PERAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANERGARAAN
DALAM MEMBENTUK
CALON PEMIMPIN DI ERA GLOBAL
Muhammad Faris Ayyasy
46123010062
FAKULTAS PSIKOLOGI
ABSTRAK
Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) merupakan bentuk pendidikan yang
mengembangkan sikap dan kemampuan warga negara baik dari aspek pengetahuan,
sikap, keterampilan, dan karakter. Menghadapi arus globalisasi saat ini tentu
membutuhkan persiapan secara maksimal untuk menyiapkan para generasi muda
menjadi pemimpin masa depan yang profesional. Pemimpin di era global haruslah
dapat malakukan perubahan secara terencana, memiliki suatu visi dan misi,
memiliki pengaruh yang kuat guna mencapai tujuan bersama hingga mampu
memotivasi rekan kerja di Organisasi. Untuk menjalankan roda kepemimpinan seorang
pemimpin memerlukan suatu upaya yang strategis, sistematis dan efektif dalam
melaksananan suatu aktifitas untuk mencapai perubahan yang berkemajuan. Melalui
pengembangan nilai-nilai kepemimpinan yang terdapat dalam materi Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan dapat digunakan sebagai acuan bagi generasi muda
penerus estafet kepemimpinan untuk menyiapkan diri menjadi pemimpinan masa
depan yang handal, berkualitas dan berjiwa nasionalisme.
KATA KUNCI: Peran, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Pemimpin di Era
global
PENDAHULUAN
Perubahan yang terjadi di dunia saat ini sangatlah cepat, baik dari aspek teknologi, pendidikan, politik, hukum, sosial, maupaun ekonomi. Tentu hal ini akan berakibat pada perubahan tatanan dunia. Disisi lain tatanan-tatanan baru yang menjadi alternatif dalam menciptakan sistem global yang lebih baik belum terbentuk. Seperti halnya dampak dan pengaruh yang disebabkan oleh globalisasi. Hal tersebut tentu akan mengakibatkan lemahnya nilai-nilai sosial kemasyarakatan. Lemahnya nilai-nilai sosial kemasyarakatan akan menimbulkan krisis moneter yang dampaknya tentu akan terasa dalam kehidupan sehari-hari, sekaligus juga akan mempengarui karakter moral dan sikap perilaku manusia diberbagai belahan dunia seperti halnya negara berkembang yakni Indonesia (Syarbaini, 2006: 1) Adanya krisis yang dialami negara tentu akan berndampak juga pada generasi muda. Muhammad Syaifudin & Agus Satmoko (2014: 670) menyampaikan bahwa “Generasi muda tentu akan menjadi generasi penurus bangsa untuk memimpin dan membawa perubahan bagi bangsanya ke arah yang lebih baik”. Oleh karena itu diperlukan adanya rekontruksi dalam dunia pendidikan untuk menyiapkan para pemimpin yang berjiwa nasionalis dan berkarakter salah satu bentuk rekontruksi pendidikan yang dapat di terapkan yakni melalu pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan hal ini tentu mengingatkan bahwa materi pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan memiliki tujuan.
1) 1) Menampilkan karakter yang mencerminkan penghayatan, pemahaman, dan pengamalan nilai dan moral Pancasila secara personal dan sosial.
