Wednesday, May 14, 2025

Gagasan Marxist dalam Nasionalisme Awal: Relevansi dan Kontroversi

Oleh :  Eka Tama Dzikrullah (D49)

Abstrak

Artikel ini membahas hubungan antara gagasan Marxist dan nasionalisme awal, suatu topik yang secara historis menimbulkan banyak perdebatan. Nasionalisme sering dianggap sebagai fenomena borjuis yang bertentangan dengan cita-cita internasionalisme proletar dalam ajaran Marx.

Namun, kenyataannya, banyak gerakan nasional di awal abad ke-20 justru menggunakan landasan pemikiran Marxist untuk membingkai perjuangan kemerdekaan mereka dari kolonialisme. Tulisan ini mengupas relevansi gagasan Marxist dalam pembentukan nasionalisme awal di berbagai negara kolonial serta kontroversi yang menyertainya. Dengan pendekatan historis dan analitis, artikel ini menyoroti bagaimana ide-ide Marx diadopsi, disesuaikan, atau bahkan ditentang oleh berbagai tokoh dan gerakan nasionalis.

Kata Kunci

Marxisme, Nasionalisme, Anti-Kolonialisme, Internasionalisme, Ideologi, Revolusi Sosial

Pendahuluan

Gagasan Marxist dan nasionalisme tampaknya merupakan dua konsep yang bertolak belakang. Marx dan Engels dalam The Communist Manifesto secara eksplisit menyerukan penghapusan batas-batas nasional dalam rangka menyatukan kaum proletar dunia. Namun, sejarah membuktikan bahwa banyak gerakan nasional justru mengadopsi gagasan Marxist sebagai alat perjuangan. Hal ini menimbulkan pertanyaan mendasar: bagaimana ideologi yang berakar pada internasionalisme dapat menjadi fondasi bagi gerakan nasional yang cenderung partikular?

Di berbagai belahan dunia, terutama di negara-negara yang berada di bawah penjajahan, gagasan Marxist digunakan untuk memobilisasi rakyat dalam melawan kolonialisme. Tokoh-tokoh seperti Ho Chi Minh di Vietnam, Amílcar Cabral di Guinea-Bissau, dan Tan Malaka di Indonesia adalah contoh nyata dari sinkretisasi ide-ide Marxist dalam perjuangan nasional. Fenomena ini menimbulkan diskursus akademik yang menarik: apakah nasionalisme awal yang dipengaruhi Marxisme tetap dapat disebut sebagai nasionalisme dalam pengertian klasik, atau justru merupakan bentuk lain dari perjuangan kelas yang dibungkus secara kultural?


Permasalahan

Permasalahan utama yang ingin dijawab dalam artikel ini adalah:

  1. Bagaimana gagasan Marxist diintegrasikan dalam gerakan nasionalisme awal?

  2. Apa relevansi penggunaan Marxisme dalam konteks perjuangan anti-kolonial?

  3. Apa saja kontroversi yang muncul dari penggunaan Marxisme dalam kerangka nasionalisme?

Pembahasan

1. Marxisme dan Pandangan tentang Nasionalisme

Dalam tradisi Marxis klasik, nasionalisme dipandang sebagai produk dari perkembangan kapitalisme, khususnya kebutuhan borjuasi nasional untuk membentuk pasar tunggal. Oleh karena itu, nasionalisme dalam konteks negara kapitalis maju dianggap sebagai ideologi borjuis yang membagi kelas pekerja dunia. Namun, Marx dan Engels juga menyatakan bahwa di negara-negara tertindas, seperti Polandia atau Irlandia pada masa itu, perjuangan nasional dapat memiliki arti progresif karena dapat mempercepat keruntuhan kekuasaan imperial.

Lenin kemudian memperluas pemikiran ini dengan menyatakan bahwa bangsa-bangsa yang terjajah memiliki hak untuk menentukan nasib sendiri. Dalam tulisannya “The Right of Nations to Self-Determination”, Lenin menegaskan bahwa perjuangan nasional dapat menjadi bagian dari perjuangan revolusioner global jika dipimpin oleh kelas proletar atau petani miskin.

2. Nasionalisme Anti-Kolonial dan Pengaruh Marxist

Gerakan nasional di Asia, Afrika, dan Amerika Latin pada abad ke-20 banyak yang terinspirasi oleh Marxisme, bukan hanya sebagai teori ekonomi, tetapi juga sebagai panduan praksis revolusi. Dalam konteks kolonial, kelas borjuis sering kali belum berkembang, sehingga kaum intelektual radikal dan petani memainkan peran utama.

