Wednesday, April 23, 2025

D27 Integrasi Nasional dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika


 












Abstrak

Proses integrasi nasional adalah hal yang penting dalam menciptakan persatuan dan kesatuan bangsa yang beragam seperti Negara Indonesia. Dengan mempertimbangkan keragaman suatu suku, agama, ras, dan budaya. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika berfungsi sebagai dasar filosofis dan ideologis yang menyatukan perbedaan tersebut dalam satu identitas nasional. Artikel ini mengurai bagaimana prinsip Bhinneka Tunggal Ika bisa berfungsi sebagai kerangka kerja untuk memperkuat integrasi nasional, dengan cara menekankan tantangan serta melakukan pendekatan yang dapat diimplementasikan dalam konteks kehidupan yang berbangsa dan bernegara.

Integrasi nasional bukan hanya menjadi cita-cita, tetapi juga menjadi tanggung jawab kolektif semua orang di seluruh bangsa. Ini karena internalisasi nilai Bhinneka Tunggal Ika melalui pendidikan, budaya, dan kebijakan publik telah terbukti dapat memperkuat identitas nasional dan mengurangi fragmentasi sosial.

Kata kunci: integrasi nasional, Bhinneka Tunggal Ika, kebhinnekaan, identitas nasional, toleransi, inklusivitas.

Abstract

The process of national integration is important in creating unity and integrity of a diverse nation such as the Republic of Indonesia. By considering the diversity of ethnicity, religion, race, and culture. The motto Bhinneka Tunggal Ika functions as a philosophical and ideological basis that unites these differences in one national identity. This article explains how the principle of Bhinneka Tunggal Ika can function as a framework for strengthening national integration, by emphasizing challenges and taking approaches that can be implemented in the context of national and state life.

National integration is not only an ideal, but also a collective responsibility of everyone throughout the nation. This is because the internalization of the value of Bhinneka Tunggal Ika through education, culture, and public policy has been proven to strengthen national identity and reduce social fragmentation.

Keywords: national integration, Bhinneka Tunggal Ika, diversity, national identity, tolerance, inclusiveness.

 

PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara kepulauan dengan ribuan pulau, yang memiliki ratusan suku bangsa yang sangat beragam dengan budaya, bahasa, agama, dan adat istiadat yang berbeda. Baik kekayaan maupun tantangan dari keberagaman tersebut akan membentuk sebuah proses pembangunan bangsa. Dalam situasi seperti ini, integrasi nasional menjadi keniscayaan untuk mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang harmonis, damai, dan bersatu dalam perbedaan. Jika tidak ada integrasi yang kuat, konflik horizontal, disintegrasi sosial, dan ancaman terhadap keutuhan negara dapat dengan mudah muncul.

Koentjaraningrat (2009), Semboyan Bhinneka Tunggal Ika, yang berarti “Berbeda-beda tetapi tetap satu,” merupakan salah satu pilar ideologis bangsa yang mencerminkan semangat persatuan dalam keberagaman. Filosofi ini pertama kali muncul dalam kitab Sutasoma karya Mpu Tantular pada abad ke-14 dan kemudian diangkat sebagai semboyan resmi negara Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung dalam semboyan ini berfungsi sebagai panduan moral dalam merawat harmoni sosial di tengah kemajemukan.

Prinsip ini bukan hanya slogan semata, itu adalah nilai yang sangat penting untuk mendorong semua orang terutama dalam masyarakat untuk hidup secara berdampingan dan damai di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Faktanya, untuk menggabungkan semua aspek masyarakat dalam satu identitas nasional, diperlukan pendekatan yang menyeluruh terutama melibatkan pendidikan, media, pemerintah, dan masyarakat itu sendiri.

Namun dengan demikian, berbagai masalah baru muncul di tengah arus globalisasi dan kemajuan teknologi informasi yang sangat menguji kekuatan integrasi nasional. Sangat penting untuk segera mengatasi adanya, peningkatan intoleransi, penyebaran hoaks, polarisasi politik, dan krisis identitas melalui pendekatan yang bijak serta berbasis nilai Bhinneka Tunggal Ika. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan kembali peran strategis semboyan ini sebagai fondasi integrasi nasional dalam membangun masyarakat yang toleran, inklusif, dan berorientasi pada persatuan yang terdiri dari keragaman.