2) Memiliki komitmen konstitusional yang ditopang oleh sikap positif dan pemahaman utuh tentang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
3) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif serta memiliki semangat kebangsaan serta cinta tanah air yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, semangat Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia
4) Berpartisipasi secara aktif, cerdas, dan bertanggung jawab sebagai anggota masyarakat, tunas bangsa, dan warga negara sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang hidup bersama dalam berbagai tatanan sosial Budaya. (PP Nomor 32 Tahun 2013)
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan memilik peran dan fungsi yang sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai Ideologi Pancasila. Malalui pengembangan nilai-nilai Ideologi Pancasila yang disampaikan dalam pembelajaran PPKn akan menumbuhkan jiwa nasionalisme para pemimpin di era global. Kepemimpinan di era global haruslah dapat melakukan suatu perubahan yang terstruktur dan memiliki visi misi untuk mencapai tujuan, hingga dapat memotivasi rekan kerja dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya. Tentu hal ini membutuhkan persiapan secara profesional dan personal untuk menjalankan tugas tersebut. Para generasi muda saat ini tentu harus disiapkan secara maksimal dalam setiap proses pembelajaran di lingkungan sekolah khususnya pada pelajaran PPKn yang mengembangkan dan menanamkan nilai- nilai Ideologi Pancasila Model kepemimpinan yang mengembangkan nilai-nilai pancasila tentu sangat dibutuhkan dalam menyiapkan pemimpin di era global. tentu hal ini mengingat bahwa nilai-nilai pacasila kini telah tergerus oleh globalisasi yang selalu membawa karakter individualistik dan liberal. Para generasi muda saat ini belum mampu menjadikan Pancasila sebagai benteng untuk menahan banyaknya arus globalisasi yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Maraknya pemimpin bangsa yang tersandung akan masalah korupsi dan kriminalitas tentu menjadi contoh lunturnya nilai-nilai pancasila. Pemimpin yang hanya sibuk mementingkan kepentingan diri dan kelompoknya, bagaimana nilai cadangan devisa negara bertambah, eksploitasi sumber daya alam dan bagaimana memperoleh menjalankan serta mempertahankan kekuasaan dengan segala cara. Akan tetapi, tidak pernah lagi berpikir bagaimana membangun tatanan negara yang berasaskan nilai-nilai dan dasar-dasar Ideologi Pancasila. Perhatian pemimpin bangsa saat ini tentu tersita pada persoalan-persoalan teknis yang pada hakikatya dapat diselesaikan secara mudah asal para pemimpin bangsa memiliki pendirian yang kokoh (Yetti Hidayatillah: 2014). Penumbuhan kembali nilai-nilai Pancasila pada mata pelajaran PPKn dalam upaya menyiapkan para calon pemimpin bangsa tentu menjadi alternatif untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Hal ini dapat dimulai dari pendidikan Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas bahkan Perguruan Tinggi. Dengan demikian para generasi muda dituntut untuk dapat mengimplementasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari baik dari aspek pengetahuan, keterampilan, dan sosial serta karakter warga negara
PERMASALAHAN
1.apa yang dimaksud dengan peran pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan?
2.apa saja tantangan kepemimpinan di era global?
PEMBAHASAN
1. Hakikat dan peran pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Pendidikan Kewarganegaraan diarahkan pada pembinaan sikap dan kemampuan bela negara. Jadi berbeda dengan wajib latih yang lebih ditekankan pada aspek fisik. Pendidikan kewarganegaraan lebih ditekankan pada aspek kongnitif dan afektif bela negara (Amin, 2010: 42). Kesadaran akan hak dan kewajiban warga negara dalam membangun kehidupan warga negara tentu menjadi tujuan umum dari pendidikan pancasila dan kewarganegaraan. Hal ini tentu sependapat dengan pendapatnya Heater (1999:114) bahwa. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan tentu menjadi proses penanaman kesadaran warga negara dalam menjalankan hak dan kewajiban warga negara dalam hal ini mata pelajaran PPKn memiliki peran yang strategis untuk membangun sistem pemerintahan yang lebih beradab. Melalui pembinaan karakter pada masyarakat tentu akan mewujudkan kabiasaan baik, dan dari kebiasaan baik akan melehirkan budaya yang baik pula dalam sistem pemerintahan. Dalam mewujudkan hal tersebut tentu membutuhkan proses yang kompleks dan memperlukan waktu yang cukup lama oleh sebab itu diperlukan kerjasama dari berbagai komponen masyarakat. Salah satu komponen penting dalam upaya membangun tatanan masyarakat yang berkemajuan tentu diperlukan adanya kerjasama dari bidang pendidikan, khususnya pendidikan formal, artinya bahwa pendidikan formal memiliki peran sekaligus tanggun jawab dalam membina karakter bangsa khusunya amta pelajaran PPKn yang secara umum memiliki tujuan sama dengan konsep membangun tatanan masyarakat yang berkemajuan yakni:
(1) apa kehidupan kewarganegaraan,
politik dan pemerintahan
(2) apa pondasi-pondasi sistem
politik
(3) bagaiamana pemerintahan yang
dibentuk oleh konstitusi mengejawantahkan tujuan-tujuan, nilai-nilai dan
prinsip-prinsip demokrasi
(4) hubungan antar suatu Negara
dengan Negara-negara lain dan posisinya dalam masalah-masalah internasional
(5) apa peran warganegara dalam demokrasi
Pembelajaran PPKn yang dikembangkan saat ini tentu
haruslah sesuai dengan lima hal terserbut untuk melahirkan warga negara yang
memiliki pengetahuan kewarganegaraan yang memadai guna menyiapkan para calon
pemimpin di era globa yang mampu memberi perubahan yang lebih baik bagai
negaranya dengan menerapkan nilai-nilai dan asas asas dasar negara. Komponen
aspek civic skills dalam pembelajaran PPKn menurut Quigley dalam Budimansyah
2010 secara konseptual memiliki karakteristik kepribadian yang meliputi
keadaban, tanggung jawab, disiplin, toleransi, terbuka, kesabaran, ketaatan
keterharuan, rendah hati serta memiliki jiwa nasionalisme dan patriotisme dalam
menejalankan kehidupan sehari-hari baik alam lingkungan keluarga, sekolah,
masyarakat, serta bangsa dan negara. Sedangkan komponen ketiga dalam
pembelajaran PPKn berupa civics disposition aspek ini merupakan aspek yang
paling subtantif dan esensial. Civics disposition merupakan muarah utama dari
aspek Civic knowledge dan civic skills hal ini tentu sesuai dengan tujuan secara
umum dari mata pelajaran PPKn yang cenderung menekakan pada aspek pengetahuan
dan keterampilan warga negara dalam upaya membangun tatanan kehidupan warga
negara yang berlandaskan nilai-nilai dasara negara Pancasila. Pembelajaran PPKn
tentu memiliki peran yang sangat strategis untuk melahirkan calon-calon
pemimpin bangsa yang baik. Mempunyai kompetensi yang handal sesuai dengan asas
dan nilai-nilai ideologi Pancasila. Para pemimpin bangsa yang dalam menerapkan
kebijakan-kebijakannya sudah dapat dipastikan tidak akan berbuat curang
terhadap rakyatnya atau berbuat negatif seperti korupsi, kolusi dan nepotisme.
Dengan demikian akan mewujudkan sistem pemerintahan yang bersih dan berwibawa
serta berkeadaban dalam tatanan kehidupan masyarakat. Tentu dalam upaya mewujudkan
aspek-aspek tersebut dibutuhkan pola Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
yang jauh lebih baik lagi baik dari kurikulum PPKn, model pembelajaran PPKn
sampaik dengan model penilaian yang mencakup sikap, pengetahuan dan
keterampilan.
2.
Hakikat peran PPKn dan Pemimpin
di Era Global Dalam menjalankan organisasi, pemimpin menjadi penentu untuk
mencapai tujuan dan perubahan yang lebih baik. Menurut Robert D Stuart (2002:
352) pemimpin adalah “seseorang yang diharapkan mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi,
memberi petunjuk dan juga mampu menentukan individu untuk mencapai tujuan
organisasi”. Sedang kan menurut Avolio dalam Hofmeyer, Sheingold, Klopper dan
Warland (2015) menjelaskan bahwa “Leadership can be defined in terms of traits,
characteristics and behaviours that focus on a clear vision,action, modelling
the way, ethical relationships, congruence, trustworthiness and collaboration”.