  • Di Vietnam, Ho Chi Minh menyatukan Marxisme-Leninisme dengan semangat nasionalisme Vietnam untuk melawan penjajahan Prancis dan kemudian Amerika Serikat.

  • Di Indonesia, Tan Malaka menggabungkan gagasan kebangsaan dengan cita-cita internasionalisme proletar. Baginya, perjuangan melawan kolonialisme Belanda adalah bagian dari perjuangan kelas global.

  • Di Afrika, tokoh seperti Kwame Nkrumah dan Amílcar Cabral menerapkan ajaran Marxist dalam strategi pembebasan nasional, dengan menekankan pentingnya kesadaran kelas dalam perjuangan nasional.

3. Relevansi Gagasan Marxist dalam Nasionalisme Awal

Relevansi Marxisme dalam konteks nasionalisme awal dapat dilihat dari beberapa aspek:

  • Analisis Kelas: Marxisme memberikan alat analisis yang tajam terhadap struktur kolonial yang eksploitatif, mempermudah identifikasi aktor-aktor utama dalam perjuangan.

  • Solidaritas Internasional: Walau bertolak dari konteks lokal, banyak gerakan nasional melihat perjuangannya sebagai bagian dari revolusi global.

  • Transformasi Sosial: Marxisme tidak hanya mengusulkan kemerdekaan politik, tetapi juga transformasi ekonomi dan sosial, seperti reforma agraria dan nasionalisasi industri.

4. Kontroversi: Nasionalisme vs Internasionalisme

Meski terdapat integrasi yang produktif antara nasionalisme dan Marxisme, ketegangan ideologis tetap muncul:

  • Pertentangan Teoritis: Kaum ortodoks Marxist sering menilai bahwa nasionalisme adalah bentuk ideologi borjuis yang dapat mengaburkan kesadaran kelas.

  • Pragmatisme Politik: Di banyak kasus, gagasan Marxist disesuaikan dengan kebutuhan lokal, yang membuatnya kehilangan watak revolusioner universalnya.

  • Pergeseran Fokus: Setelah kemerdekaan, banyak partai yang awalnya Marxist-nasionalis menjadi otoriter dan terputus dari cita-cita kelas pekerja.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Gagasan Marxist dalam nasionalisme awal memiliki relevansi yang besar terutama dalam konteks perjuangan anti-kolonial. Marxisme memberikan kerangka teoritis dan strategis untuk melawan imperialisme dan membangun solidaritas rakyat tertindas. Namun, integrasi ini juga tidak lepas dari kontroversi, baik secara teoretis maupun praktis. Dalam banyak kasus, nasionalisme yang dipengaruhi Marxisme harus menyesuaikan diri dengan kondisi lokal, yang terkadang menyebabkan distorsi terhadap ajaran Marx asli.

Saran

Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk memahami dinamika antara ideologi global seperti Marxisme dan konteks lokal seperti nasionalisme. Kajian interdisipliner yang melibatkan sejarah, sosiologi, dan ilmu politik dapat memperkaya pemahaman kita tentang fenomena ini. Selain itu, penting untuk mengkaji ulang warisan tokoh-tokoh nasionalis-Marxis guna menemukan kembali relevansi mereka dalam dunia pascakolonial yang masih diwarnai ketimpangan global.

Daftar Pustaka

  • Anderson, Benedict. Imagined Communities: Reflections on the Origin and Spread of Nationalism. London: Verso, 1983.

  • Cabral, Amílcar. Revolution in Guinea: Selected Texts. New York: Monthly Review Press, 1969.

  • Lenin, V.I. The Right of Nations to Self-Determination. Moscow: Progress Publishers, 1970.

  • Malaka, Tan. Madilog: Materialisme, Dialektika, Logika. Jakarta: Narasi, 2009.

  • Marx, Karl, dan Friedrich Engels. The Communist Manifesto. New York: International Publishers, 1948.

  • Nkrumah, Kwame. Neo-Colonialism: The Last Stage of Imperialism. London: Thomas Nelson & Sons, 1965.

  • Smith, Anthony D. Nationalism and Modernism. London: Routledge, 1998.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

KUIS 13-2 (11 JULI 2025) SUSULAN

 D04,D05,D07,D09,D16,D18,D20,D46,D47