PEMBAHASAN

Integrasi Nasional

Integrasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu “Integrate” yang berarti Menyatukan atau Menggabungkan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian integrasi secara umum adalah pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat.

Integrasi Nasional mempunyai 2 arti lain, Politis dan Antropologis:

1. Integrasi Nasional secara Politis berarti, menyatukan dari berbagai kelompok sosial dan budaya yang ada dalam kesatuan wilayah yang membentuk suatu identitas nasional.

2. Integrasi nasioal secara Antropologis yang artinya, suatu proses penyesuaian antara berbagai komponen kebudayaan untuk mencapai keselarasan fungsi dalam kehidupan bermasysarakat.

Terciptanya stabilitas nasional, menyatukan wilayah, dan kohesi sosial yang kuat adalah tujuan utama integrasi nasional. Hal ini dapat memungkinkan pembangunan yang merata dan berkelanjutan. Integrasi dalam masyarakat yang majemuk, harus bersifat inklusif dan menghargai perbedaan yang ada bukan memaksakan keseragaman.

Pengertian Bhinneka Tunggal Ika

Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan bagi bangsa Indonesia yang artinya berbeda beda tetapi tetap satu jua. Semboyan ini ada pada kaki burung garuda. Semboyan ini diambil dari kitab sutasoma karangan dari Empu Tantular, pada masa Kerajaan Majapahit.

Bineka yang berarti “Beraneka ragam”, Tunggal yang berarti “Satu” dan Ika berarti “Itu” Jika dijadikan satu maka Bineka Tunggal Ika yang artinya “Berbeda – beda tapi tetap satu”. Kebinekaan merupakan konsep yang menggambarkan dari suatu keberagaman dalam Masyarakat atau negara. Yang mengajarkan betapa pentingnya untuk menghormati dan menghargai dari macam – macam perbedaan tersebut, dari perbedaan suku, ras, agama, bahasan dan budaya di setiap daerah. Kebhinekaan juga mngejarkan kepada kita tentang pentingnya hidup secara berdampingan satu dengan yang lainnya dengan damai tanpa ada yang membeda – bedakan perbedaan yang ada, agar terciptanya kerukunan, sikap toleransi dan saling membantu antar sesama.

Negara Indonesia ini sangat menjunjung tinggi nilai – nilai Kebinnekaan sebagai landasan untuk menjalin kehidupan bangsa dan bernegara, karena Kebhinekaan merupakan fondasi yang utama untuk membangun kesatuan dan persatuan bangsa di Indonesia.

Unsur – unsur integrasi nasional

1. Kesadaran kolektif akan identitas nasional

Rasa memiliki terhadap negara, lambang negara, dan nilai-nilai Pancasila memainkan peran penting dalam proses integrasi.

2. Adanya kesepakatan nasional

sebagai kontrak sosial antara bagian-bagian bangsa, seperti yang ditunjukkan dalam Sumpah Pemuda dan UUD 1945.

3. Persatuan dalam keberagaman

Semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" masih dianut oleh semua warga Indonesia, meskipun mereka berasal dari berbagai suku, agama, ras, dan budaya.

4. Interaksi sosial yang inklusif

Komunikasi antarbudaya yang sehat menjadi fondasi untuk membangun rasa saling percaya dan kerja sama.

Syarat Terbentuknya Integrasi Nasional

Menurut Nazaruddin Sjamsuddin (1996), integrasi nasional dapat dicapai dengan memenuhi syarat-syarat berikut:

1. Anggota masyarakat berpikir mereka dapat memenuhi kebutuhan satu sama lain dengan baik.

2. Terjadi persetujuan tentang standar dan nilai sosial yang digunakan secara kolektif.

3. Ada rasa nasionalisme yang kuat dan rasa identitas.

Integrasi akan rapuh dan mudah terpecah oleh konflik horizontal atau intervensi eksternal jika syarat-syarat ini tidak dipenuhi.

 

 

 

 

Faktor pendukung Integrasi Nasional

1. Pancasila dan UUD 1945: Sebagai dasar negara dan konstitusi, Pancasila menyatukan ideologis semua warga negara tanpa memandang agama, suku, atau golongan mereka.

