Pendahuluan
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai
identitasnya sendiri.”
Kutipan ini bukan sekadar retorika, melainkan kunci penting dalam menjaga
keberlangsungan bangsa Indonesia yang majemuk.
Di era globalisasi dan media sosial seperti sekarang, kita
sering kali lebih mengenal budaya luar dibandingkan nilai-nilai bangsa sendiri.
Tayangan Netflix, tren TikTok, hingga budaya K-pop seolah-olah lebih “keren”
daripada kebudayaan lokal. Tapi, pernahkah kita bertanya: siapa kita
sebenarnya sebagai bangsa? Inilah yang menjadi landasan dari pembahasan
mengenai identitas nasional.
Pembahasan Utama
Apa Itu Identitas Nasional?
Secara sederhana, identitas nasional adalah ciri khas yang
melekat pada suatu bangsa dan membedakannya dari bangsa lain. Identitas ini
bisa berupa simbol, nilai, budaya, bahasa, agama, bahkan sistem hukum dan
ideologi. Di Indonesia, identitas nasional terangkum dalam falsafah Pancasila,
semboyan Bhinneka Tunggal Ika, serta lambang negara, bahasa Indonesia,
dan lagu kebangsaan “Indonesia Raya”.
Menurut Koento Wibisono (2005), identitas nasional adalah
manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan
bangsa. Artinya, identitas nasional bukan sesuatu yang diberikan, tetapi hasil
dari sejarah, perjuangan, dan kesepakatan kolektif masyarakat.
Dimensi Identitas Nasional Indonesia
Modul “Identitas Nasional” menyebutkan bahwa jati diri
bangsa ini terdiri dari beberapa dimensi penting:
- Identitas
Fundamental: Nilai-nilai inti seperti Pancasila dan UUD 1945.
- Identitas
Instrumental: Bahasa, lambang negara, dan institusi kebangsaan.
- Identitas
Sosiokultural: Keanekaragaman budaya, suku, dan adat istiadat.
- Identitas
Religiusitas: Keragaman agama dan kepercayaan yang hidup harmonis.
- Identitas
Alamiah: Geografi unik sebagai negara kepulauan terbesar di dunia.
Dengan begitu banyak ragam, Indonesia sebenarnya punya
kekayaan identitas yang luar biasa. Namun, sayangnya, kekayaan ini juga bisa
menjadi tantangan jika tidak disatukan dengan kesadaran nasional.
Tantangan di Era Globalisasi
Hari ini, generasi muda lebih mudah mengenal Marvel
dibandingkan Mahabharata, lebih fasih menyanyikan lagu-lagu K-pop daripada lagu
daerah. Apakah ini salah? Tidak sepenuhnya. Namun, jika identitas lokal
tergeser sepenuhnya, maka kita berisiko kehilangan jati diri sebagai bangsa.
Penelitian oleh LIPI (2019) menunjukkan bahwa hanya 47%
generasi muda Indonesia yang merasa sangat bangga menggunakan bahasa Indonesia
dalam percakapan digital. Ini menunjukkan bahwa identitas nasional tengah diuji
oleh arus budaya global yang deras.
Sejarah Nasionalisme sebagai Fondasi
Bangsa Indonesia tidak lahir begitu saja. Ia terbentuk dari
berbagai peristiwa sejarah yang menanamkan semangat kebangsaan, seperti
berdirinya Budi Utomo (1908), Sumpah Pemuda (1928), hingga Proklamasi
Kemerdekaan (1945). Momen-momen ini menunjukkan bagaimana identitas nasional
dibentuk melalui kesadaran kolektif akan pentingnya persatuan dalam
keberagaman.
Menurut Soekarno, nasionalisme Indonesia haruslah “toleran
dan bercorak ketimuran.” Artinya, cinta tanah air harus tumbuh dari kasih,
bukan kebencian terhadap bangsa lain. Pandangan ini tetap relevan hingga kini.
Implikasi & Solusi
Apa Dampaknya Jika Identitas Nasional Luntur?
Kehilangan identitas bisa membuat sebuah bangsa rapuh, mudah
dipecah-belah, dan kehilangan arah. Tanpa identitas, kita seperti kapal tanpa
kompas—mudah terombang-ambing oleh arus zaman.
Konflik horizontal berbasis SARA, intoleransi, dan
disintegrasi wilayah adalah contoh nyata jika identitas nasional tidak dijaga.
Solusi Berbasis Penelitian dan Praktik
- Pendidikan
Kewarganegaraan yang Kontekstual
Kurikulum harus mengintegrasikan pemahaman tentang identitas nasional, bukan hanya secara teoritis, tapi juga dalam praktik sehari-hari. - Penguatan
Bahasa dan Budaya Lokal
Pemerintah daerah dan sekolah bisa menyelenggarakan festival budaya, lomba berbahasa daerah, dan integrasi konten lokal dalam media sosial. - Peran
Media dan Influencer Positif
Influencer yang memiliki basis audiens besar bisa dilibatkan untuk menyebarkan narasi kebangsaan yang keren dan kekinian. - Gerakan
Nasionalisme Inklusif
Kampanye cinta tanah air tak boleh eksklusif—semua suku, agama, dan golongan harus merasa diterima dan diakui.
Kesimpulan
Identitas nasional bukan hanya tentang lambang dan simbol,
tapi juga tentang nilai-nilai yang kita hayati dan praktikkan setiap hari. Di
tengah derasnya arus globalisasi, menjaga identitas nasional adalah perjuangan
kolektif.
Kini, pertanyaannya: apa peranmu dalam merawat identitas
bangsa ini? Mari kita mulai dari hal kecil—berbahasa Indonesia dengan
bangga, menghargai budaya lokal, dan menyebarkan semangat toleransi.
Sumber & Referensi
- Koento
Wibisono (2005). Identitas Nasional Indonesia.
- LIPI
(2019). Laporan Survey Nasionalisme di Era Digital.
- Dwi
Winarno. Paradigma Pendidikan Kewarganegaraan, Bumi Aksara.
- Esther
Antonia, Modul Pendidikan Kewarganegaraan: Identitas Nasional.
- Mahfud
MD, Integrasi Nasional dalam Perspektif Konstitusi.
- Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Hashtag
#IdentitasNasional
#JatiDiriBangsa
#CintaTanahAir
#Pancasila
#BhinnekaTunggalIka
#NasionalismeIndonesia
#GenerasiMudaCintaBangsa
#BudayaLokal
#BanggaIndonesia
#PendidikanKarakter
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.