ABSTRAK
Artikel ini membahas tentang evolusi semangat kebangsaan di Indonesia dengan menelusuri perjalanan sejarah dari berdirinya organisasi Budi Utomo pada tahun 1908 hingga lahirnya Sumpah Pemuda tahun 1928 sebagai tonggak penting dalam perjuangan persatuan bangsa. Semangat kebangsaan yang dulu diperjuangkan oleh para pemuda menjadi landasan kuat dalam pembentukan identitas nasional. Namun, di era globalisasi saat ini, semangat tersebut menghadapi berbagai tantangan seperti kurangnya pemahaman sejarah, pengaruh budaya asing, minimnya keteladanan dari pemimpin, serta konflik identitas antar kelompok masyarakat. Melalui pembahasan ini, artikel menekankan pentingnya menumbuhkan kembali rasa kebangsaan di kalangan generasi muda melalui pendidikan sejarah yang efektif, penguatan karakter, dan pemimpin yang berintegritas.
Kata kunci :
Semangat Kebangsaan, Sumpah Pemuda, Budi Utomo, Nasionalisme, Pendidikan Sejarah, Identitas Nasional
PENDAHULUAN
Semangat kebangsaan di Indonesia tidak muncul begitu saja. Perlu waktu, perjuangan, dan kesadaran bersama dari rakyat Indonesia untuk menyadari bahwa mereka adalah satu bangsa. Salah satu tonggak awal munculnya semangat ini adalah berdirinya Budi Utomo pada tahun 1908. Organisasi ini dibuat oleh para pelajar pribumi yang mulai menyadari pentingnya persatuan dan pendidikan untuk kemajuan rakyat Indonesia. Budi Utomo menjadi tanda bahwa rakyat mulai berpikir untuk memperjuangkan nasibnya sendiri.
Dua puluh tahun kemudian, semangat persatuan itu semakin kuat dan jelas terlihat dalam peristiwa Sumpah Pemuda tahun 1928. Saat itu, para pemuda dari berbagai daerah di Indonesia berkumpul dan sepakat bahwa mereka adalah satu bangsa, satu tanah air, dan satu bahasa: Indonesia. Ikrar ini menunjukkan bahwa meskipun berbeda-beda, semua rakyat Indonesia memiliki satu tujuan bersama, yaitu merdeka dan bersatu.
Perjalanan dari Budi Utomo hingga Sumpah Pemuda adalah contoh nyata bagaimana semangat kebangsaan tumbuh dan berkembang. Semangat itu tidak hanya penting di masa lalu, tapi juga masih relevan sampai sekarang. Oleh karena itu, semangat kebangsaan perlu terus dijaga dan ditanamkan, salah satunya melalui Pendidikan Kewarganegaraan. Semangat ini bukan hanya penting di masa lalu, tetapi juga masih relevan sampai sekarang. Di tengah banyaknya perbedaan, semangat persatuan dan kebangsaan perlu terus dijaga agar Indonesia tetap utuh dan kuat. Belajar dari sejarah, kita bisa memahami bahwa persatuan adalah kekuatan utama dalam menghadapi berbagai tantangan sebagai sebuah bangsa.
Di era sekarang, semangat kebangsaan harus terus diperkuat agar kita tidak mudah terpecah oleh perbedaan. Dengan memahami sejarah perjuangan bangsa, serta menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa menjadi generasi yang siap menjaga dan membangun Indonesia ke arah yang lebih baik.
PERMASALAHAN
Permasalahan dan Tantangan dalam Menumbuhkan Semangat Kebangsaan:
1. Semangat kebangsaan mulai memudar di kalangan generasi muda, terutama karena kurangnya pemahaman terhadap sejarah perjuangan bangsa. Banyak yang belum mengenal peran penting organisasi seperti Budi Utomo dan peristiwa Sumpah Pemuda, sehingga nilai-nilai persatuan dan cinta tanah air tidak lagi menjadi prioritas.