Kepemimpinan merupakan bentuk gambaran dari sifat, karakteristik dan perilaku
yang fokus pada visi dan misi untuk mencapai tujuan organisasi Pemimpin
apresiatif tentu sangat di butuhkan untuk membangun tatanan dunia yang
berkemajuan. Mengingat bahwa perngertian pemimpin apresiatif adalah “The role
of an appreciative leader is to be a catalyst of change and to look for and
nurture the best in others”. (Orr and ClevelandInnes, 2015: 237). Pemimpin
apresiatif akan mewujudkan sistem kepemimpinan yang mengembangkan nilai-nilai
dasar organisasi. Dalam menjalankan kepemimpinannya, pemimpin tentu tidak bisa
lepas akan konsep kepemimpinan yang dikembangkan. Di era saat ini pemimpin
haruslah memiliki konsep kepemimpinan yang berorientasi pada perbuahan.
Perubahan tersebut mencakup tujuh unsur yang esensial dalam kepemimpinan yakni
perubahan dalam aspek pemimpin, pengaruh, pengikut, maksud, tujuan bersama,
perubahan, dan tanggung jawab pribadi. Seorang pemimpin tentu haruslah memberi
perubahan bagi organisasi yang dipimpinnya. Pengaruh kepemimpinan tuntu juga
menjadi unsur mendasar dalam memberikan perubahan. Nanus & Dobbs (1999: 18)
menemukan beberapa model khusus yang dapat digunaan untuk memahami peran
pemimpin organisasi “ inside the organization, outside organization, present
operation, and on future possiblities” para pemimpin haruslah memberi
inspirasi, mendorong , menggerakkan dan memberdayakan anggotannya baik lingkup
dalam organisasi, luar organisasi, operasional organisasi, maupuan masa depan
dan tujuan organisasi yang akan dicapai. Keempat hal tersebut terdiri dari enam
peran yang merupakan aktivitas pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya
Pemimpin sebagai agen perubahan merupakan individu yang harus bertanggun jawab
untuk mengubah sistem dan tingkah laku para anggotanya yang berdasarkan ajaran
dan nila-nilai Ideologi Pancasila. Perubahan sukses dalam model kepepimpinan menurut
Kurt Lewain dan Schein dalam Irawaty A. Kahar (2008: 25) haruslah mengikuti
empat langkah yakni pertama, adanya keinginan untuk berubah dengan diawali
adanya suatu kebutuhan perupa kekurangan-kekurangan dan ketidakpuasan selama
ini. Kedua, pencarian yang meliputi memberikan dorongan untuk membujuk melalui
beberapa pendekatan dan mengurangai berbagai bentuk ancaman-ancaman dan
penolakan dengan demikian setiap individu dalam lingkung organisasi siap untuk
berubah. Ketiga, merubah perilaku secara individu terlebih dahulu kemudian
anggota organisasi secara umum. Keempat merupakan langkah terakhir dalam upaya
melakukan perubahan yang lebih baik pada organisasi yakni melalu pemantapan
perubahan baru untuk membuat menjadi permanen. Dalam upaya mewujudkan pemimpin
di era global yang profesional dan berjiwa Pancasilais tentu dibutuhkan peran
dunia pendidikan untuk menanamkan nilai-nilai dasar negara tersebut. Disinilah
peran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sangat di perlukan mengingat
bahwa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan materi pembelajaran
wajib pada sekolah dasar sampai perguruan tinggi yang menanamkan nilai-nilai
dasar negara Pancasila pada generasi penurus bangsa dalam upaya mewujudkan
cita-cita dan tujuan Nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pancasila
sebagaimana di rumuskan oleh para pemimpinan bangsa merupakan pandangan hidup
yang muncul dalam mengenali realitas sosial politik bangsa Indonesia. menurut
