Sunday, March 30, 2025

Sistem Pemerintahan di Jerman: Parlementer dengan Kanselir sebagai Pemimpin

Oleh Andrean (D48)

Abstrak

Sistem pemerintahan Jerman menganut bentuk republik parlementer dengan kanselir sebagai kepala pemerintahan. Artikel ini membahas struktur pemerintahan Jerman, peran kanselir, hubungan antara eksekutif dan legislatif, serta mekanisme checks and balances dalam sistem parlementer. Dengan metode kajian literatur, tulisan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mendalam mengenai dinamika pemerintahan Jerman.

Kata Kunci:Sistem parlementer, kanselir, pemerintahan Jerman, Bundestag, Bundesrat

Pendahuluan

Jerman merupakan salah satu negara yang menerapkan sistem pemerintahan parlementer. Sistem ini menekankan peran legislatif dalam membentuk pemerintahan dan memastikan stabilitas politik. Kanselir sebagai kepala pemerintahan memegang kendali utama dalam kebijakan negara. Studi tentang sistem pemerintahan Jerman penting untuk memahami bagaimana keseimbangan kekuasaan dan mekanisme politik berjalan di negara tersebut.

Permasalahan

Beberapa permasalahan utama yang dibahas dalam artikel ini meliputi: 
1.Bagaimana struktur pemerintahan di Jerman? 
2.Apa peran kanselir dalam sistem pemerintahan Jerman? 
3.Bagaimana hubungan antara eksekutif dan legislatif dalam sistem parlementer Jerman?
4. Apa tantangan dan keunggulan sistem pemerintahan Jerman?

Pembahasan

Struktur Pemerintahan Jerman

Jerman adalah negara federal dengan 16 negara bagian (Bundesländer) dan memiliki sistem pemerintahan republik parlementer. Kekuasaan pemerintahan terbagi menjadi tiga cabang utama:

  1. Eksekutif

    • Kepala Negara: Presiden Federal (Bundespräsident), yang memiliki peran seremonial.

    • Kepala Pemerintahan: Kanselir (Bundeskanzler), yang memiliki kewenangan eksekutif utama.

  2. Legislatif

    • Parlemen Jerman terdiri dari Bundestag dan Bundesrat.

    • Bundestag memiliki kewenangan legislatif utama dan memilih kanselir.

    • Bundesrat mewakili negara bagian dalam legislasi federal.

  3. Yudikatif

    • Mahkamah Konstitusi Federal (Bundesverfassungsgericht) memastikan konstitusionalitas kebijakan negara.

Peran Kanselir dalam Pemerintahan

Kanselir memiliki peran utama dalam menjalankan pemerintahan, antara lain:

  • Menyusun kebijakan nasional dan mengarahkan pemerintahan.

  • Memimpin kabinet serta mengoordinasikan para menteri.

  • Bertanggung jawab kepada Bundestag, yang dapat memberhentikan kanselir melalui mosi tidak percaya konstruktif.

Hubungan Eksekutif dan Legislatif

Dalam sistem parlementer, kanselir dipilih oleh Bundestag dan memerlukan dukungan mayoritas. Jika parlemen kehilangan kepercayaan terhadap kanselir, mereka dapat mengajukan mosi tidak percaya konstruktif dengan mengusulkan kandidat pengganti.

Tantangan dan Keunggulan Sistem Parlementer Jerman

Keunggulan sistem ini adalah stabilitas politik dan mekanisme checks and balances yang kuat. Namun, tantangan utamanya adalah kemungkinan fragmentasi politik yang dapat menghambat proses legislasi.

Kesimpulan

Jerman mengadopsi sistem pemerintahan parlementer dengan kanselir sebagai pemimpin utama. Sistem ini menekankan keseimbangan kekuasaan antara eksekutif dan legislatif serta memastikan efektivitas pemerintahan melalui mekanisme parlementer.

Saran

Untuk memperkuat efektivitas pemerintahan, Jerman perlu terus meningkatkan koordinasi antara eksekutif dan legislatif, serta memastikan representasi politik yang stabil dalam parlemen.

Daftar Pustaka

  • Bogumil, J., & Jann, W. (2020). Governance and Public Administration in Germany. Springer.

  • Patzelt, W. J. (2019). German Politics and Government. Oxford University Press.

  • Schmidt, M. G. (2017). Political Institutions in Germany. Routledge.

  • Wehling, H.-G. (2021). The German Federal System. Palgrave Macmillan.

Wednesday, March 19, 2025

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN PARTISIPASI PEMUDA DALAM PEMILIHAN UMUM

 

Oleh : Muhamad Farhat Khadafi (D45)



Abstrak

Partisipasi pemuda dalam pemilihan umum merupakan indikator penting dari kesehatan demokrasi suatu negara.

Thursday, March 13, 2025

Peran Pendidikan Kewarganegaraan dalam Menanamkan Kesadaran Hukum di Kalangan Mahasiswa

Oleh: Haekal Fahmi (D47)

Abstrak  


Kesadaran hukum adalah salah satu faktor penting dalam menciptakan tmasyarakat yang tertib dan berkeadilan.

Pendidikan Kewarganegaraan dalam Menegakkan Supermasi Hukum di Indonesia D49

Oleh Eka Tama Dzrikrullah (49)

ABSTRAK

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memegang peranan krusial dalam menegakkan supremasi hukum di Indonesia.

Pemahaman Konstitusi Melalui Pendidikan Kewarganegaraan


Fathurahman (D46)

ABSTRAK

Konstitusi merupakan landasan utama dalam sistem ketatanegaraan suatu negara, termasuk Indonesia. Pemahaman terhadap konstitusi menjadi hal yang krusial bagi setiap warga negara agar dapat menjalankan hak dan kewajibannya dengan baik.