2. Pengaruh budaya luar yang sangat kuat melalui media sosial dan hiburan global membuat sebagian masyarakat, terutama anak muda, lebih tertarik pada gaya hidup individualistis. Hal ini bisa menggeser semangat kolektif dan rasa kebersamaan yang dulu menjadi dasar perjuangan para pemuda Indonesia.
3. Minimnya keteladanan dari tokoh publik dan pemimpin bangsa dalam menunjukkan sikap nasionalisme dan persatuan. Jika pemimpin lebih menonjolkan kepentingan pribadi, kelompok, atau bahkan perpecahan, maka masyarakat pun akan sulit meneladani semangat kebangsaan yang sejati seperti yang dicontohkan para pemuda tahun 1928.
4. Rasa kebangsaan sering kali tergerus oleh konflik identitas dan perbedaan antar kelompok, baik itu suku, agama, maupun daerah. Padahal, sejarah telah menunjukkan bahwa keberagaman adalah kekuatan Indonesia. Namun jika tidak dikelola dengan bijak, perbedaan justru bisa menjadi sumber perpecahan dan menurunkan semangat persatuan.
PEMBAHASAN
Generasi muda memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung pembangunan dan kemajuan bangsa Indonesia. Jika melihat kembali perjalanan sejarah, para pemuda dan pelajar telah menunjukkan kontribusi besar dalam berbagai momen penting. Dimulai dari lahirnya gerakan Budi Utomo pada tahun 1908, kemudian dilanjutkan dengan semangat persatuan dalam peristiwa Sumpah Pemuda tahun 1928, hingga keterlibatan mereka dalam Proklamasi Kemerdekaan tahun 1945. Tak berhenti di sana, peran aktif generasi muda terus berlanjut melalui berbagai gerakan, termasuk aksi mahasiswa pada tahun 1966 yang ikut mendorong perubahan arah pemerintahan. Puncak pergerakan mahasiswa tercatat terjadi pada tahun 1998, ketika mereka menjadi ujung tombak dalam menjatuhkan rezim Orde Baru yang telah berkuasa selama 32 tahun. Sejarah ini membuktikan bahwa pemuda dan pelajar bukan hanya saksi, tetapi juga pelaku utama dalam perjuangan, reformasi, dan pembangunan bangsa. Mereka memiliki potensi besar untuk terus mendorong kemajuan Indonesia di masa kini dan masa depan.
Di tengah era globalisasi seperti sekarang, identitas kebangsaan masyarakat Indonesia menghadapi berbagai tantangan yang semakin rumit dan terus berkembang. Globalisasi telah memberikan pengaruh besar terhadap cara seseorang mengenali dan memaknai dirinya sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Selain itu, beberapa faktor lain juga turut memperlemah rasa nasionalisme, seperti kurangnya pemahaman terhadap sejarah perjuangan nasional dan rendahnya kesadaran akan pentingnya sikap menghargai keberagaman budaya (Muhtarom, 2024). Tak hanya itu, kemajuan teknologi dan pesatnya perkembangan media juga membawa dampak yang cukup signifikan. Arus informasi serta budaya populer dari luar negeri dengan cepat tersebar luas melalui internet dan media sosial. Hal ini kemudian memengaruhi cara pandang masyarakat terhadap identitas dirinya dan bangsa, yang dalam jangka panjang dapat menggeser makna dan rasa kebangsaan yang seharusnya tetap dijaga dan dipelihara.
Sumpah Pemuda yang diucapkan pada 28 Oktober 1928 menjadi tonggak penting dalam sejarah perjuangan bangsa. Ikrar tersebut menegaskan komitmen pemuda Indonesia untuk bersatu dalam satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia. Peristiwa ini memberikan dampak besar bagi perjalanan bangsa. Ia membangkitkan kesadaran akan pentingnya persatuan, memperkuat rasa senasib sepenanggungan di antara pemuda dari berbagai daerah, serta menumbuhkan semangat kebangsaan. Selain itu, Sumpah Pemuda juga menjadi penyulut semangat nasionalisme yang semakin kuat di kalangan generasi muda saat itu.