Kaelan (2002) Pancasila adalah gambararan dari nilai-nilai jati diri bangsa
yang dikembangkan dalam lima dasar kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam
lingkup pendidikan nasional, tidak dapat dipungkiri bahwa Pancasila sebagai
ideologi bangsa mengalami banyak mengalami perubahan dari setiap razim yang
berkuasa, baik dari orde lama samapai dengan masa reformasi. Namun demikian
pembelajaran PPKn tentu menjadi alternafi utama dalam penanaman nilai-nilai
dasar negara Pancasila sebagai upaya menyiapkan para pemimpinan bangsa di masa
yang akan datang. Sekaitan dengan pananaman nilai-nilai Pancasila melalu
pendidikan Kewarganegaraan Afief Rahman, Duta UNESCO untuk Indonesia sekaligus
pengamat pendidikan mengemukakan bahwa Penanaman Ideologi Pancasila saat ini
dapat diterapkan malalui Pendidikan Kewarganegaraan (Anonym, 2011). Lebih
lanjut ia mengemukakan bahwa agar ideologi terserbut mampu berjalan secara
maksimal maka perlu memperhatikan tiga aspek yakni Kognitif (pengetahuan),
efektif (sikap), dan psikokotor (pengalaman) begitu pula dengan penanaman
ideologi Pancasila dalam pembelajaran PPKn ketiga aspek tersebut harus
dijalankan secara seimbang. Dengan demikian ada beberapa nilai-nilai
kepemimpinan pada pembelajaran PPKn yang dapat digunakan untuk membangun para
calon pemimpin di era global yang berjiwa nasionalis. Menurut Winarno (2010)
nilai-nilai terserbut dapat dilihat dari persektif teori pembelajaran PPKn
yakni fungsionalisme struktural merupakan pengembangan nilai-nilai kehidupan
sosial yang mengikat integrasi, titik temu, jati diri bangsa serta nilai yang
dianggap baik untuk diwujudkan. Sedangkan menurut White Hodgson dan Crainer
(1997) ada lima jenis kterampilan yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran
PPKn di sekolah-sekolah. Kelima terampilan terserbut harus dikorelasikan dengan
nilai-nilai dasar negara Pancasila.
A. Dificult Learning
Proses pembelajaran yang menanamkan nilai-nilai Pancasila merupakan kunci untuk mengatasi kegagalan dalam berorgansiasi. Adanya proses pembelajaran yang rumit dan sulit tentu mebutuhkan kreatifitas yang tinggi. Disinilah peran dari nilai pancasila yang dapat dikembangkan dalam pores pembelajaran untuk dapat mengidentifikasi apa yang belum mereka ketahui dan segala sesuatu yang belum didapatkan cara pemecahannya. Guru PPKn hendaklah mengambarkan nilai-nilai dasar negara Pancasila melalu beberapa contoh untuk membangun tugas dan fungsi dalam proses pembelajaran melalui penugasan yang mengarahkan pada aspek sikap, pengetahuan dan ketarampilan warga negara.
B.
Maximizing Energy
Merupakan proses pembelajaran PPKn yang menekankan pada penyampain nilai-nilai pembelajaran secara maksimal baik secara teori maupun praktek. Bagaimana nilai-nilai tersebut mampu di pahami para peserta didik kemudian dapat membangun keterampilan para calon pemimpin yang diinginkan pada organisasi masa depan yakni para pemimpin dengan kemampuan untuk mengeluarkan keputusan yang berlandaskan akan nilai-nilai dasar negara
C.
Resonant Simplicity
Di era kecanggihan teknologi saat
ini, informasi dan komunikasi yang efektif dan jelas merupakan suatu tuntutan.
Melalu informasi berupa data maupun informasi tentu akan memberikan kemudahan
bagi pendidik dalam upaya mentransformasikan nilai-nilai dasar negara dalam
proses pembelajaran. Dengan demikian para peserta didik akan dibekali setiap
ilmu pengetahuan serta cara mengkomunikasikannya pada masyarakat umum.
