Thursday, April 10, 2025

Artikel Modul 3 : Mengenal Identitas Nasional, Jati Diri Bangsa di Era Serba Cepat

Pendahuluan

“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai identitasnya sendiri.”
Kutipan ini bukan sekadar retorika, melainkan kunci penting dalam menjaga keberlangsungan bangsa Indonesia yang majemuk.

Di era globalisasi dan media sosial seperti sekarang, kita sering kali lebih mengenal budaya luar dibandingkan nilai-nilai bangsa sendiri. Tayangan Netflix, tren TikTok, hingga budaya K-pop seolah-olah lebih “keren” daripada kebudayaan lokal. Tapi, pernahkah kita bertanya: siapa kita sebenarnya sebagai bangsa? Inilah yang menjadi landasan dari pembahasan mengenai identitas nasional.

Pembahasan Utama

Apa Itu Identitas Nasional?

Secara sederhana, identitas nasional adalah ciri khas yang melekat pada suatu bangsa dan membedakannya dari bangsa lain. Identitas ini bisa berupa simbol, nilai, budaya, bahasa, agama, bahkan sistem hukum dan ideologi. Di Indonesia, identitas nasional terangkum dalam falsafah Pancasila, semboyan Bhinneka Tunggal Ika, serta lambang negara, bahasa Indonesia, dan lagu kebangsaan “Indonesia Raya”.

Menurut Koento Wibisono (2005), identitas nasional adalah manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan bangsa. Artinya, identitas nasional bukan sesuatu yang diberikan, tetapi hasil dari sejarah, perjuangan, dan kesepakatan kolektif masyarakat.

Dimensi Identitas Nasional Indonesia

Modul “Identitas Nasional” menyebutkan bahwa jati diri bangsa ini terdiri dari beberapa dimensi penting:

  1. Identitas Fundamental: Nilai-nilai inti seperti Pancasila dan UUD 1945.
  2. Identitas Instrumental: Bahasa, lambang negara, dan institusi kebangsaan.
  3. Identitas Sosiokultural: Keanekaragaman budaya, suku, dan adat istiadat.
  4. Identitas Religiusitas: Keragaman agama dan kepercayaan yang hidup harmonis.
  5. Identitas Alamiah: Geografi unik sebagai negara kepulauan terbesar di dunia.

Dengan begitu banyak ragam, Indonesia sebenarnya punya kekayaan identitas yang luar biasa. Namun, sayangnya, kekayaan ini juga bisa menjadi tantangan jika tidak disatukan dengan kesadaran nasional.

Tantangan di Era Globalisasi

Hari ini, generasi muda lebih mudah mengenal Marvel dibandingkan Mahabharata, lebih fasih menyanyikan lagu-lagu K-pop daripada lagu daerah. Apakah ini salah? Tidak sepenuhnya. Namun, jika identitas lokal tergeser sepenuhnya, maka kita berisiko kehilangan jati diri sebagai bangsa.

Penelitian oleh LIPI (2019) menunjukkan bahwa hanya 47% generasi muda Indonesia yang merasa sangat bangga menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapan digital. Ini menunjukkan bahwa identitas nasional tengah diuji oleh arus budaya global yang deras.

Sejarah Nasionalisme sebagai Fondasi

Bangsa Indonesia tidak lahir begitu saja. Ia terbentuk dari berbagai peristiwa sejarah yang menanamkan semangat kebangsaan, seperti berdirinya Budi Utomo (1908), Sumpah Pemuda (1928), hingga Proklamasi Kemerdekaan (1945). Momen-momen ini menunjukkan bagaimana identitas nasional dibentuk melalui kesadaran kolektif akan pentingnya persatuan dalam keberagaman.

Menurut Soekarno, nasionalisme Indonesia haruslah “toleran dan bercorak ketimuran.” Artinya, cinta tanah air harus tumbuh dari kasih, bukan kebencian terhadap bangsa lain. Pandangan ini tetap relevan hingga kini.

 

Implikasi & Solusi

Apa Dampaknya Jika Identitas Nasional Luntur?

Kehilangan identitas bisa membuat sebuah bangsa rapuh, mudah dipecah-belah, dan kehilangan arah. Tanpa identitas, kita seperti kapal tanpa kompas—mudah terombang-ambing oleh arus zaman.

Konflik horizontal berbasis SARA, intoleransi, dan disintegrasi wilayah adalah contoh nyata jika identitas nasional tidak dijaga.

Solusi Berbasis Penelitian dan Praktik

  1. Pendidikan Kewarganegaraan yang Kontekstual
    Kurikulum harus mengintegrasikan pemahaman tentang identitas nasional, bukan hanya secara teoritis, tapi juga dalam praktik sehari-hari.
  2. Penguatan Bahasa dan Budaya Lokal
    Pemerintah daerah dan sekolah bisa menyelenggarakan festival budaya, lomba berbahasa daerah, dan integrasi konten lokal dalam media sosial.
  3. Peran Media dan Influencer Positif
    Influencer yang memiliki basis audiens besar bisa dilibatkan untuk menyebarkan narasi kebangsaan yang keren dan kekinian.
  4. Gerakan Nasionalisme Inklusif
    Kampanye cinta tanah air tak boleh eksklusif—semua suku, agama, dan golongan harus merasa diterima dan diakui.

 

Kesimpulan

Identitas nasional bukan hanya tentang lambang dan simbol, tapi juga tentang nilai-nilai yang kita hayati dan praktikkan setiap hari. Di tengah derasnya arus globalisasi, menjaga identitas nasional adalah perjuangan kolektif.

Kini, pertanyaannya: apa peranmu dalam merawat identitas bangsa ini? Mari kita mulai dari hal kecil—berbahasa Indonesia dengan bangga, menghargai budaya lokal, dan menyebarkan semangat toleransi.


Sumber & Referensi

  • Koento Wibisono (2005). Identitas Nasional Indonesia.
  • LIPI (2019). Laporan Survey Nasionalisme di Era Digital.
  • Dwi Winarno. Paradigma Pendidikan Kewarganegaraan, Bumi Aksara.
  • Esther Antonia, Modul Pendidikan Kewarganegaraan: Identitas Nasional.
  • Mahfud MD, Integrasi Nasional dalam Perspektif Konstitusi.
  • Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

 

Hashtag

#IdentitasNasional
#JatiDiriBangsa
#CintaTanahAir
#Pancasila
#BhinnekaTunggalIka
#NasionalismeIndonesia
#GenerasiMudaCintaBangsa
#BudayaLokal
#BanggaIndonesia
#PendidikanKarakter

 

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

KUIS 13-2 (11 JULI 2025) SUSULAN

 D04,D05,D07,D09,D16,D18,D20,D46,D47