuk mengikuti pelatihan yang
relevan dengan kurikulum baru, sehingga mereka kesulitan dalam menerapkan
metode pengajaran yang efektif. Hal ini mengakibatkan kurangnya pemahaman
tentang materi yang harus diajarkan, serta cara-cara inovatif dalam
menyampaikan pembelajaran kepada siswa.
Selain itu, infrastruktur pendidikan
yang tidak merata juga menjadi kendala besar. Di banyak daerah terpencil,
fasilitas pendidikan seperti ruang kelas, perpustakaan, dan laboratorium sering
kali tidak memadai. Kurangnya akses terhadap sumber daya ini membuat proses
belajar mengajar menjadi tidak optimal dan membatasi kemampuan siswa untuk
memahami materi secara mendalam. Keterbatasan sarana dan prasarana ini
menciptakan kesenjangan kualitas pendidikan antara daerah perkotaan dan
pedesaan, di mana siswa di kota besar cenderung mendapatkan pendidikan yang
lebih baik dibandingkan dengan rekan-rekan mereka di daerah terpencil.
Sistem evaluasi yang tidak
komprehensif juga menjadi tantangan dalam implementasi kurikulum. Banyak
sekolah masih menggunakan metode penilaian tradisional yang fokus pada nilai
akademis semata, tanpa mempertimbangkan aspek keterampilan sosial dan emosional
siswa. Hal ini membuat siswa merasa tertekan untuk mencapai nilai tinggi,
sementara pengembangan karakter dan keterampilan hidup mereka terabaikan. Selain
itu, ketidakselarasan antara kurikulum dan kebutuhan dunia kerja modern juga
menjadi permasalahan, di mana banyak materi pelajaran yang diajarkan tidak
relevan dengan keterampilan yang dibutuhkan di pasar kerja saat ini.
PEMBAHASAN
Pendidikan kewarganegaraan di
Indonesia memiliki peran penting dalam mengatasi masalah globalisasi, khususnya
dalam menghadapi pengaruh budaya asing yang semakin mendominasi. Salah satu
cara untuk melakukannya adalah dengan memperkuat kurikulum pendidikan
kewarganegaraan yang menekankan pada nilai-nilai budaya lokal dan identitas
nasional. Menurut penelitian, pendidikan kewarganegaraan dapat meningkatkan
kesadaran siswa tentang pentingnya menjaga dan melestarikan budaya Indonesia di
tengah arus globalisasi yang membawa masuk berbagai budaya asing. Dengan
pemahaman yang baik tentang nilai-nilai Pancasila dan kebudayaan lokal, siswa
dapat lebih selektif dalam menerima unsur-unsur budaya asing dan mampu
memfilter pengaruh negatif yang mungkin merusak budaya lokal.
Selain itu, kolaborasi antara
pemerintah, masyarakat, dan keluarga juga diperlukan untuk menciptakan
lingkungan yang mendukung pelestarian budaya lokal. Melalui seminar, kegiatan
keagamaan, dan program komunitas, semua pihak dapat berkontribusi dalam
membangun kesadaran akan pentingnya menjaga identitas nasional di tengah
pengaruh budaya asing. engan demikian, pendidikan kewarganegaraan tidak hanya
berfungsi sebagai sarana untuk mengajarkan hak dan kewajiban sebagai warga
negara, tetapi juga sebagai pilar utama dalam melindungi dan mempromosikan
budaya Indonesia di era globalisasi.
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di
Indonesia memiliki peran krusial dalam mengatasi dampak globalisasi, terutama
terkait kesenjangan sosial-ekonomi, kurangnya pemahaman isu global, perubahan
nilai dan sikap siswa, serta keterbatasan implementasi kurikulum. Untuk
mengatasi kesenjangan sosial dan ekonomi, PKn dapat menanamkan kesadaran
tentang keadilan sosial dan pemerataan ekonomi melalui integrasi materi tentang
hak-hak ekonomi dan kewajiban sosial dalam kurikulum. Materi ini dapat mencakup
prinsip keadilan dalam Pancasila dan UUD 1945. Selain itu, pembelajaran
berbasis proyek yang melibatkan siswa dalam studi kasus nyata, seperti
kemiskinan atau akses layanan kesehatan, dapat membangun empati dan solusi
kreatif. Kolaborasi dengan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) lokal juga
dapat dilakukan sebagai bagian dari pembelajaran, sehingga siswa memahami
pentingnya penguatan ekonomi kerakyatan.
Untuk meningkatkan pemahaman siswa
terhadap isu global, PKn perlu mengintegrasikan isu-isu global seperti
perubahan iklim, hak asasi manusia (HAM), dan migrasi ke dalam materi
pembelajaran dengan pendekatan studi kasus atau simulasi. Penggunaan teknologi
digital, seperti platform kolaborasi internasional, dapat memfasilitasi dialog
antar-siswa dari berbagai negara. Selain itu, mendorong partisipasi siswa dalam
program-program global seperti Model United Nations atau pertukaran pelajar
akan memperluas wawasan mereka tentang tantangan dan peluang yang dihadapi
dunia saat ini.
Perubahan nilai dan sikap siswa yang
semakin individualis dan konsumtif akibat pengaruh globalisasi juga perlu
disikapi dengan bijak. Penguatan pendidikan karakter berbasis Pancasila menjadi
penting untuk menanamkan nilai-nilai gotong royong dan toleransi melalui
kegiatan praktik, seperti diskusi kelompok dan kerja bakti. Pembelajaran kritis
terhadap budaya asing dapat dilakukan dengan membandingkan nilai lokal dan
global melalui analisis dampak media sosial terhadap identitas nasional. Selain
itu, penggunaan metode pembelajaran aktif seperti role-play dan debat dapat
melatih sikap demokratis serta tanggung jawab sosial siswa.