2. Kesadaran akan identitas nasional: Rasa memiliki terhadap negara dan bangsa, sangat penting untuk meningkatkan integrasi.

3. Bahasa Indonesia: Menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dapat meningkatkan komunikasi dan rasa kebangsaan dalam kelompok (Koentjaraningrat, 2009).

4. Keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.

5. Rasa rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa ditunjukkan oleh jumlah pahlawan bangsa yang gugur di medan perjuangan.

 

Faktor Penghambat Integrasi Nasional

1. Kurang adanya sikap toleransi antar sesama

2. Adanya sikap etnosentrisme: yang mengagungkan budaya sendiri dan menghina budaya lain, karena dapat menyebabkan konflik antarkelompok.

3. Radikalisme dan intoleransi: Keyakinan ekstrim yang bertentangan dengan prinsip bangsa dapat mengganggu keharmonisan masyarakat.

4. Kurangnya literasi kebangsaan, terutama di kalangan generasi muda.

5. Meningkatnya sikap individualisme dan eksklusivisme sosial.

 

Upaya dan Strategi Memperkuat Integrasi Nasional

1. Penguatan pendidikan karakter: dengan melalui kurikulum pendidikan yang sangat menekankan pentingnya artinya toleransi, kebhinekaan, dan cinta tanah air.

2. Peran tokoh Agama dan Masyarakat:  Tokoh masyarakat, adat, dan agama sangat memengaruhi opini publik dan menjaga stabilitas sosial. Mereka menjadi panutan di tingkat akar rumput dalam menyelesaikan konflik, mengajak orang-orang dari berbagai agama untuk berbicara, dan menumbuhkan semangat gotong royong.

Mereka penting untuk menyatukan perbedaan, terutama di tempat-tempat di mana konflik horizontal sering terjadi. Dengan meneladankan nilai-nilai kemanusiaan dan persaudaraan, tokoh-tokoh ini memberikan fondasi yang kuat untuk keberlanjutan integrasi nasional.

 

3. Memanfaatkan media sebagai sarana untuk edukasi: Media massa, baik konvensional maupun digital, berkontribusi pada pemeliharaan atau bahkan ancaman integrasi nasional. Media memiliki potensi untuk menyuarakan kebhinekaan, menyebarkan pembangunan informasi, dan memperkuat identitas nasional. Namun, di sisi lain, media juga dapat berfungsi sebagai sarana untuk menyebarkan ujaran kebencian, polarisasi politik, dan disinformasi.

 

Oleh karena itu, penting bagi media untuk menjalankan perannya secara profesional dan etis. Selain itu, masyarakat harus lebih terdidik tentang media agar publik dapat membedakan informasi yang benar dengan yang salah.

 

4. Integrasi nasional dalam era globalisasi: Dengan globalisasi, integrasi nasional menghadapi tantangan baru. Jika jati diri nasional tidak diimbangi dengan semangat individualisme, ideologi transnasional, dan pengaruh budaya asing, jati diri nasional dapat hancur. Selain itu, sumber daya manusia Indonesia harus siap untuk bersaing di pasar global tanpa kehilangan akar budayanya.

 

Namun, globalisasi juga membuka peluang besar untuk mempromosikan nilai-nilai lokal ke tingkat global serta menjalin kerja sama internasional, yang dapat memperkuat citra Indonesia sebagai negara yang plural tetapi bersatu. Kemampuan Indonesia untuk mengimbangi dan menyaring pengaruh global sambil mempertahankan integritas nasional adalah kuncinya.

 

 

Peranan warga negara dalam upaya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa

1. Pentingnya Bela Negara

"Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan Negara", menurut Pasal 27 Ayat 3 UU NRI Tahun 1945.


Sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara disebut sebagai bela negara.

 

2. Kesadaran sebagai warga negara

Menurut Soemantri (2012), tentang kesadaran warga negara akan pentingnya persatuan merupakan dasar untuk stabilitas serta kemajuan bangsa. Warga negara tidak hanya menerima kebijakan tetapi juga harus bertindak sebagai agen perubahan dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.

 

Jika warga negara sadar akan pentingnya mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa, peran serta warga negara akan muncul. Kesadaran masyarakat Indonesia saat ini masih perlu diperbaiki. Ini termasuk salah satu dari bentuk kepedulian bela negara.