Minimnya pemahaman generasi muda terhadap sejarah perjuangan bangsa menjadi salah satu penyebab menurunnya semangat nasionalisme. Tak sedikit pelajar yang melihat peringatan hari-hari besar nasional hanya sebagai acara formal tanpa memahami makna dan nilai perjuangan yang terkandung di dalamnya. Padahal, pembelajaran sejarah yang disampaikan dengan cara yang menarik dan menyentuh dapat berperan besar dalam menanamkan rasa cinta tanah air serta kebanggaan terhadap identitas bangsa. Pendidikan sejarah yang efektif mampu membangkitkan kembali semangat nasionalisme di kalangan generasi penerus.
Pengaruh budaya asing yang masuk melalui media sosial dan hiburan global juga memengaruhi semangat kebangsaan, membuat sebagian besar anak muda lebih tertarik pada gaya hidup individualistis dan konsumtif. Hal ini secara perlahan menggeser nilai-nilai tradisional bangsa seperti gotong royong, sopan santun, dan rasa kebersamaan. Media sosial yang memberikan akses cepat dan tanpa batas terhadap berbagai budaya luar turut memperkuat dominasi gaya hidup modern yang tidak selalu sejalan dengan nilai sosial masyarakat Indonesia. Akibatnya, interaksi sosial langsung menjadi berkurang, dan nilai-nilai kekeluargaan serta solidaritas mulai tergerus. Perubahan ini menjadi ancaman bagi semangat kolektif dan rasa persatuan yang dulunya menjadi kekuatan utama perjuangan pemuda Indonesia di masa lalu. Semakin menurunnya nasionalisme dan melemahnya identitas budaya lokal menjadi dampak yang harus segera diantisipasi. Oleh sebab itu, dibutuhkan penguatan pendidikan karakter, peran aktif orang tua dalam mengawasi perkembangan anak, serta kesadaran dari remaja itu sendiri agar mampu memilah pengaruh budaya asing tanpa meninggalkan jati diri sebagai bangsa Indonesia.
Selain itu, Minimnya keteladanan dari pemimpin dalam menunjukkan nasionalisme dan persatuan berdampak pada menurunnya semangat kebangsaan di masyarakat. Ketika pemimpin lebih mementingkan kepentingan pribadi atau kelompok, sulit bagi rakyat untuk meneladani semangat persatuan seperti yang dicontohkan pemuda tahun 1928. Tokoh bangsa seperti H. Agus Salim dan Ir. Sukarno dulu menjadi teladan karena integritasnya. Saat ini, diperlukan pemimpin yang berjiwa nasionalis, menjunjung nilai gotong royong, kejujuran, serta mengutamakan persatuan, agar semangat kebangsaan tetap terjaga dan menginspirasi masyarakat.
Terakhir, Rasa kebangsaan seringkali terancam oleh konflik identitas dan perbedaan antar kelompok. Padahal, keberagaman budaya, suku, dan agama merupakan kekuatan utama Indonesia. Jika tidak dikelola dengan baik, perbedaan ini bisa menimbulkan konflik dan memecah persatuan. Untuk menjaga semangat kebangsaan, diperlukan pendidikan multikultural, dialog antar kelompok, kepemimpinan yang bijak, serta penguatan nilai-nilai Pancasila. Dengan langkah-langkah ini, keberagaman dapat menjadi sumber kekuatan yang mempererat persatuan bangsa.
KESIMPULAN
Semangat kebangsaan di Indonesia tidak muncul begitu saja, tetapi melalui perjuangan panjang dan kesadaran rakyat untuk bersatu sebagai satu bangsa. Peristiwa seperti lahirnya Budi Utomo dan Sumpah Pemuda menjadi bukti penting bahwa persatuan sangat dibutuhkan untuk mencapai kemerdekaan. Namun, di zaman sekarang, semangat ini mulai melemah karena banyak tantangan, seperti pengaruh budaya asing, kurangnya pemahaman sejarah, perpecahan antar kelompok, dan minimnya contoh baik dari pemimpin.