Pendidikan Kewarganegaraan sebagai fondasi Kepemimpinan di masa depan

Oleh: Syahla Namira Khairunisa (D31)

A.Pendahuluan

Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Fondasi Kepemimpinan Masa Depan

Civic Education vs Citizenship Education: Perbedaan dan Implementasinya

Oleh: Nadira Avrilia (D03)

Abstrak

Pendidikan kewarganegaraan memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter warga negara yang baik dan bertanggung jawab.

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI PERGURUAN TINGGI



Oleh : Qeisha Zulva (D02)

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata kuliah yang bertujuan membentuk warga negara yang berkarakter, kritis, dan bertanggung jawab terhadap bangsa dan negara.

PENTINGNYA PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER BANGSA



Oleh: Zahra Ramadani (D01)
 

Abstrak

Pendidikan kewarganegaraan memegang peranan yang sangat penting dalam pembentukan karakter bangsa.

Cyber Citizenship: Pendidikan Kewarganegaraan dalam Dunia Digital


Oleh : Shahbilal Ryonisa Utama (D37)

Abstrak 

Artikel ini membahas tentang pentingnya pendidikan kewarganegaraan yang komprehensif di era digital.

Sejarah dan Perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia

 

Oleh : Okta Salsabila (D04)

ABSTRAK

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di Indonesia memiliki sejarah panjang yang dimulai pada tahun 1957 di masa pemerintahan Presiden Soekarno dengan istilah Civics.

Peran Pendidikan Kewarganegaraan dalam Meningkatkan Kesadaran Lingkungan

Oleh : Muhammad Ikhlas Tanjung (D44)

Abstrak : Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) di sekolah dasar memiliki peran strategis dalam membentuk karakter peduli lingkungan pada siswa.

Meningkatkan Kesadaran Hukum Melalui Pendidikan Kewarganegaraan















Oleh: Cindy Felisha (D18)

Abstrak


Kesadaran hukum merupakan aspek penting dalam membangun lingkungan bermasyarakat yang taat aturan dan bertanggung jawab terhadap hukum. Namun, tingkat kesadaran hukum di Indonesia masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman masyarakat, lemahnya penegakan hukum, serta rendahnya kepedulian dan kepatuhan terhadap aturan hukum yang berlaku. Untuk meningkatkan kesadaran hukum masyarakat Indonesia, diperlukan beberapa upaya dan dukungan yang kuat. Salah satu langkah strategis untuk meningkatkan kesadaran hukum masyarakat adalah melalui pendidikan formal di sekolah yaitu melalui Pendidikan Kewarganegaraan. Artikel ini mengkaji permasalahan yang dihadapi, peran Pendidikan Kewarganegaraan dalam meningkatkan kesadaran hukum, serta strategi implementasi untuk meningkatkan kesadaran hukum melalui Pendidikan Kewarganegaraan. Hasil analisis menunjukkan bahwa metode pembelajaran yang interaktif dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dapat membantu masyarakat lebih memahami dan mematuhi hukum.

Kata Kunci: Kesadaran Hukum, Pendidikan Kewarganegaraan, Penegakan Hukum, Budaya    Hukum.

Mengapa Pendidikan Kewarganegaraan Dapat Menumbuhkan Sikap Solidaritas Sosial

       Oleh : Nazwa Amalia (D29)

                                            

Abstrak

Pendidikan kewarganegaraan menurutku sikap solidaritas sosial karena mengajarkan hak dan kewajiban, nilai kebersamaan, kesadaran akan keberagaman, partisipasi aktif, pemahaman masalah sosial, dan pengembangan empati, sehingga mendorong individu untuk peduli dan bekerja sama demi kesejahteraan bersama.

Globalisasi dan Tantangan Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia

 

Oleh: Ayska Putri Endri (D21)

Abstrak

Globalisasi telah membawa perubahan yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk Pendidikan kewarganegaraan di Indonesia.

Pentingnya Kreativitas dalam Memperkenalkan Nilai Pancasila kepada Generasi Z


"Pentingnya Kreativitas dalam Memperkenalkan Nilai Pancasila Kepada Generasi Z"

Oleh : Hanifa Taufik Al Jufri (D08)

Abstrak:

    Kemajuan teknologi dan globalisasi membawa dampak besar terhadap cara berpikir dan berperilaku Generasi Z.

Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendorong Partisipasi Mahasiswa dalam Kegiatan Sosial

Oleh : Muhammad Egidetama Afarifqi D41

Abstrak

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memiliki peran strategis dalam membentuk kesadaran sosial dan mendorong partisipasi mahasiswa dalam kegiatan sosial.

Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pilar Utama dalam Menegakkan Hak Asasi Manusia

 

Oleh : AQILA FAYYAZA HENDRIKO (D19)

Abstrak : Pendidikan Kewarganegaraan memiliki peran strategis dalam menanamkan kesadaran akan Hak Asasi Manusia (HAM) di masyarakat.

Mengintegrasikan Pendidikan Kewarganegraan Dalam Kehidupan Sehari-hari


 Oleh: Dea Trihapsari (D15)

ABSTRAK

       

Pendidikan kewarganegaraan adalah Pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mendidik generasi muda menjadi warga negara yang demokratis dan partisipatif melalui Pendidikan yang diagonal dan proses pembelajaran yang bertujuan untuk membentuk warga negara yang sadar akan hak dan kewajibannya serta memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai demokrasi, hukum, dan kebangsaan.

Bagaimana Pendidikan Kewarganegaraan Membantu Membangun Kepemimpinan Demokratis?

 

Oleh Dimas Abiwardana (D34)

Abstrak:
Pendidikan kewarganegaraan memiliki peran vital dalam membentuk individu yang tidak hanya memiliki pemahaman tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara, tetapi juga yang mampu menjadi pemimpin yang mendukung dan mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi.

HUBUNGAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA

Oleh : Anisa Mandasari (D16)

ABSTRACT

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan nilai-nilai Pancasila mempunyai hubungan yang kuat dalam membangun karakter, kesadaran hukum, dan demokrasi di kalangan mahasiswa Indonesia.

Studi Kasus: Pendidikan Kewarganegaraan dalam Membangun Jiwa Kepemimpinan Mahasiswa

 

Oleh: Clarista Anastasya Nafilah (D35)

ABSTRAK   

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu instrumen penting dalam dunia pendidikan yang bertujuan untuk membentuk karakter mahasiswa sebagai warga negara yang cerdas, kritis, dan bertanggung jawab.

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Sarana Pemberdayaan Masyarakat

 

Oleh :  Aditya Alebi (D43)

Abstrak

Pendidikan Kewarganegaraan  merupakan instrumen penting dalam membentuk masyarakat yang berdaya dan berkeadilan.

Menghadapi Tantangan Demokrasi Digital dengan Pendidikan Kewarganegaraan



Oleh : Nayla Rahmadhinta Atsilah (D40)

Abstrak

   Demokrasi digital menjadi aspek yang tak terhindarkan dalam perkembangan pesat teknologi informasi dan komunikasi.

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Alat Untuk Mencegah Konflik

  

Oleh : Syafa Fatin Jannah (D28)

Abstrak

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memiliki peran penting dalam membangun karakter bangsa dan mencegah konflik sosial di tengah masyarakat yang beragam.

Studi Kasus: Keberhasilan Implementasi Pendidikan Kewarganegaraan di Universitas


Dibuat oleh: Mahira Maharani (D13) | 44223010041

Studi Kasus: Keberhasilan Implementasi Pendidikan Kewarganegaraan di Universitas 

Abstrak
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata kuliah wajib di perguruan tinggi yang bertujuan untuk membentuk karakter dan kesadaran berbangsa dan bernegara. Namun, implementasinya di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan, seperti rendahnya pemahaman masyarakat tentang nilai-nilai kewarganegaraan dan maraknya kasus korupsi yang mengikis kepercayaan terhadap sistem negara. Artikel ini membahas pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan di universitas, permasalahan yang dihadapi, serta keberhasilan implementasinya melalui studi kasus di salah satu universitas di Indonesia. Hasil studi menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran yang kontekstual dan partisipatif dapat meningkatkan pemahaman dan kesadaran mahasiswa tentang kewarganegaraan. Artikel ini juga memberikan saran untuk memperkuat implementasi Pendidikan Kewarganegaraan di masa depan.

Kata kunci: Pendidikan Kewarganegaraan, Implementasi, nilai-nilai, kesadaran kewarganegaraan

Pendahuluan
Pendidikan Kewarganegaraan memegang peranan penting dalam membentuk karakter dan kesadaran mahasiswa sebagai warga negara yang bertanggung jawab. Di tingkat universitas, Pendidikan Kewarganegaraan tidak hanya bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang sistem politik dan hukum, tetapi juga untuk menanamkan nilai-nilai demokrasi, keadilan, dan integritas. Melalui Pendidikan Kewarganegaraan, mahasiswa diharapkan mampu memahami hak dan kewajibannya sebagai warga negara serta berkontribusi aktif dalam pembangunan bangsa.

Kegiatan yang dapat diimplementasikan dalam Pendidikan Kewarganegaraan antara lain diskusi tentang isu-isu kebangsaan, simulasi proses demokrasi, kunjungan ke lembaga negara, dan proyek sosial yang melibatkan masyarakat. Kegiatan-kegiatan ini tidak hanya memperkaya pengetahuan mahasiswa, tetapi juga mengaitkan teori dengan praktik nyata. Misalnya, diskusi tentang korupsi dapat dikaitkan dengan studi kasus nyata, sementara proyek sosial dapat membantu mahasiswa memahami tantangan yang dihadapi masyarakat.

Permasalahan

Meskipun Pendidikan Kewarganegaraan telah menjadi mata kuliah wajib di Indonesia, pemahaman masyarakat tentang nilai-nilai kewarganegaraan masih rendah. Hal ini tercermin dari maraknya kasus korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, dan pelanggaran hukum yang seakan menjadi hal biasa. Realitas ini bertolak belakang dengan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan, yang seharusnya menanamkan integritas, kesadaran hukum, dan rasa tanggung jawab sebagai warga negara. Berdasarkan penelitian yang relevan, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya pemahaman kewarganegaraan di Indonesia, mulai dari metode pembelajaran yang kurang efektif hingga ketidaksesuaian antara kurikulum dan realitas sosial-politik.

 

1. Metode Pembelajaran yang Teoritis dan Kurang Kontekstual

Salah satu penyebab utama rendahnya pemahaman kewarganegaraan adalah metode pembelajaran yang cenderung teoritis dan kurang kontekstual. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Komalasari (2019), banyak dosen Pendidikan Kewarganegaraan masih menggunakan pendekatan ceramah satu arah, di mana mahasiswa hanya menjadi penerima pasif informasi. Metode ini dianggap kurang efektif karena tidak melibatkan mahasiswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Akibatnya, mahasiswa cenderung menganggap Pendidikan Kewarganegaraan sebagai mata kuliah yang membosankan dan tidak relevan dengan kehidupan sehari-hari.

Selain itu, pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan seringkali terfokus pada hafalan konsep-konsep teoritis, seperti definisi negara, sistem pemerintahan, dan hak asasi manusia, tanpa mengaitkannya dengan konteks nyata. Misalnya, mahasiswa mungkin hafal definisi korupsi, tetapi tidak memahami dampak korupsi terhadap pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Menurut Winataputra (2018), pembelajaran yang hanya berorientasi pada teori tanpa konteks praktis akan sulit menumbuhkan kesadaran kritis dan rasa tanggung jawab sosial.

