Thursday, April 24, 2025

Pendidikan Nasionalisme Sejak Dini: Kebutuhan atau Kewajiban?

 

Oleh: Cindy Felisha (D18)

 Abstrak

Di tengah arus globalisasi dan luasnya pengaruh budaya luar, anak-anak sangat rentan kehilangan jati diri dan nilai-nilai kebangsaan.

Oleh karena itu, penanaman nilai nasionalisme perlu dilakukan sedini mungkin sebagai bentuk kebutuhan sekaligus kewajiban. Pendidikan nasionalisme sejak dini memiliki peran penting dalam membentuk karakter generasi muda yang cinta tanah air, menghargai keberagaman, dan memiliki kesadaran sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Salah satu langkah strategis untuk meningkatkan rasa nasionalisme sejak dini adalah dengan menanamkan nilai-nilai kebangsaan ke dalam proses pendidikan, baik melalui kegiatan di sekolah maupun di lingkungan keluarga. Artikel ini membahas pentingnya pendidikan nasionalisme sejak dini, alasan mengapa hal ini menjadi kebutuhan sekaligus kewajiban, serta peran berbagai pihak dalam mendukung implementasinya. Dengan pendidikan nasionalisme yang kuat sejak dini, diharapkan generasi muda tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter, berintegritas, dan cinta tanah air.

Kata Kunci: Pendidikan Nasionalisme, Generasi Muda, Cinta Tanah Air, Identitas Bangsa.

Pendahuluan

Di tengah keberagaman suku, budaya, agama, dan Bahasa, setiap bangsa membutuhkan nilai pemersatu yang mampu mempererat seluruh lapisan masyarakat. Nasionalisme menjadi salah satu pilar penting yang mampu menumbuhkan rasa cinta tanah air dan kebanggaan sebagai bagian dari suatu bangsa. Nilai-nilai nasionalisme tidak hanya terbentuk dari sejarah perjuangan, tetapi juga diwariskan secara berkelanjutan melalui proses pendidikan.

Di era globalisasi yang serba cepat, nasionalisme menghadapi tantangan yang semakin rumit. Arus informasi yang tak terbendung, masuknya budaya asing yang begitu mudah diakses, serta krisis identitas yang dialami sebagian generasi muda menjadi ancaman bagi keberlangsungan nilai-nilai kebangsaan. Dalam kondisi seperti ini, pendidikan memiliki peran penting sebagai sarana untuk menanamkan semangat kebangsaan. Melalui pendidikan, seseorang tidak hanya dibentuk untuk cerdas secara intelektual, tetapi juga diarahkan agar memiliki karakter dan jiwa nasionalisme yang kuat.

Namun, muncul pertanyaan penting. “Apakah pendidikan nasionalisme harus dipandang sebagai suatu kewajiban yang diterapkan secara formal dan sistematis, atau cukup dianggap sebagai kebutuhan yang tumbuh secara alami seiring perkembangan individu?”. Di satu sisi, menjadikannya sebuah kewajiban dapat membantu menjamin keberlangsungan nilai-nilai kebangsaan di tengah perubahan zaman. Namun di sisi lain, jika pendidikan nasionalisme hanya dianggap sebagai kebutuhan pribadi, ada risiko nilai-nilai tersebut terabaikan, terutama di tengah derasnya arus globalisasi dan pergeseran budaya.

Permasalahan

Meskipun pendidikan nasionalisme sejak dini penting untuk membentuk karakter generasi muda yang cinta tanah air dan memiliki identitas kebangsaan.  Namun dalam penerapannya terdapat berbagai tantangan seperti:

1.     1.     Kurangnya Penanaman Nilai Nasionalisme dalam Kurikulum

Sejumlah lembaga pendidikan, mulai dari jenjang PAUD hingga tingkat sekolah dasar dan menengah, masih belum mengintegrasikan nilai-nilai nasionalisme secara terstruktur dalam kurikulum pembelajaran Akibatnya, pendidikan kebangsaan sering hanya menjadi konsep teoritis tanpa penerapan yang nyata dalam proses belajar-mengajar. Kondisi ini menyebabkan nilai nasionalisme tidak tumbuh secara optimal dalam kehidupan siswa sehari-hari.