Keterbatasan dalam implementasi
kurikulum juga menjadi tantangan yang harus diatasi. Salah satu solusinya
adalah dengan memberikan pelatihan guru berkelanjutan mengenai kurikulum PKn
yang adaptif, termasuk penggunaan teknologi dan metode inovatif dalam pengajaran.
Pembangunan infrastruktur pendidikan yang merata sangat diperlukan untuk
mendukung pembelajaran berbasis isu global, termasuk akses internet dan
perpustakaan digital di daerah terpencil. Terakhir, evaluasi holistik yang
tidak hanya fokus pada aspek kognitif tetapi juga menilai keterampilan sosial
dan sikap siswa harus diterapkan untuk menghasilkan generasi yang siap
menghadapi tantangan global.
Dengan demikian, PKn di Indonesia
perlu berevolusi menjadi pendidikan yang inklusif, kontekstual, dan relevan
dengan dinamika global. Kolaborasi antara pemerintah, sekolah, masyarakat, dan
organisasi internasional sangat diperlukan untuk memperkuat kurikulum serta
meningkatkan kapasitas guru. Dengan langkah-langkah ini, PKn dapat berfungsi
sebagai fondasi untuk membentuk generasi muda yang tidak hanya cinta tanah air
tetapi juga siap berkontribusi dalam masyarakat global yang adil dan
berkelanjutan.
KESIMPULAN
Globalisasi
membawa dampak signifikan bagi pendidikan kewarganegaraan di Indonesia. Arus
informasi dan budaya asing yang deras menghadirkan tantangan dalam menanamkan
nilai-nilai kebangsaan dan identitas nasional. Tantangan tersebut meliputi
pengaruh budaya asing yang mengikis nilai lokal, kesenjangan sosial dan ekonomi
yang membatasi akses pendidikan berkualitas, kurangnya pemahaman siswa tentang
isu global, perubahan nilai dan sikap siswa akibat teknologi, serta
keterbatasan implementasi kurikulum.
Untuk
mengatasi tantangan ini, diperlukan penguatan kurikulum pendidikan
kewarganegaraan dengan menekankan nilai-nilai budaya lokal dan identitas
nasional. Pendidikan kewarganegaraan harus meningkatkan kesadaran siswa tentang
pentingnya menjaga dan melestarikan budaya Indonesia di tengah globalisasi.
Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan keluarga juga krusial dalam
menciptakan sistem pendidikan yang inklusif dan adaptif, sehingga generasi muda
Indonesia dapat memiliki pemahaman yang baik tentang identitas nasional dan
mampu berpartisipasi aktif dalam masyarakat global.
SARAN
Untuk
mengatasi permasalahan ini, beberapa Langkah yang bisa dilakukan antara lain :
- Aktif
dalam kegiatan Komunitas
Ikut
serta dalam kegiatan yang mempromosikan nilai-nilai Pancasila, seperti diskusi,
seminar, atau kegiatan sosial yang mempererat persatuan dan kesatuan.
- Manfaatkan
Teknologi
Gunakan
platform digital dan media sosial untuk menyebarkan informasi positif tentang
kewarganegaraan dan nilai-nilai kebangsaan.
- Kembangkan
Keterampilan
Tingkatkan
kemampuan berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi agar mampu
bersaing di era global.
DAFTAR PUSTAKA
Donny Ermawan T., M. (2017). Pengaruh Globalisasi terhadap
Eksistensi Kebudayaan Daerah di Indonesia. Jurnal Kajian Lemhannas RI,
32(1), 1-54.
Abdul Basit, K.
K. (2023). Dampak isu-isu global dalam perkembangan pendidikan
kewarganegaraan di Indonesia. Jurnal Ilmiah Mimbar Demokrasi, 22(2),
174-180.
Rahmi Gustifal,
W. W. (2024). Tantangan dan Strategi Implementasi Mata Pelajaran PPKn di Era
Digital . JPBB: Jurnal Pendidikan, Bahasa dan Budaya, 3(3), 91-100.
Diana Rizky, N.
l. (2024). KECENDERUNGAN GLOBAL DALAM PROSES PEMBELAJARAN PANCASILA DAN
KEWARGANEGARAAN DI SEKOLAH. JIPE : Jurnal Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah, 2(1), 67-68.
Ulvia Nur Azizah
Baca artikel detikjogja, ". P.-p.-7.-p.-g.-m.-p.-a.-b.-c.-d.-d. (2024,
September 6). 9 Pengertian Globalisasi Menurut Para Ahli Beserta Ciri dan
Dampaknya Baca artikel detikjogja, "9 Pengertian Globalisasi Menurut
Para Ahli Beserta Ciri dan Dampaknya" selengkapnya
https://www.detik.com/jogja/kota-pelajar/d-7527217/9-pengertian-globalisas.
Retrieved from detikJogja:
https://www.detik.com/jogja/kota-pelajar/d-7527217/9-pengertian-globalisasi-menurut-para-ahli-beserta-ciri-dan-dampaknya
Grattia, M.
(2023, April 5). Globalisasi Adalah: Pengertian Menurut Ahli, Penyebab,
dan Dampak. Retrieved from detikEdu:
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6655870/globalisasi-adalah-pengertian-menurut-para-ahli-penyebab-dan-dampak
No comments:
Post a Comment