2. Kurikulum yang Tidak Mengikuti Dinamika Sosial dan Politik

Permasalahan lain yang dihadapi dalam implementasi Pendidikan Kewarganegaraan adalah kurikulum yang tidak mampu mengikuti dinamika sosial dan politik yang cepat berubah. Menurut penelitian Suryono dan Haryanto (2020), kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan di banyak universitas masih bersifat statis dan kurang responsif terhadap isu-isu aktual. Misalnya, kasus korupsi yang terjadi di tingkat nasional tidak selalu dibahas secara mendalam dalam pembelajaran, sehingga mahasiswa tidak melihat relevansi antara teori dan realita.

Ketidaksesuaian antara kurikulum dan realitas sosial-politik ini membuat mahasiswa sulit memahami pentingnya nilai-nilai kewarganegaraan dalam kehidupan nyata. Misalnya, meskipun mahasiswa belajar tentang pentingnya integritas dan kejujuran dalam Pendidikan Kewarganegaraan, mereka seringkali melihat praktik korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan di lingkungan sekitar. Hal ini menimbulkan kesenjangan antara apa yang diajarkan di kelas dan apa yang terjadi di masyarakat, sehingga mahasiswa cenderung skeptis terhadap nilai-nilai yang diajarkan dalam Pendidikan Kewarganegaraan.

3. Maraknya Kasus Korupsi dan Penyalahgunaan Kekuasaan

Maraknya kasus korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan di Indonesia juga menjadi tantangan besar dalam implementasi Pendidikan Kewarganegaraan. Menurut data dari Transparency International (2022), Indonesia masih berada di peringkat 110 dari 180 negara dalam Indeks Persepsi Korupsi. Kasus-kasus korupsi yang melibatkan pejabat tinggi negara, anggota legislatif, dan aparat penegak hukum telah mengikis kepercayaan masyarakat terhadap sistem negara.

Realitas ini bertolak belakang dengan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan, yang seharusnya menanamkan nilai-nilai integritas, kejujuran, dan tanggung jawab. Menurut Budimansyah (2017), korupsi tidak hanya merugikan negara secara ekonomi, tetapi juga merusak moral dan karakter bangsa. Ketika mahasiswa melihat bahwa korupsi seakan menjadi hal biasa, mereka cenderung menganggap bahwa nilai-nilai kewarganegaraan yang diajarkan dalam Pendidikan Kewarganegaraan tidak lebih dari sekadar teori yang tidak berlaku dalam praktik.

4. Rendahnya Kesadaran Hukum dan Partisipasi Masyarakat

Rendahnya kesadaran hukum dan partisipasi masyarakat juga menjadi indikator kurangnya pemahaman tentang nilai-nilai kewarganegaraan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, salah satu tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah membentuk warga negara yang sadar akan hak dan kewajibannya. Namun, realitasnya, banyak masyarakat Indonesia yang masih kurang memahami pentingnya mematuhi hukum dan berpartisipasi dalam proses demokrasi.

Misalnya, dalam pemilihan umum, tingkat partisipasi pemilih muda (usia 17-30 tahun) cenderung rendah. Menurut data dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) tahun 2019, hanya sekitar 60% pemilih muda yang menggunakan hak pilihnya. Hal ini menunjukkan bahwa generasi muda, termasuk mahasiswa, masih kurang memahami pentingnya partisipasi politik dalam membangun negara.

5. Kurangnya Kolaborasi antara Universitas dan Masyarakat

Permasalahan lain yang dihadapi dalam implementasi Pendidikan Kewarganegaraan adalah kurangnya kolaborasi antara universitas dan masyarakat. Menurut penelitian Komalasari (2019), pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan akan lebih efektif jika melibatkan praktik langsung di masyarakat, seperti proyek sosial, kunjungan ke lembaga negara, atau diskusi dengan tokoh masyarakat. Namun, banyak universitas yang masih terbatas dalam menyediakan kesempatan tersebut.

Kurangnya kolaborasi ini membuat mahasiswa sulit memahami bagaimana nilai-nilai kewarganegaraan dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. Misalnya, mahasiswa mungkin belajar tentang pentingnya keadilan sosial dalam Pendidikan Kewarganegaraan, tetapi tidak pernah mengalami langsung bagaimana ketimpangan sosial terjadi di masyarakat. Akibatnya, pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menjadi kurang bermakna dan tidak mampu menumbuhkan kesadaran kritis mahasiswa.

6. Tantangan Globalisasi dan Pengaruh Media Sosial

Globalisasi dan perkembangan media sosial juga menjadi tantangan dalam implementasi Pendidikan Kewarganegaraan. Menurut penelitian Winataputra (2018), globalisasi telah membawa pengaruh budaya asing yang tidak selalu sejalan dengan nilai-nilai kewarganegaraan Indonesia. Misalnya, individualisme dan materialisme yang semakin meningkat di kalangan generasi muda dapat mengikis rasa kebersamaan dan tanggung jawab sosial.

Selain itu, media sosial seringkali menjadi sarana penyebaran hoaks dan ujaran kebencian, yang dapat memecah belah persatuan bangsa. Menurut Budimansyah (2017), Pendidikan Kewarganegaraan seharusnya mampu membekali mahasiswa dengan kemampuan literasi media, sehingga mereka dapat menyaring informasi dan menggunakan media sosial secara bertanggung jawab. Namun, kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan di banyak universitas belum sepenuhnya mengintegrasikan isu-isu tersebut.

