Membangun sikap kritis mahasiswa melalui Pendidikan Kewarganegaraan
Ghefira Lintang Kinaryosi
(46123010014)
Psikologi
ABSTRAK
Artikel ini membahas Pendidikan
kewarganegaraan sangat penting untuk membangun sikap kritis mahasiswa, seperti
yang dibahas dalam artikel ini. Diharapkan mahasiswa di pendidikan tinggi tidak
hanya memahami konsep tetapi juga mampu menerapkan pemikiran kritis dalam
kehidupan sehari-hari. Pendidikan kewarganegaraan memberi siswa pemahaman yang
lebih baik tentang hak dan kewajiban mereka sebagai warga negara, pemahaman
yang lebih baik tentang masalah sosial, politik, dan ekonomi, dan keinginan
untuk berpartisipasi secara aktif dalam masyarakat. Artikel ini membahas
masalah yang timbul saat menerapkan pendidikan kewarganegaraan, strategi yang
berguna untuk menanamkan sikap kritis, dan hasil positifnya. Hasil dan
rekomendasi diberikan untuk meningkatkan pendidikan kewarganegaraan untuk
menghasilkan generasi muda yang kritis dan bermoral.
KATA KUNCI: pendidikan kewarganegaraan, sikap
kritis, mahasiswa, pendidikan tinggi, pemikiran kritis.
PENDAHULUAN
Pendidikan kewarganegaraan sangat
penting untuk membangun sikap kritis dan karakter siswa. Kemampuan untuk
berpikir kritis menjadi semakin penting di era digitalisasi dan globalisasi
saat ini. Pendidikan kewarganegaraan tidak hanya mengajarkan teori tetapi juga
mengajarkan siswa untuk memahami dan mempertimbangkan berbagai masalah sosial,
politik, dan ekonomi. Sikap kritis, yang mencakup kemampuan untuk menganalisis,
mengevaluasi, dan menciptakan solusi terhadap berbagai masalah, sangat penting
dalam menghadapi tantangan masyarakat modern. Di tengah arus informasi yang
deras dan kompleksitas masalah sosial-politik, sikap kritis menjadi kemampuan
esensial bagi mahasiswa agar mampu berpartisipasi aktif dan konstruktif dalam
kehidupan bernegara.
Dengan demikian, pendidikan
kewarganegaraan membantu mereka berpikir kritis, memahami hak dan kewajiban
mereka sebagai warga negara, dan berpartisipasi aktif dalam kehidupan
masyarakat.
PERMASALAHAN
1.
Kurangnya
Implementasi yang Efektif: Sejumlah besar institusi pendidikan belum
melaksanakan pendidikan kewarganegaraan dengan baik. Tanpa aplikasi praktis
yang memadai, pembelajaran cenderung bersifat teoritis.
2.
Metode
Pembelajaran yang Kurang Inovatif: Mahasiswa tidak antusias dan tidak terlibat
aktif dalam pembelajaran karena metode pembelajaran yang konvensional dan tidak
menarik.
3.
Kurang
Kesadaran Mahasiswa: Mahasiswa kurang menyadari pentingnya pendidikan
kewarganegaraan. Akibatnya, mereka tidak termotivasi untuk berpikir kritis.
PEMBAHASAN
Pendidikan
kewarganegaraan memiliki potensi besar untuk menumbuhkan sikap kritis mahasiswa.