Pemimpian masa depan haruslah benar-bener memastikan dengan terjun langsung ke
lapangan baik dalam bentuk observasi maupuan penelitian mengenai dinamika dan
kebutuhan masyarakat yang kemudian akan berujuk pada kebijakan yang akan diambil
dalam menyelesaikan permasalahan.
D.
Multiple Focus
Pendidik merupakan media dalam mentransformasikan nilai-nilai pembelajaran pada peserta didik. Tentu dalam menyampikan peroses pembelajaran di kelas pendidik harus fokus pada nilai pendidikan apa yang akan dikembangkan dalam upaya membekalai para calon pemimpin di era global. Untuk membangun nuansa fokus dalam peserta agar menjadi kebiasaan tentu membutuhkan strategi. Strategi ini lah yang tentu akan menjadi kebiasaan di masa yang akan datang. Kejelasan untuk mencapai tujuan akan didapatkan setelah melalu proses yang tidak terfokus. Dalam menyiapkan para pemimpian masa depan tentu hal ini akan sering sekali timbul. Adanya kemampuan seorang pemimpin untuk melakukan teknik persuasif dan advocay dalam mempengarui anggota organisasi untuk dapat berpikir dan bertindak secar terfokus tentu sangat dituntut pada para calan pemimpinan masa depan. Dengan demikian melalui proses pembelajaran PPKn yang berkelanjutan diharapkan mamu memberikan alternatif para peserta didik untuk membiasaan kebiasaan fokus dalam menjalankan tugas.
E.
Mastering Inner Sense
Proses pembelajaran di kelas tentu menggunakan logika dan rasio dalam membuat prediksi-prediksi dalam menyelesaikan tugas. Pembelajaran PPKn akan menjadi media untuk melatih menggunakan kemampuan inner sense yang dimiliki dalam membuat keputusan- keputusan. Keputusan-keputusan tersebut haruslah diselesaikan secar cepat, maka peran innersense sangatlah penting. Melalu kekuatan innersense seorang pemimpinan akan berani mengambil resiko menempuh jalan keluar dari segala aturan. Disinilah peran materi PPKn dalam menumbuhkan kekuatan innersense para pesrta didik sebagai bekal dalam membangun para calon pemimpin di era masa depan yang berani mengambil resiko, dan paham akan konsekuensi dengan tanggap dapat memberikan suatu solusi. Dalam upaya mengembangkan nilai-nilai terampilan para calon pemimpin di era gelobal tentu membutuhkan keteladanan. Hal ini tentu harus di gambarkan pula bagi para pendidik . Pendidikan merupakan contoh figur yang mentransformasikan nilai-nilai kehidupan berbangsa dan bernegara tentu juga harus mencerahkan dan memberi perubahan ke arah yang lebih baik dalam membangun tatanan kehidupan yang berasaskan nilai-nilai dasar kehidupan. Sehingga akan terjalin ikatan antara pendidik dan peserta didik yang terorganisir secar berkala untuk mencapai tujuan bersama yakni Dalam upaya mengembangkan nilai-nilai terampilan para calon pemimpin di era gelobal tentu membutuhkan keteladanan. Hal ini tentu harus di gambarkan pula bagi para pendidik . Pendidikan merupakan contoh figur yang mentransformasikan nilai-nilai kehidupan berbangsa dan bernegara tentu juga harus mencerahkan dan memberi perubahan ke arah yang lebih baik dalam membangun tatanan kehidupan yang berasaskan nilai-nilai dasar kehidupan. Sehingga akan terjalin ikatan antara pendidik dan peserta didik yang terorganisir secar berkala untuk mencapai tujuan bersama yakni melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
KESIMPULAN
Era global merupakan era dimana perkembangan teknologi semakin berkembang, tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara tentu menjadi obejek kajian yang menarik dalam upaya menyiapkan para pemimpin bangsa yang berkualitas dan profesional. Hal ini diperlukan peran serta dunia pendidikan dalam upaya menyiapkan para pemimpin terserbut yakni melalu materi pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Pemimpin di era global haruslah memiliki sikap dan karakter warga negara yang berjiwa Nasionalisme, dengan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam dasar negara Pancasila pada kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai dasar pancasila akan menjadi pedoman hidup berbangsa dan bernegara.