7. Kurangnya Evaluasi dan Penilaian yang Komprehensif

Terakhir, permasalahan dalam implementasi Pendidikan Kewarganegaraan adalah kurangnya evaluasi dan penilaian yang komprehensif. Menurut Suryono dan Haryanto (2020), banyak universitas yang masih menggunakan metode penilaian berbasis tes tertulis, yang hanya mengukur pemahaman teoritis mahasiswa. Padahal, Pendidikan Kewarganegaraan seharusnya menekankan pada pembentukan karakter dan sikap, yang sulit diukur melalui tes tertulis.

Kurangnya evaluasi yang komprehensif ini membuat dosen sulit mengetahui sejauh mana nilai-nilai kewarganegaraan telah tertanam dalam diri mahasiswa. Akibatnya, pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan seringkali hanya berfokus pada aspek kognitif, tanpa memperhatikan aspek afektif dan psikomotorik.

Pembahasan
Implementasi Pendidikan Kewarganegaraan di universitas memiliki potensi besar untuk membentuk karakter dan kesadaran mahasiswa sebagai warga negara yang bertanggung jawab. Namun, keberhasilan implementasinya sangat bergantung pada pendekatan pembelajaran yang digunakan. Studi kasus di Universitas Gadjah Mada (UGM) menunjukkan bahwa pendekatan kontekstual dan partisipatif dapat meningkatkan pemahaman dan kesadaran mahasiswa tentang nilai-nilai kewarganegaraan. Berdasarkan penelitian yang relevan, terdapat beberapa faktor kunci yang mendukung keberhasilan implementasi Pendidikan Kewarganegaraan, antara lain metode pembelajaran yang interaktif, kurikulum yang relevan, dan kolaborasi dengan stakeholders.

 

1. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dan Partisipatif

Salah satu faktor utama keberhasilan implementasi Pendidikan Kewarganegaraan di UGM adalah penggunaan pendekatan pembelajaran yang kontekstual dan partisipatif. Menurut penelitian Suryono dan Haryanto (2020), UGM telah mengembangkan model pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang menggabungkan teori dengan praktik melalui proyek sosial, diskusi interaktif, dan simulasi proses demokrasi. Misalnya, mahasiswa diajak untuk menganalisis isu-isu aktual, seperti korupsi, ketimpangan sosial, dan pelanggaran hak asasi manusia, serta merancang solusi kreatif.

Pendekatan ini berhasil meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang nilai-nilai kewarganegaraan karena mengaitkan materi pembelajaran dengan konteks nyata. Misalnya, melalui proyek sosial, mahasiswa tidak hanya belajar tentang pentingnya partisipasi masyarakat, tetapi juga mengalami langsung tantangan yang dihadapi oleh kelompok marginal. Hal ini sejalan dengan pendapat Komalasari (2019) yang menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan relevansi dan makna pembelajaran bagi mahasiswa.

2. Kurikulum yang Relevan dengan Isu Aktual

Keberhasilan implementasi Pendidikan Kewarganegaraan di UGM juga didukung oleh kurikulum yang relevan dengan isu-isu aktual. Menurut Winataputra (2018), kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan harus mampu mengikuti dinamika sosial dan politik yang cepat berubah. Di UGM, kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan dirancang untuk mencakup isu-isu terkini, seperti korupsi, radikalisme, dan dampak globalisasi. Misalnya, mahasiswa diajak untuk menganalisis kasus korupsi yang terjadi di tingkat nasional dan membandingkannya dengan praktik good governance di negara lain.

Kurikulum yang relevan ini membantu mahasiswa memahami pentingnya nilai-nilai kewarganegaraan dalam konteks nyata. Misalnya, melalui diskusi tentang korupsi, mahasiswa tidak hanya belajar tentang definisi dan dampak korupsi, tetapi juga memahami bagaimana korupsi dapat merusak tatanan sosial dan ekonomi. Hal ini sejalan dengan penelitian Budimansyah (2017) yang menyatakan bahwa kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan harus mampu mengintegrasikan isu-isu aktual untuk menumbuhkan kesadaran kritis mahasiswa.

3. Kolaborasi dengan Stakeholders

Faktor lain yang mendukung keberhasilan implementasi Pendidikan Kewarganegaraan di UGM adalah kolaborasi dengan stakeholders, seperti lembaga negara, organisasi masyarakat, dan tokoh masyarakat. Menurut penelitian Suryono dan Haryanto (2020), UGM telah menjalin kerjasama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), dan lembaga-lembaga lainnya untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna bagi mahasiswa.

Misalnya, melalui kunjungan ke KPK, mahasiswa dapat belajar langsung tentang upaya pemberantasan korupsi dan pentingnya integritas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain itu, UGM juga mengundang tokoh masyarakat, seperti aktivis HAM dan mantan koruptor, untuk berbagi pengalaman dengan mahasiswa. Kolaborasi ini membantu mahasiswa memahami kompleksitas isu-isu kewarganegaraan dan pentingnya peran aktif warga negara dalam membangun bangsa.

4. Peningkatan Kesadaran Hukum dan Partisipasi Politik

Implementasi Pendidikan Kewarganegaraan di UGM juga berhasil meningkatkan kesadaran hukum dan partisipasi politik mahasiswa. Menurut penelitian Komalasari (2019), pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang efektif dapat menumbuhkan kesadaran mahasiswa tentang hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Di UGM, mahasiswa diajak untuk terlibat dalam simulasi pemilihan umum, debat publik, dan kampanye sosial, yang membantu mereka memahami pentingnya partisipasi politik.

Misalnya, melalui simulasi pemilihan umum, mahasiswa belajar tentang proses demokrasi dan pentingnya memilih pemimpin yang berintegritas. Selain itu, mahasiswa juga diajak untuk terlibat dalam kampanye sosial, seperti anti-korupsi dan anti-hoaks, yang membantu mereka memahami peran aktif warga negara dalam membangun masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat Winataputra (2018) yang menyatakan bahwa partisipasi aktif dalam kegiatan sosial dan politik dapat meningkatkan kesadaran kewarganegaraan mahasiswa.

