Nasionalisme dan Kosmopolitanisme
Elizabeth Goergiana Pramitha 41923010017
Pendidikan Kewarganegaraan: Nasionalisme dan Kosmopolitanisme
Abstrak
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memainkan peran vital dalam membentuk identitas dan kesatuan bangsa melalui pengajaran nilai-nilai nasionalisme dan kosmopolitanisme. Harmonisasi antara kedua nilai ini sangat penting untuk menghadapi tantangan globalisasi. Meskipun nilai kosmopolitanisme dapat memperkaya pembelajaran PKn, masih terdapat resistensi terhadap nilai-nilai ini. Oleh karena itu, guru PKn perlu memahami dan mengajarkan kedua nilai tersebut secara proporsional. Upaya harmonisasi dalam kurikulum PKn diperlukan untuk membangun karakter bangsa yang kuat dan berwawasan global.
Kata Kunci: Pendidikan Kewarganegaraan, Nasionalisme, Kosmopolitanisme, Globalisasi
Pendahuluan
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memiliki peran penting dalam membangun identitas dan kesatuan bangsa melalui pengajaran nilai-nilai nasionalisme dan kosmopolitanisme. Nasionalisme melibatkan kesetiaan pada negara kebangsaan, sementara kosmopolitanisme mencakup keterbukaan terhadap budaya-budaya lain dan prinsip-prinsip politik seperti hak asasi manusia (Khairi, 2021). Dalam konteks globalisasi yang semakin pesat, harmonisasi antara kedua nilai ini menjadi semakin relevan untuk menciptakan generasi yang berwawasan global namun tetap berakar pada karakter lokal (Kariadi, 2017).
Penelitian menunjukkan bahwa nilai kosmopolitan memiliki dampak signifikan terhadap pembelajaran PKn, terutama dalam mengembangkan civic skill dan civic disposition siswa (Halimah, 2018). Di Kota Cimahi, misalnya, nilai kosmopolitan telah terbukti mendukung efektivitas pembelajaran PKn dengan mendorong peserta didik untuk memiliki sikap terbuka terhadap masyarakat dan budaya lain (Halimah S. , 2018). Hal ini menunjukkan bahwa integrasi nilai kosmopolitan dalam kurikulum PKn dapat membantu siswa memahami dan menghargai keragaman budaya, yang pada gilirannya memperkuat rasa kebangsaan mereka.
Namun, tantangan tetap ada dalam mengharmonisasikan nilai nasionalisme dan kosmopolitanisme dalam pendidikan. Meskipun kosmopolitanisme dapat memperkaya pembelajaran PKn, resistensi terhadap nilai-nilai ini masih ditemukan, seperti yang terjadi di Amerika Serikat, di mana rasisme dan kebijakan proteksionis menghambat tercapainya kosmopolitanisme (Khairi, 2021). Oleh karena itu, guru PKn perlu memahami kedua nilai tersebut agar dapat membimbing siswa secara proporsional dalam menghadapi perubahan sosial yang pesat (Kariadi, 2017). Dengan demikian, pendidikan kewarganegaraan yang efektif dapat membangun karakter bangsa yang kuat dan berwawasan global.
Permasalahan
Permasalahan utama dalam pendidikan kewarganegaraan saat ini adalah bagaimana mengharmonisasikan nilai-nilai nasionalisme dan kosmopolitanisme dalam kurikulum. Di satu sisi, nasionalisme penting untuk membangun identitas dan kesatuan bangsa, namun di sisi lain, kosmopolitanisme diperlukan untuk mempersiapkan generasi muda menghadapi tantangan globalisasi. Menurut penelitian yang dilakukan di Kota Cimahi, nilai kosmopolitanisme memiliki dampak signifikan terhadap pembelajaran pendidikan kewarganegaraan, dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa kosmopolitanisme berkontribusi sebesar 69,71% terhadap efektivitas pembelajaran PKn (Halimah S. , 2018). Namun, resistensi terhadap nilai-nilai kosmopolitanisme masih ditemukan, terutama di negara-negara seperti Amerika Serikat, di mana rasisme dan kebijakan proteksionis menghambat tercapainya kosmopolitanisme (Khairi, 2021).
Studi kasus yang relevan adalah bagaimana Kota Cimahi berhasil mengintegrasikan nilai kosmopolitanisme dalam pembelajaran PKn untuk mendukung civic skill dan civic disposition siswa. Penelitian menunjukkan bahwa pendekatan ini membantu siswa memiliki sikap terbuka terhadap masyarakat dan budaya lain, yang pada gilirannya memperkuat rasa kebangsaan mereka (Halimah S. , 2018). Namun, tantangan tetap ada dalam mengatasi resistensi terhadap nilai-nilai kosmopolitanisme, yang memerlukan pemahaman mendalam dari para guru PKn untuk membimbing siswa secara proporsional dalam menghadapi perubahan sosial yang pesat (Kariadi, 2017). Dengan demikian, harmonisasi antara nasionalisme dan kosmopolitanisme dalam pendidikan kewarganegaraan menjadi kunci untuk membangun karakter bangsa yang kuat dan berwawasan global.