Agar semangat kebangsaan tetap kuat, kita perlu belajar sejarah perjuangan bangsa, menghargai perbedaan, dan menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Pemuda punya peran besar dalam menjaga persatuan bangsa. Jika kita bisa saling menghormati, bekerja sama, dan bangga menjadi bagian dari Indonesia, maka bangsa ini akan tetap kuat meskipun penuh dengan keberagaman.
SARAN
Saran bagi Dosen:
1. Mengaitkan pembelajaran sejarah perjuangan bangsa dengan konteks masa kini, seperti membahas peristiwa Sumpah Pemuda dengan kondisi persatuan di era digital, agar mahasiswa dapat melihat pentingnya menjaga kebangsaan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Mengajak mahasiswa membuat proyek kreatif bertema kebangsaan, seperti video edukatif, podcast, atau kampanye digital di media sosial yang mempromosikan semangat nasionalisme, toleransi, dan cinta tanah air.
3. Mengadakan studi kasus dan diskusi kelompok tentang konflik identitas di masyarakat, sehingga mahasiswa bisa belajar menganalisis permasalahan sosial dan mencari solusi berdasarkan nilai-nilai Pancasila.
Saran bagi Mahasiswa:
1. Aktif mengikuti kegiatan yang menumbuhkan semangat kebangsaan, seperti upacara peringatan hari nasional, lomba esai tentang sejarah, atau komunitas peduli budaya lokal di lingkungan kampus.
2. Menggunakan media sosial secara bijak untuk menyebarkan pesan positif tentang persatuan dan keberagaman, serta menghindari penyebaran hoaks atau ujaran kebencian yang bisa memecah belah bangsa.
3. Menjadikan semangat gotong royong sebagai budaya dalam kehidupan kampus, misalnya dengan saling membantu dalam proyek kelompok, kerja bakti di lingkungan kampus, atau kegiatan solidaritas sosial.
Saran bagi Universitas:
1. Mengembangkan kurikulum yang tidak hanya fokus pada teori, tapi juga pada penguatan karakter dan kebangsaan, seperti memasukkan materi toleransi, multikulturalisme, dan sejarah perjuangan nasional dalam bentuk kegiatan proyek atau praktik lapangan.
2. Memberikan ruang dan dukungan untuk komunitas mahasiswa yang bergerak di bidang kebangsaan dan sosial, agar mereka bisa berperan aktif dalam membangun kesadaran nasionalisme di kalangan mahasiswa.
3. Menggandeng tokoh-tokoh inspiratif atau alumni yang memiliki kontribusi bagi bangsa untuk berbagi pengalaman dan memotivasi mahasiswa menjaga semangat kebangsaan di era globalisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Arif & Septa (2023). Relasi
Kognisi Sejarah Indonesia dan Nasionalisme dengan Semangat Kebangsaan Mahasiswa
IKIP Budi Utomo, Universitas Pahlawan.
Farynnisa Masith (2019). Artikel
Kanwil DJKN Kalimantan Barat, Nasionalisme dan Pembangunan Nasional. Kementrian
Keuangan - https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kanwil-kalbar/baca-artikel/12884/Nasionalisme-dan-Pembangunan-Nasional.html
Muhtar (2023). Mengenal Organisasi
Budi Utomo, Tonggak Sejarah Kebangkitan Nasional, Universitas Insan Cita
Indonesia
Muhtarom, H.
(2024). MEMBENTUK IDENTITAS KEBANGSAAN
MASYARAKAT DI ERA. 20(1), 173–179.
Nur Islamiah (2015). DAMPAK NEGATIF
BUDAYA ASING PADA GAYA HIDUP REMAJA KOTA MAKASSAR, UIN Alauddin Makassar
Selsya Billa (no date). Kepemimpinan
Indonesia dari Masa ke Masa, Universitas Muhammadiyah Jakarta.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.