5. Evaluasi dan Penilaian yang Komprehensif

Keberhasilan implementasi Pendidikan Kewarganegaraan di UGM juga didukung oleh evaluasi dan penilaian yang komprehensif. Menurut penelitian Suryono dan Haryanto (2020), UGM menggunakan berbagai metode penilaian, seperti portofolio, proyek sosial, dan presentasi, untuk mengukur pemahaman dan sikap mahasiswa. Misalnya, mahasiswa diminta untuk membuat portofolio yang mencakup refleksi pribadi, hasil diskusi, dan laporan proyek sosial.

Metode penilaian ini membantu dosen memahami sejauh mana nilai-nilai kewarganegaraan telah tertanam dalam diri mahasiswa. Selain itu, mahasiswa juga diberikan umpan balik yang konstruktif, yang membantu mereka meningkatkan pemahaman dan sikap mereka. Hal ini sejalan dengan pendapat Budimansyah (2017) yang menyatakan bahwa evaluasi yang komprehensif dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Kesimpulan
Implementasi Pendidikan Kewarganegaraan di universitas memiliki potensi besar untuk membentuk karakter dan kesadaran mahasiswa sebagai warga negara yang bertanggung jawab. Namun, keberhasilannya sangat bergantung pada pendekatan pembelajaran yang digunakan. Studi kasus di UGM menunjukkan bahwa pendekatan kontekstual dan partisipatif dapat meningkatkan pemahaman dan kesadaran mahasiswa tentang nilai-nilai kewarganegaraan.

Saran
Untuk memperkuat implementasi Pendidikan Kewarganegaraan di masa depan, disarankan agar universitas mengembangkan kurikulum yang lebih relevan dengan dinamika sosial dan politik. Selain itu, metode pembelajaran harus lebih interaktif dan melibatkan mahasiswa secara aktif. Kolaborasi dengan lembaga negara dan organisasi masyarakat juga dapat memperkaya pengalaman belajar mahasiswa. Terakhir, evaluasi berkala perlu dilakukan untuk memastikan bahwa tujuan Pendidikan Kewarganegaraan tercapai secara efektif.

 

Daftar Pustaka

Suryono, Y., & Haryanto, B. (2020). Implementasi Pendidikan Kewarganegaraan di Universitas Gadjah Mada: Studi Kasus Pembelajaran Kontekstual dan Partisipatif. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, 15(2), 45-60.

Winataputra, U. S. (2018). Pendidikan Kewarganegaraan dalam Konteks Pembangunan Karakter Bangsa. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.

Komalasari, K. (2019). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan: Teori dan Praktik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Budimansyah, D. (2017). Pendidikan Karakter: Nilai Inti bagi Upaya Pembinaan Kepribadian Bangsa. Bandung: Genesindo.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Peran Pendidikan Kewarganegaraan dalam Memperkuat Demokrasi di Indonesia

Oleh : Primada Puspa Pertiwi (D17)

Pendahuluan

Pendidikan kewarganegaraan (civic education) memiliki peran yang sangat krusial dalam membangun karakter dan kesadaran masyarakat sebagai warga negara yang bertanggung jawab.

Peran Pendidikan Kewarganegaraan dalam Mengelola Keberagaman Budaya di Indonesia

Oleh : Nanda Azizah (D27)

Abstrak

Pembelajaran multikultural (PKn) berbasis pendidikan multikultural (PKn) adalah bidang penelitian yang berfokus pada multikulturalisme.

Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan: Membangun Mahasiswa yang Berintegritas


Oleh Sulastri Marbun (D06)
Jurusan Broadcasting, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Mercu Buana, Jl. Meruya Selatan. Telp: (021) 5840816. Email: fikom@mercubuana.ac.id


Abstrak
Pendidikan Kewarganegaraan memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter dan moral mahasiswa yang berintegritas, kritis, dan bertanggung jawab sebagai generasi penerus bangsa.

Manfaat Pendidikan Kewarganegaraan dalam Kehidupan Bermasyarakat

 

Oleh  : Adieny Fairudjia (D07)

Abstrak: 

Pendidikan Kewarganegaraan berperan penting dalam membentuk individu yang sadar akan hak dan kewajiban warga negara serta dapat memberikan kontribusi bagi kehidupan bermasyarakat.

Mengapa Pendidikan Kewarganegaraan Wajib Diajarkan di Perguruan Tinggi?

 Mengapa Pendidikan Kewarganegaraan Wajib Diajarkan di Perguruan Tinggi?


Oleh: Evanjel Joshua (D09)

Abstrak

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di perguruan tinggi memiliki peran krusial dalam membentuk karakter, kesadaran berbangsa, dan tanggung jawab sosial mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa. Dalam era globalisasi dan digitalisasi yang pesat, pemahaman yang kuat terhadap nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia, serta wawasan kebangsaan menjadi semakin penting untuk menghadapi tantangan sosial dan politik. Pendidikan Kewarganegaraan juga berkontribusi dalam menanamkan nilai toleransi, etika, serta keterampilan berpikir kritis yang dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat.

Penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang mendapatkan pendidikan kewarganegaraan memiliki tingkat kesadaran politik dan partisipasi sosial yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak mendapatkan pembelajaran ini. Dengan pendekatan interdisipliner, PKn di perguruan tinggi dapat mengintegrasikan aspek hukum, politik, dan budaya guna menciptakan warga negara yang bertanggung jawab serta berkontribusi aktif dalam pembangunan bangsa. Oleh karena itu, mata kuliah ini harus tetap menjadi bagian wajib dalam kurikulum pendidikan tinggi agar dapat mencetak generasi muda yang memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara yang kuat.