Ini dapat dicapai melalui pendekatan pembelajaran yang menekankan diskusi dan
pertimbangan kritis serta pemahaman yang mendalam tentang sistem pemerintahan
dan hak dan kewajiban setiap warga negara. Membangun sikap kritis mahasiswa
melalui Pendidikan Kewarganegaraan merupakan langkah penting untuk menciptakan
generasi yang mampu berpikir analitis, memahami dinamika sosial-politik, serta
berpartisipasi aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan
Kewarganegaraan bertujuan untuk membentuk warga negara yang cerdas,
berkarakter, dan bertanggung jawab. Mahasiswa diajarkan untuk memahami hak dan
kewajibannya sebagai warga negara, mengenal sistem pemerintahan, serta
menghargai nilai-nilai demokrasi dan keberagaman. Sikap kritis adalah kemampuan
untuk menganalisis informasi secara menyeluruh, mempertanyakan asumsi, dan
membuat keputusan yang berdasar pada pemikiran yang rasional dan objektif. Dalam
konteks Pendidikan Kewarganegaraan, sikap kritis membantu mahasiswa untuk tidak
menerima informasi secara mentah-mentah, melainkan mengevaluasi sumber, bias, dan
relevansi informasi tersebut. Sikap kritis penting dalam era informasi yang
dipenuhi dengan berita palsu dan misinformasi.
Studi
menunjukkan bahwa mahasiswa yang aktif mengambil bagian dalam mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan memiliki kesadaran kritis yang lebih baik. Mereka
memiliki kemampuan yang lebih baik untuk mengidentifikasi dan menganalisis
masalah sosial, ekonomi, dan politik secara lebih mendalam. Pemahaman mendalam
tentang konsep seperti demokrasi, hak asasi manusia, dan keadilan sosial sangat
penting dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang berhasil. Dengan
memiliki dan melatih kemampuan bertanya, karakter dan perilaku mahasiswa bisa
bersikap kritis. Namun, sikap kritis tersebut memerlukan norma sebagai
pengendali agar mahasiswa tidak jatuh pada bentuk skeptisisme dan arogansi.
Arahan dalam pembelajaran dan pelatihan bagi mahasiswa untuk bersikap kritis
dipergunakan untuk memperjuangkan keadilan agar keadaan negara menjadi lebih
baik. Metode seperti debat, studi kasus, dan simulasi sidang paripurna terbukti
efektif dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Dalam konteks Pendidikan
Kewarganegaraan metode ini memungkinkan mahasiswa untuk berargumentasi,
mengevaluasi berbagai sudut pandang, dan mempertahankan pendapat mereka
berdasarkan bukti yang kuat.
Berikut
ini adalah beberapa strategi yang dapat digunakan dalam Pendidikan
Kewarganegaraan untuk mengembangkan sikap kritis mahasiswa yaitu:
1.
Diskusi
kelas: Melibatkan
mahasiswa dalam diskusi tentang isu-isu sosial, politik, dan kewarganegaraan
terbaru. Diskusi ini mendorong mahasiswa untuk menyuarakan pendapat mereka,
mendengarkan perspektif yang berbeda, dan mempertajam argumen mereka.
2.
Studi
Kasus: Menggunakan
studi kasus nyata yang memungkinkan mahasiswa menganalisis situasi tertentu,
memahami berbagai perspektif, dan membuat keputusan yang berdasarkan data dan
fakta.
3.
Debat:
Mengadakan
debat Kewarganegaraan tentang topik yang kontroversial. Dalam debat, mahasiswa
diharuskan untuk mempersiapkan argumen yang kuat, berpikir cepat dan mempertimbangkan
argumen lawan secara kritis.
4.
Penulisan
esai kritis: Tugas
yang diberikan kepada mahasiswa untuk menulis esai kritis tentang masalah
kewarganegaraan mengharuskan mereka melakukan penelitian mendalam, memeriksa
berbagai sumber informasi, dan membuat argumen yang masuk akal.
5.
Pemahaman
Sejarah dan Konteks Sosial: Pendidikan
Kewarganegaraan mengajarkan mahasiswa tentang sejarah, konstitusi, dan kemajuan
sosial-politik negara yang mempengaruhi kehidupan mereka saat ini. Membangun
kesadaran kritis terhadap perubahan sosial dan mengkontekstualisasikan masalah
saat ini membutuhkan pemahaman ini.