 

3. Siap untuk melakukan bela negara

Setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban untuk membela negara, mempertahankan kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan.

seperti yang dilakukan oleh para atlet nasional, yang bertugas dalam membela negara dibidang olahraga.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara Pasal 9 Ayat 2, ditegaskan berbagai bentuk usaha pembelaan negara.

 

· Pendidikan Kewarganegaraan

· Pelatihan dasar kemiliteran

· Pengabdian sebagai Tentara Nasional Indonesia

· Pengabdian sesuai dengan keahlian atau profesi

 

 

 

4. Meningkatkan wawasan kebangsaan

Belajar dan memahami tentang sejarah bangsa, nilai-nilai Pancasila, serta pentingnya menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

 

5. Peran Generasi Muda sebagai Pelopor Persatuan

Di era teknologi saat ini, generasi muda memainkan peran yang sangat penting dalam menentukan masa depan negara. Mereka memiliki kemampuan untuk menjadi pelopor gerakan toleransi, inklusi, dan perdamaian baik di dunia nyata maupun virtual, dan mereka juga memiliki akses yang luas ke informasi dan jaringan sosial yang dapat digunakan untuk memperkuat solidaritas kebangsaan.

 

Pendekatan Strategis dalam Mewujudkan Integrasi Nasional

1. Pendekatan Kultural

Mengintegrasikan budaya lokal ke dalam identitas nasional dapat meningkatkan rasa memiliki dan kebanggaan negara. Program budaya lintas daerah, festival kebhinekaan, dan pelestarian bahasa lokal adalah beberapa cara untuk memperkuat kesatuan.

 

2. Pendekatan Pendidikan

Untuk membentuk generasi yang nasionalis dan berjiwa persatuan, pendidikan harus menjadi alat untuk mengubah nilai-nilai kebangsaan. Anak-anak harus dididik tentang Pancasila, sejarah bangsa, dan praktik toleransi sejak kecil.

 

3. Pendekatan Ekonomi dan Kesejahteraan

Salah satu ancaman terbesar bagi integrasi nasional adalah ketimpangan sosial ekonomi di seluruh negara. Oleh karena itu, untuk menumbuhkan rasa keadilan dan solidaritas nasional, pemerataan pembangunan, otonomi daerah yang bertanggung jawab, dan penguatan ekonomi lokal sangat penting.

 

 

 

 

4. Pendekatan Politik dan Hukum

Kepercayaan publik terhadap negara sangat bergantung pada penegakan hukum yang adil dan partisipasi politik yang inklusif. Negara harus bertindak secara adil di setiap wilayahnya, tanpa memihak satu golongan atau kelompok.

 

Integrasi Nasional sebagai proses Dinamis

Integrasi nasional adalah proses yang berkembang seiring dinamika sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Dalam masyarakat yang plural seperti Indonesia, ini membutuhkan adaptasi terus menerus terhadap perubahan zaman. Ketika akses internet menjadi lebih mudah dan interaksi budaya semakin meningkat, identitas kebangsaan seseorang juga berubah.

Integrasi nasional tidak memerlukan keseragaman, tetapi harmoni dalam keberagaman. Budaya yang berbeda bukanlah halangan; sebaliknya, itu merupakan dasar dari kekayaan bangsa dan harus diurus dengan cara yang inklusif dan dialogis.

 

Peranan Lembaga Pemerintah untuk mendorong Integrasi Nasional

Institusi negara berperan penting dalam meningkatkan integrasi nasional melalui kebijakan yang inklusif, adil, dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Untuk memastikan pembangunan yang merata, penegakan hukum yang konsisten, dan penyediaan layanan publik yang setara di seluruh Indonesia, pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus bekerja sama.


Lembaga legislatif seperti DPR dan DPD mewakili kepentingan seluruh rakyat Indonesia, terutama mereka yang tinggal di daerah yang tidak memiliki akses politik. Sementara itu, lembaga yudikatif seperti Mahkamah Konstitusi menjaga konstitusi agar tidak disalahgunakan untuk kepentingan kelompok tertentu.


Pada saat yang sama, organisasi seperti Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) berperan penting dalam mengembalikan nilai-nilai kebangsaan di tengah pengaruh pragmatisme dan komersialisasi budaya.