Kata Kunci:  Pendidikan Kewarganegaraan, Perguruan Tinggi, Kesadaran Berbangsa, Partisipasi Sosial, Wawasan Kebangsaan


PENDAHULUAN
    Pendidikan kewarganegaraan memiliki kontribusi yang sangat tinggi untuk mengembangkan dan membangun karakteristik-karakteristik dan prilaku warga negara. Menurut Ismaun (2006) dalam setiap jenjang pendidikan PKn sangat di butuhkan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual maupun emosional pada peserta didik sebagai bekal bagi mereka untuk memecahkan permasalahan yang ada pada lingkungannya, bangsa dan negara. Hal ini senada dengan kurikulum 2013 yang menekankan bahwa mata pelajaran harus bisa mewujudkan penanaman sikap, kepribadian yang baik, dan rasa tangung jawab peserta didik salah satu mata pelajaran yang memiliki ketiga nilai tersebut adalah PPkn dimana di dalamnya terkandung nilai penanaman sikap baik kepada peserta didik, penekanan rasa tangung jawab dan membentuk kepribadian yang baik. selain itu PPKn adalah mata pelajaran yang dipersiapkan untuk menghadapi persaingan hidup baik di masyarakat dan global.
 
    Tujuan pendidikan kewarganegaraan yang menitik beratkan pada aspek penanaman nilai kebaikan kepada peserta didiknya agar menjadi warganegara yangm baik dalam segi ketuhanan, baik dan taat kepada negara serta baik terhadap sesama dengan mampu menunjukan sikap tangung jawab sebagai warganegara (civic responsibility), memiliki keterampilan warganegara (civic skil) dalam bentuk partisipasi dalam pengambilan keputusan (partisipation skill). Hal ini sejalan dengan pendapat Maftuh dan Sapriya (2005) yang menyatakan bahwa tujuan negara adalah untuk mengembangakan pendidikan kewarganegraan adalah untuk menjadikan warganegara yang baik (good citizens) yakni warga negara yang memiliki kecerdasan (smart citizens) baik intelektual, emosional dan spritual yang baik.


PERMASALAHAN
    Walaupun Pendidikan Kewarganegaraan memiliki tujuan penting dalam pembentukan karakter mahasiswa yang berintegritas, masih terdapat beberapa kendala dalam mengimplementasikannya. Salah satu permasalahan utama adalah kurangnya kesadaran mahasiswa akan pentingnya pendidikan ini, baik dalam lingkup akademik mauapun dalam kehidupan sosial sehari-hari. Banyak mahasiswa yang beranggapan bahwa pendidikan kewarganegaraan sekedar kewajiban akademik tanpa memahami esensinya sebagai upaya membangun kesadaran akan hak dan tanggung jawab sebagai warga negara yang baik. Akibatnya, nilai-nilai yang diajarkan dalam pendidikan kewarganegaraan sering kali tidak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

    Selain itu, faktor lingkungan yang semakin modern dan bergantung pada teknologi juga menjadi tantangan dalam penguatan nilai-nilai kewarganegaraan. Mahasiswa cenderung lebih banyak menghabiskan waktu dalam dunia digital dibandingkan melakukan interaksi sosial secara langsung. Akibatnya, sikap empati, gotong royong, dan toleransi semakin tergerus dalam kehidupan bermasyarakat.  Perubahan sosial ini berdampak pada semakin berkurangnya kesadaran mahasiswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan kemasyarakatan yang dapat membangun rasa kebangsanaan dan tanggung jawab sosial.
        
    Tantangan lainnya berasal dari adanya perbedaan latar belakang, pemikiran, dan moral di antara mahasiswa yang dapat memengaruhi cara mereka memahami dan mengaplikasikan nilai-nilai kewarganegaraan. Tidak semua mahasiswa memiliki kesadaran yang sama dalam menjalankan perannya sebagai warga negara yang aktif. Dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak ditemukan sikap individualistis dan kurangnya keterlibatan dalam aktifitas yang menumbuhkan rasa kebersamaan dan persatuan. Hal ini menjadi tantangan besar dan mencapai tujuan Pendidikan Kewarganegaraam, yang seharusnya menanamkan nilai-nilai moral, etika, dan kebangsaan yang kuat.
        
    Selain itu, hilangnya etika dan sopan santun di kalangan generasi muda semakin memperburuk kondisi ini. Banyak mahasiswa yang kurang menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, kedisiplinan, serta rasa hormat terhadap sesama. Kasus-kasus seperti plagiarisme dalam akademik, kurangnya tanggung jawab dalam organisasi kemahasiswaan, hingga sikap apatis terhadap isu-isu sosial dan politik, menunjukkan masih lemahnya penerapan nilai-nilai kewarganegaraan dalam kehidupan mahasiswa. Oleh sebab itu, diperlukan upaya yang lebih efektif dalam mengajarkan dan menginternalisasi Pendidikan Kewarganegaraan agar mahasiswa tidak hanya memahami konsepnya, tetapi juga menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

PEMBAHASAN
    Pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan dalam Pembelajaran di Perguruan Tinggi
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang bertujuan membentuk warga negara yang cerdas dan bertanggung jawab. Menurut Numan Somantri (2014), PKn adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan nilai-nilai sosial, politik, serta pengaruh pendidikan dari berbagai lingkungan. Kansil (1994) menekankan bahwa PKn mengembangkan nilai moral dan budaya sebagai norma kehidupan masyarakat. Sedangkan Azis Wahab (2000) menyatakan bahwa PKn merupakan media pembelajaran berbasis kesadaran, kecerdasan, dan tanggung jawab siswa dalam memahami ketatanegaraan, politik, dan hukum.
Di tingkat perguruan tinggi, PKn menjadi semakin relevan karena mahasiswa sebagai generasi muda dituntut untuk memiliki karakter yang kuat, pemahaman tentang demokrasi, serta kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara. Pendidikan ini berperan penting dalam membentuk mahasiswa agar mampu berpikir kritis, berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa, dan berkontribusi bagi masyarakat.

Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
    
    Tujuan utama PKn dalam pendidikan tinggi sejalan dengan peraturan yang telah ditetapkan dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006, di antaranya:
  1. Mengembangkan pola pikir rasional, kreatif, dan kritis dalam menghadapi isu-isu kewarganegaraan.
  2. Meningkatkan partisipasi aktif dalam kehidupan demokrasi dan menerapkan nilai-nilai anti korupsi.
  3. Membentuk karakter mahasiswa yang memiliki nilai-nilai kebangsaan dan mampu hidup berdampingan dengan masyarakat global.
  4. Mendorong interaksi sosial yang positif dan toleran antar bangsa.
    Ahmad Sanusi (2004) juga menambahkan bahwa PKn bertujuan membangun kesadaran berkonstitusi, memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara, serta menanamkan nilai-nilai demokrasi dan kepemimpinan.

Komponen Utama Pendidikan Kewarganegaraan
    
    Pendidikan Kewarganegaraan mencakup berbagai aspek yang membentuk karakter warga negara yang baik, antara lain:
  1. Pengetahuan: Memahami dasar-dasar ketatanegaraan, hukum, dan politik.
  2. Keterampilan: Mampu berpikir kritis, berkomunikasi, dan berpartisipasi dalam kegiatan kewarganegaraan.
  3. Karakter: Menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila, toleransi, dan tanggung jawab sosial.
Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Kewarganegaraan

    Karakter merupakan elemen penting dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi. Cholisin (2011) mendefinisikan karakter sebagai nilai-nilai yang membentuk perilaku individu berdasarkan norma agama, budaya, hukum, dan estetika. Pendidikan karakter dalam PKn bertujuan untuk:
  1. Menanamkan nilai moral seperti kejujuran, keberanian, keadilan, dan kepedulian.
  2. Mempersiapkan mahasiswa menjadi warga negara yang bermartabat dan bertanggung jawab.
  3. Mengembangkan sikap demokratis dan kesadaran sosial.
Relevansi PKn dalam Era Globalisasi

    Dalam era globalisasi, tantangan terhadap nilai-nilai kebangsaan semakin besar. Pengaruh budaya luar, perubahan sosial, dan perkembangan teknologi menuntut mahasiswa memiliki pemahaman yang kuat tentang identitas nasional dan prinsip demokrasi. PKn berperan penting dalam:
  1. Menjaga nilai-nilai Pancasila sebagai pedoman dalam kehidupan bernegara.
  2. Mencegah degradasi moral dan meningkatkan kesadaran hukum.
  3. Membentuk karakter mahasiswa agar tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki integritas moral.
KESIMPULAN
        Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi sangat penting dalam membentuk generasi muda yang cerdas, kritis, dan bertanggung jawab. Dengan memahami hak dan kewajibannya, mahasiswa dapat berkontribusi dalam kehidupan sosial, politik, dan hukum secara aktif. Dalam mata kuliah PKn, mahasiswa dituntut untuk bisa mengerti mengenai hal-hal penting yang harus ada di dalam sebuah negara yang berdaulat. Mahasiswa juga dituntut untuk bisa membangun negara yang berdaulat, adil, dan makmur sesuai dengan cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia yang telah dirumuskan di awal kemerdekaan. Pendidikan Kewarganegaraan juga membekali mahasiswa terhadap kedudukannya sebagai generasi muda yang harus dijunjung tinggi agar mampu melaksanakannya sebagai warga negara.Oleh karena itu, Pendidikan Kewarganegaraan harus terus dikembangkan agar mampu menjawab tantangan zaman dan melahirkan warga negara yang baik serta berkontribusi bagi kemajuan bangsa.

SARAN
   Pendidikan Kewarganegaraan wajib diajarkan di perguruan tinggi karena berperan dalam membentuk karakter mahasiswa sebagai warga negara yang cerdas, kritis, dan bertanggung jawab. Melalui mata kuliah ini, mahasiswa dapat memahami hak dan kewajibannya, meningkatkan kesadaran akan demokrasi, serta berkontribusi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain itu, pendidikan kewarganegaraan membekali mahasiswa dengan nilai-nilai moral, etika, serta keterampilan berpikir kritis yang penting dalam menghadapi tantangan global dan sosial di era modern.


DAFTAR PUSTAKA

https://journal.civiliza.org/index.php/ijois/article/download/20/17

https://jurnal.stkippersada.ac.id/jurnal/index.php/PEKAN/article/view/1171/0

https://journal.upy.ac.id/index.php/pkn/article/download/2713/pdf/6646

https://journal.lpkd.or.id/index.php/Hardik/article/download/454/681/2328

https://ejurnalpancasila.bpip.go.id/index.php/PJK/article/view/41

Studi kasus :Pendidikan Kewarganegaraan dan Peranannya dalam Memerangi Korupsi di Indonesia


Oleh : Diesha Febrian kusniadi (D36)

Abstrak 

         Korupsi merupakan salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Indonesia, menghambat pembangunan dan merusak kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

Wawasan Nusantara dan Perubahan Iklim: Tenggelamnya Pulau-Pulau Kecil

 Haekal Fahmi D47 Wawasan Nusantara dan Perubahan Iklim: Tenggelamnya Pulau-Pulau Kecil Abstrak Perubahan iklim global menjadi ancaman nyata...