Pendidikan
Kewarganegaraan dapat menjadi cara yang bagus untuk membangun sikap kritis
siswa dengan menggabungkan berbagai pendekatan pembelajaran ini. Mereka
membutuhkan perspektif kritis ini tidak hanya di dunia akademis, tetapi juga
sebagai warga negara yang bertanggung jawab dan aktif dalam masyarakat.
KESIMPULAN
Pendidikan
kewarganegaraan dapat memengaruhi sikap kritis mahasiswa. Pendidikan
kewarganegaraan juga dapat menjadi alat yang efektif untuk membantu mahasiswa
belajar berpikir kritis dan mengevaluasi. Melalui penerapan teori dalam
berpikir kritis, pembelajaran kolaboratif, dan pendekatan demokratis,
Pendidikan Kewarganegaraan dapat menjadi platform yang efektif untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Sikap kritis dapat
ditanamkan dalam diri mahasiswa sehingga mereka dapat menjadi orang yang
cerdas, kritis, dan bertanggung jawab dalam masyarakat. Ini dapat dicapai
melalui berbagai pendekatan pengajaran, seperti diskusi, studi kasus, debat,
dan penugasan esai. Dengan menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, mahasiswa tidak
hanya siap menghadapi tantangan masa kini, tetapi juga mampu berkontribusi
positif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dimasa depan.
SARAN
Membangun
sikap kritis mahasiswa melalui Pendidikan Kewarganegaraan memerlukan pendekatan
yang terstruktur dan inovatif.
Berikut
adalah beberapa saran untuk mencapai tujuan tersebut yaitu:
1.
Metode
Pembelajaran Aktif: Permainan
peran, diskusi kelompok, debat, dan simulasi sidang adalah beberapa cara
pembelajaran yang melibatkan partisipasi aktif mahasiswa. Kegiatan seperti ini
dapat membantu mahasiswa belajar berpikir kritis dan analitis.
2.
Studi
Kasus Aktual:
Gunakan studi kasus yang relavan dan aktual untuk menganalisis berbagai isu
sosial, politik, dan hukum. Ini membantu mahasiswa mengaitkan teori dengan
praktik nyata dan mengembangkan kemampuan mereka untuk memecahkan masalah.
3.
Kolaborasi
dan Pembelajaran Interdisipliner: Libatkan mahasiswa dalam proyek-proyek kolaboratif dengan
disiplin ilmu lain. Misalnya bekerja sama dengan mahasiswa dari jurusan lain
untuk menganalisis suatu masalah dari berbagai perspektif.
4.
Kolaborasi
dengan Organisasi Eksternal:
Intuisi Pendidikan dapat bekerja sama dengan organisasi non-pemerintah,
komunitas sosial, dan lembaga pemerintah untuk memberikan pengalaman praktis
bagi mahasiswa.
DAFTAR
PUSTAKA
Dewey, J. (1916). Democracy
and Education: An Introduction to the Philosophy of Education. New York:
Macmillan.
Freire, P. (1970). Pedagogy
of the Oppressed. New York: Continuum.
Johnson, D.W., Johnson,
R.T., & Smith, K.A. (1991). Active Learning: Cooperation in the College
Classroom. Edina, MN: Interaction Book Company.
Westheimer, J., &
Kahne, J. (2004). What Kind of Citizen? The Politics of Educating for
Democracy. American Educational Research Journal, 41(2), 237-269.
Brookfield, S. D. (2012).
Teaching for Critical Thinking: Tools and Techniques to Help Students Question
Their Assumptions. San Francisco: Jossey-Bass.
Budimansyah, D. (2004).
Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan untuk Membangun Karakter Bangsa. Bandung:
Widya Aksara Press.
Susanto, H. (2015).
Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Ennis, R. H. (2011). “The
Nature of Critical Thinking: An Outline of Critical Thinking Dispositions and
Abilities”. University of Illinois.
Winarno, B. (2016).
“Pendidikan Kewarganegaraan: Paradigma, Teori, dan Praktek”. Alfabeta.
No comments:
Post a Comment