KESIMPULAN

Indonesia sebagai negara kepulauan dengan keberagaman etnis, budaya, bahasa, agama, dan latar sejarah memiliki tantangan tersendiri dalam menjaga keutuhan bangsa. Dalam kondisi yang sangat plural inilah, konsep integrasi nasional menjadi sangat penting sebagai perekat seluruh komponen bangsa agar tetap bersatu dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Semboyan Bhinneka Tunggal Ika, yang berarti “berbeda-beda tetapi tetap satu,” mencerminkan semangat yang menjadi dasar dalam mewujudkan integrasi nasional yang kokoh dan berkelanjutan.

Integrasi nasional merupakan proses yang sangat penting dalam menjaga stabilitas, keutuhan, dan keberlangsungan bangsa Indonesia yang majemuk. Dalam realitas sosial Indonesia yang dipenuhi oleh keragaman suku, budaya, agama, dan bahasa, semboyan Bhinneka Tunggal Ika menjadi simbol dan prinsip fundamental yang mampu menjembatani perbedaan demi tercapainya persatuan nasional. Proses ini tidak hanya membutuhkan peran negara, tetapi juga keterlibatan aktif seluruh elemen masyarakat, termasuk lembaga pendidikan, tokoh masyarakat, media massa, dan warga negara secara individu.

Oleh karena itu, menjaga integrasi nasional tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga tanggung jawab bersama seluruh warga negara. Pendidikan yang membangun karakter kebangsaan, media yang bertanggung jawab, tokoh masyarakat yang menyejukkan, serta generasi muda yang kritis dan toleran akan menjadi pilar utama dalam menjaga keutuhan Indonesia.

Dengan menjadikan Pancasila sebagai landasan ideologis dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semangat kebangsaan, Indonesia diharapkan mampu terus berdiri teguh sebagai negara yang bersatu dalam keberagaman, tangguh menghadapi tantangan zaman, dan maju dalam pembangunan yang adil dan merata.

 

SARAN

1. Pemerintah perlu meningkatkan pemerataan pembangunan dan keadilan sosial di seluruh wilayah Indonesia agar tidak terjadi kecemburuan antardaerah yang berpotensi memicu disintegrasi.

2. Lembaga pendidikan harus menjadi garda terdepan dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan melalui pendidikan karakter, kurikulum multikultural, dan praktik kehidupan sekolah yang menghargai perbedaan.

3. Media massa dan media sosial harus digunakan secara bijak untuk memperkuat semangat persatuan, bukan menjadi alat provokasi atau penyebaran kebencian. Literasi digital masyarakat harus terus ditingkatkan.

4. Warga negara, khususnya generasi muda, diharapkan aktif berpartisipasi dalam menjaga integrasi nasional dengan cara membangun sikap toleran, menjunjung tinggi keberagaman, serta menjadi agen perdamaian di tengah masyarakat.

5. Tokoh agama dan masyarakat adat diharapkan terus mengambil peran strategis sebagai jembatan komunikasi dan solusi dalam konflik sosial yang terjadi di tengah keberagaman.

Dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika, seluruh elemen bangsa diharapkan terus bersatu dalam perbedaan dan bergerak bersama menuju Indonesia yang damai, adil, dan sejahtera.

DAFTAR PUSTAKA

Dadang Sundawa, Nasiwan, Kokom Komalasari dan Ekram Pawiroputra. 2017. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan SMA/MA/SMK/MAK Kelas X. Jakarta : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.

 

Departemen Pendidikan Nasional. (2009). Pendidikan karakter berbasis budaya bangsa. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan.

 

Surbakti, R. (1999). Memahami ilmu politik. Jakarta: Grasindo.

 

Tilaar, H. A. R. (2004). Multikulturalisme: Tantangan-tantangan global masa depan dalam transformasi pendidikan nasional. Jakarta: Grasindo.

 

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2020). Modul pendidikan karakter untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

 

Koentjaraningrat. (2009). Pengantar ilmu antropologi (Edisi revisi). Jakarta: Rineka Cipta.

No comments:

Post a Comment

  Eka Tama Dzikrullah  D49 Wawasan Nusantara vs Globalisasi: Pertahankan Identitas Bangsa Abstrak Globalisasi membawa dampak besar dalam seg...