SARAN
Materi pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaran haruslah menginternalisasikan nilai-nilai dasar negara pancasila dalam setiap materi yang disampaikan. terdapat lima nilai dasar yang bisa dijadikan rujuan para pendidik mata pelajaran PPKn dalam membangun para calan pemimpin masa depan yang memiliki jiwa Pancasilais dan nasionalis, kelima nilai tersebut yakni Dificult Learning, Maximizing Energy, Resonant Simplicity, Multiple Focus dan Mastering Inner Sense. Kelima nilai ini akan menjadi media dalam mentransformasikan nilai-nilai dasar Pancasila dalam diri peserta didik. Tentu hal ini juga membutuhkan peran dari seorang pendidik yang memberikan teladan secara langsung. sehingga akan terjadi interaksi antara pendidik dan peserta didik yang sistematis, dalam upaya membentuk calon pemimpin bangsa yang profesional di era global.
DAFTAR PUSTAKA
Syarbaini,
Syahrial, dkk. 2006. Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan
Kewarganegaraan. Jakarta : UIEU – University Press Muhammad
Syaifudin & Agus Satmoko. (2014). Kontribusi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn) dalam
Pembentukan Perilaku siswa SMA Negari 19 Surabaya. Kajian Moral dan
Kewarganegaraan Volume 2 Nomor 2.
Yetti
Hidayatillah. (2014). Urgensi Eksistensi Pancasila di Era Globalisasi (Studi
Kritis Terhadap Persepsi Mahasiswa STKIP PGRI Sumenep Tentang Eksistensi
Pancasila). Jurnal Pelopor Pendidikan Volume 6, Nomer 2
Amin, Z.L. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Universitas Terbuka
Heater, D. (1999). What is citizensih education. Cambridge: Polity Press
Branson, Margaret Stimman. (1998). The Role of Civics education: A fortcoming Education Policy Tas Force Position Paper from the communicatarian Network, Calabasas : CCE.
Stuart, Robert D.
and Barbara B. Morgan. (2002). Library and information centre management, USA:
Library Unlimited.
Orr T & Cleveland-Innes M. (2015). Appreciative Leadership: Supporting Education Innovation. International Review of Research in Open and Distributed Learning. Volume 16, Number 4
Nanus, Burt and Stephen M. Dobbs. (1999). Leaders Make Different Strategies for Meeting the Non Profit Challenge, San Francisco: Jossey bass.
Hofmeyer A, Sheingold B.H, Klopper H.C, Warland J. (2015). Leadership In Learning And Teaching In Higher Education: Perspectives Of Academics In Non-Formal Leadership Roles. Contemporary Issues In Education Research. Volume 8, Number 3.
Irawaty A. Kahar. (2008). Konsep Kepemimpinan dalam Perubahan Organisasi (organizational Change) pada Perpustakaan Perguruan tinggi. Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi. Vol.4, No.1, Juni 2008
Anonym. 2011. “Cukupkan PendidikanKewarganegaraan?”Tersedia[Online] http://edukasi.kompas.com/read/20Pendidikan Kewarganegaraan”. Acta Civicus: Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Vol. 2 (2) April 2009
Winarno. 2010.
“Implementasi Pancasila melalui Pendidikan Kewarganegaraan (civic education)”.
Makalah disajikan dalam Seminar di Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI),
13 April 2010
No comments:
Post a Comment