Pembahasan
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah salah satu mata pelajaran yang bertujuan untuk membentuk karakter dan identitas bangsa melalui pengajaran nilai-nilai kebangsaan dan kewarganegaraan. PKn tidak hanya mengajarkan tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara, tetapi juga menanamkan nilai-nilai moral dan etika yang penting dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam konteks globalisasi, pendidikan kewarganegaraan juga harus mampu mengintegrasikan nilai-nilai kosmopolitanisme untuk mempersiapkan generasi muda menghadapi tantangan global (Kariadi, 2017).
Nasionalisme adalah salah satu nilai utama yang diajarkan dalam PKn. Nasionalisme melibatkan kesetiaan dan cinta terhadap negara kebangsaan, serta penghargaan terhadap sejarah, budaya, dan identitas nasional. Pendidikan nasionalisme bertujuan untuk membangun rasa kebanggaan dan tanggung jawab sebagai warga negara. Dalam konteks Indonesia, nasionalisme juga mencakup pemahaman tentang Pancasila sebagai dasar negara dan panduan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara (Kariadi, 2017).
Kosmopolitanisme adalah konsep yang mencakup keterbukaan terhadap budaya-budaya lain dan prinsip-prinsip politik seperti hak asasi manusia. Dalam pendidikan kewarganegaraan, kosmopolitanisme bertujuan untuk mengembangkan civic skill dan civic disposition siswa, sehingga mereka dapat berpartisipasi secara aktif dalam masyarakat global. Penelitian di Kota Cimahi menunjukkan bahwa nilai kosmopolitanisme memiliki dampak signifikan terhadap pembelajaran PKn, dengan kontribusi sebesar 69,71% terhadap efektivitas pembelajaran (Halimah S. , 2018).
Harmonisasi antara nasionalisme dan kosmopolitanisme dalam pendidikan kewarganegaraan menjadi semakin relevan dalam era globalisasi. Meskipun kedua nilai ini tampak bertentangan, keduanya sebenarnya saling melengkapi. Nasionalisme memberikan dasar identitas dan kesatuan bangsa, sementara kosmopolitanisme memperkaya wawasan global siswa. Integrasi kedua nilai ini dalam kurikulum PKn dapat membantu siswa memahami dan menghargai keragaman budaya, yang pada gilirannya memperkuat rasa kebangsaan mereka (Kariadi, 2017).
Meskipun kosmopolitanisme dapat memperkaya pembelajaran PKn, resistensi terhadap nilai-nilai ini masih ditemukan. Di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, rasisme dan kebijakan proteksionis menghambat tercapainya kosmopolitanisme. Tantangan ini juga dapat terjadi di Indonesia, di mana nilai-nilai tradisional dan lokal kadang-kadang bertentangan dengan prinsip-prinsip kosmopolitanisme. Oleh karena itu, guru PKn perlu memahami kedua nilai tersebut agar dapat membimbing siswa secara proporsional dalam menghadapi perubahan sosial yang pesat (Kariadi, 2017).
Untuk mengatasi tantangan ini, perlu adanya upaya harmonisasi antara nasionalisme dan kosmopolitanisme dalam kurikulum pendidikan kewarganegaraan. Pemerintah dan pendidik perlu meninjau kembali kurikulum PKn agar dapat mencakup kedua nilai ini secara seimbang. Selain itu, pelatihan bagi guru PKn juga penting untuk memastikan mereka memiliki pemahaman yang mendalam tentang kedua nilai tersebut. Dengan demikian, pendidikan kewarganegaraan yang efektif dapat membangun karakter bangsa yang kuat dan berwawasan global, mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi tantangan globalisasi tanpa kehilangan identitas nasional mereka (Halimah L. , 2018).
Kesimpulan dan Saran
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memiliki peran krusial dalam membentuk identitas dan kesatuan bangsa melalui pengajaran nilai-nilai nasionalisme dan kosmopolitanisme. Harmonisasi antara kedua nilai ini sangat penting untuk menghadapi tantangan globalisasi. Meskipun nilai kosmopolitanisme dapat memperkaya pembelajaran PKn, masih terdapat resistensi terhadap nilai-nilai ini. Oleh karena itu, guru PKn perlu memahami dan mengajarkan kedua nilai tersebut secara proporsional. Upaya harmonisasi dalam kurikulum PKn diperlukan untuk membangun karakter bangsa yang kuat dan berwawasan global.
Daftar Pustaka
Halimah, L. (2018). Membangun Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Perspektif Nilai Kosmopolitan (Pendekatan Cross Sectional Survey pada Siswa Sekolah Menengah Kota Cimahi). Journal of Moral and Civic Education, 2(1), 26-37.
Halimah, S. (2018). Pengembangan Pembelajaran Kewarganegaraan Perspektif Kosmopolitanisme. Jurnal Citizenship: Media Publikasi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 1(1), 31-40.
Kariadi, D. (2017). Menciptakan Generasi yang Berwawasan Global Berkarakter Lokal Melalui Harmonisasi Nilai Kosmopolitan dan Nasionalisme Dalam Pembelajaran PKN. JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, 1(2), 23-34.
Khairi, N. F. (2021). Dilema Globalisasi: Resistensi Kosmopolitanisme di Amerika Serikat. Padjadjaran Journal of International Relations (PADJIR), 3(2), 265-276.
No comments:
Post a Comment