Oleh : Haekal Fahmi (D47)
Abstrak
Artikel ini membahas kontribusi dua organisasi Islam terbesar di Indonesia, yaitu Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, dalam membentuk identitas bangsa Indonesia. Sebagai organisasi keagamaan yang telah berdiri sejak sebelum kemerdekaan, NU dan Muhammadiyah tidak hanya berperan dalam bidang keagamaan, tetapi juga pendidikan, sosial, dan kebangsaan.
Melalui pendekatan yang berbeda, keduanya telah memperkuat nilai-nilai Islam yang moderat, toleran, dan nasionalis. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan telaah pustaka dari sumber-sumber relevan. Hasilnya menunjukkan bahwa NU dan Muhammadiyah telah menjadi pilar penting dalam mengembangkan watak bangsa yang religius, pluralis, dan cinta tanah air.Kata Kunci: NU, Muhammadiyah, Identitas Bangsa, Islam Moderat, Nasionalisme
Pendahuluan
Indonesia sebagai negara yang pluralistik dengan beragam agama, suku, dan budaya memerlukan fondasi identitas nasional yang kuat. Salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan identitas bangsa adalah peran organisasi kemasyarakatan, khususnya yang berbasis keagamaan. Dalam konteks ini, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah memainkan peran strategis. Keduanya bukan hanya organisasi keagamaan, tetapi juga aktor sosial-politik dan pendidikan yang memiliki kontribusi signifikan dalam membentuk karakter bangsa.
Permasalahan
Permasalahan yang dikaji dalam artikel ini adalah:
1. Bagaimana sejarah dan latar belakang berdirinya NU dan Muhammadiyah?
2. Apa saja kontribusi NU dan Muhammadiyah dalam bidang pendidikan, sosial, dan kebangsaan?
3. Bagaimana peran keduanya dalam membentuk identitas bangsa Indonesia di tengah tantangan globalisasi dan radikalisme?
Pembahasan
1. Sejarah dan Latar Belakang NU dan Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada 18 November 1912 di Yogyakarta. Organisasi ini bertujuan untuk memurnikan ajaran Islam dari praktik-praktik yang dianggap bid’ah, khurafat, dan takhayul. Muhammadiyah mengusung pendekatan rasional dan modern dalam memahami Islam, termasuk dalam bidang pendidikan dan kesehatan.
Nahdlatul Ulama (NU) berdiri pada 31 Januari 1926 di Surabaya oleh KH. Hasyim Asy’ari. NU lahir sebagai reaksi atas berkembangnya modernisme Islam yang dianggap mengabaikan tradisi lokal. NU mengedepankan Islam tradisionalis yang menghargai warisan ulama salaf dan kearifan lokal.
Perbedaan pendekatan ini tidak menjadikan keduanya bertentangan, melainkan memperkaya khazanah pemikiran Islam di Indonesia dan menjadi fondasi kuat dalam membentuk identitas nasional yang majemuk.
2. Peran NU dan Muhammadiyah dalam Pendidikan
Kedua organisasi ini berperan penting dalam bidang pendidikan. Muhammadiyah mendirikan ribuan sekolah, mulai dari TK hingga perguruan tinggi, seperti Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Universitas Muhammadiyah Malang. Pendidikan Muhammadiyah menekankan ilmu pengetahuan modern dan nilai-nilai Islam progresif.
NU melalui jaringan pesantrennya mengembangkan pendidikan Islam berbasis tradisional. Selain itu, NU juga mendirikan lembaga formal seperti Ma’arif NU dan Universitas Nahdlatul Ulama. Pendidikan ala NU menekankan pada akhlak, toleransi, dan ketaatan terhadap ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah.
Kedua sistem pendidikan ini telah mencetak jutaan kader bangsa yang religius, nasionalis, dan siap berkontribusi dalam pembangunan.
3. Peran Sosial dan Kemanusiaan
Muhammadiyah dan NU sangat aktif dalam pelayanan sosial. Muhammadiyah memiliki rumah sakit dan klinik yang tersebar di seluruh Indonesia. Lembaga seperti Lazismu berkontribusi besar dalam pengelolaan zakat dan penanggulangan bencana.
NU melalui NU Care-LAZISNU juga aktif dalam kegiatan sosial seperti bantuan bencana, pendidikan anak yatim, dan program kesehatan. Kegiatan sosial ini menunjukkan Islam sebagai rahmat bagi semesta alam.
Peran sosial ini memperkuat solidaritas antarwarga negara dan memperkuat kohesi sosial bangsa Indonesia.
4. Peran dalam Kebangsaan dan Politik
Keduanya memiliki sejarah panjang dalam perjuangan kemerdekaan dan pembentukan NKRI. Muhammadiyah dan NU mendukung Pancasila sebagai dasar negara. Keduanya juga aktif dalam meredam konflik horizontal, menolak radikalisme, dan mempromosikan Islam moderat.
Pada era reformasi, NU dan Muhammadiyah menjadi mitra strategis pemerintah dalam penguatan demokrasi. Keduanya sering mengeluarkan pernyataan moral untuk menjaga stabilitas negara dan kebhinekaan.
Dalam konteks globalisasi dan berkembangnya paham ekstremisme, peran NU dan Muhammadiyah sebagai penyeimbang sangat dibutuhkan untuk menjaga identitas bangsa yang toleran dan inklusif.
5. NU dan Muhammadiyah sebagai Penjaga Islam Nusantara dan Islam Berkemajuan
Konsep Islam Nusantara yang diusung NU dan Islam Berkemajuan yang diusung Muhammadiyah menjadi dua narasi penting dalam memperkuat karakter keislaman bangsa Indonesia. Keduanya menolak Islam yang eksklusif dan mendorong Islam yang kompatibel dengan nilai-nilai kebangsaan.
Dengan prinsip tawassuth (moderat), tasamuh (toleran), dan tawazun (seimbang), NU dan Muhammadiyah menjadi garda depan dalam membentengi Indonesia dari ancaman ideologi transnasional yang merusak keutuhan bangsa.
Kesimpulan
NU dan Muhammadiyah adalah dua organisasi keagamaan terbesar yang telah memainkan peran penting dalam membentuk identitas bangsa Indonesia. Melalui pendidikan, kegiatan sosial, dan kontribusi terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara, keduanya mengakar kuat dalam masyarakat dan memperkuat nilai-nilai Islam yang moderat, toleran, dan nasionalis. Di tengah tantangan zaman, NU dan Muhammadiyah tetap menjadi penjaga moral dan ideologis bangsa.
Saran
1. Pemerintah perlu terus melibatkan NU dan Muhammadiyah dalam perumusan kebijakan publik, khususnya terkait pendidikan dan deradikalisasi.
2. Generasi muda perlu dikenalkan lebih dalam pada nilai-nilai dan perjuangan kedua organisasi ini agar tidak tercerabut dari akar identitas bangsa.
3. Perlu ada kolaborasi yang lebih intensif antara NU dan Muhammadiyah dalam menghadapi isu-isu global yang mengancam keutuhan bangsa.
Daftar Pustaka
Burhani, A. N. (2014). Ensiklopedia Muhammadiyah. Jakarta: Suara Muhammadiyah.
Bruinessen, M. van. (1995). NU: Tradisi, Relasi-relasi Kuasa, dan Pencarian Wacana Baru. Yogyakarta: LKiS.
Nakamura, M. (2012). Muhammadiyah: A Reform Movement in Twentieth Century Indonesia. Jakarta: Indonesian National Library.
Sirozi, M. (2004). Islam and Education in Indonesia: The Roots of Discrepancy. In Journal of Islamic Studies.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.