2.           2.    Ketimpangan Akses Pendidikan di Daerah Terpencil

Daerah-daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) menghadapi tantangan besar dalam penerapan pendidikan nasionalisme. Terbatasnya akses terhadap pendidikan yang layak, minimnya fasilitas, serta kurangnya tenaga pengajar yang kompeten membuat pendidikan kebangsaan tidak dapat dijalankan secara optimal. Ketimpangan ini menghambat pemerataan pendidikan nilai-nilai nasionalisme di seluruh wilayah Indonesia.

3.              3.         Pengaruh Arus Globalisasi

Arus globalisasi yang masuk melalui media sosial, internet, dan televisi telah membuka akses luas terhadap budaya asing. Anak-anak sebagai generasi digital mudah terekspos pada nilai-nilai yang belum tentu sejalan dengan identitas bangsa. Tanpa penguatan pendidikan nasionalisme, pengaruh budaya luar ini dapat mengikis rasa bangga terhadap budaya lokal dan melemahkan identitas kebangsaan.

4.          4.     Peran Keluarga yang Belum Optimal

Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam pembentukan karakter anak, termasuk dalam menanamkan nilai-nilai nasionalisme. Sayangnya, tidak semua orang tua memiliki pemahaman dan kesadaran yang cukup mengenai pentingnya pendidikan kebangsaan. Tanpa keteladanan dan pembiasaan sikap cinta tanah air di rumah, anak-anak cenderung kehilangan arah dan mudah terpengaruh oleh nilai-nilai luar.

5.          5.         Kurangnya Kolaborasi antara Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat

Pendidikan nasionalisme bukan hanya menjadi tugas sekolah semata, tetapi juga memerlukan kerja sama yang kuat antara keluarga dan masyarakat. Sayangnya, dalam implementasinya kerja sama ini sering tidak berjalan dengan baik. Kurangnya komunikasi dan koordinasi di antara ketiga pihak membuat penyampaian nilai-nilai nasionalisme kepada anak-anak menjadi tidak menyeluruh dan tidak konsisten. Padahal, keterlibatan semua pihak sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuhnya semangat cinta tanah air sejak usia dini.

Pembahasan

Pendidikan nasionalisme sejak dini menjadi sangat mendesak karena di tengah derasnya arus globalisasi, anak-anak dan generasi muda rentan kehilangan identitas kebangsaan dan nilai-nilai luhur yang telah menjadi fondasi bangsa Indonesia. Tanpa adanya pembekalan yang cukup mengenai nasionalisme, generasi muda dapat mudah terpengaruh oleh budaya asing yang dapat menggerus semangat kebangsaan dan persatuan. Oleh karena itu, pendidikan nasionalisme menjadi kunci dalam membentuk karakter bangsa yang tidak hanya mencintai tanah air, tetapi juga memahami keberagaman yang ada di dalamnya.

Melalui pendidikan nasionalisme yang kuat, anak-anak diharapkan dapat memahami dan menghargai warisan sejarah bangsa, kebudayaan lokal, serta nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dan UUD 1945. Ini akan memperkuat rasa solidaritas dan persatuan di tengah kemajemukan masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, agama, ras, dan golongan. Pendidikan nasionalisme yang diberikan sejak usia dini akan menanamkan dasar yang kokoh bagi mereka untuk tumbuh menjadi warga negara yang bertanggung jawab, cinta tanah air, serta mampu menjaga dan mempertahankan keutuhan NKRI.


Urgensi Pendidikan Nasionalisme Sejak Dini Sebagai Suatu Kebutuhan Dan Kewajiban

1.        1.   Menjaga Identitas Bangsa di Tengah Globalisasi

Di era globalisasi saat ini, pengaruh budaya asing semakin kuat, baik melalui media sosial, film, maupun musik. Tanpa pemahaman yang mendalam tentang nasionalisme, anak-anak berisiko kehilangan identitas mereka sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Pendidikan nasionalisme berperan penting dalam membantu anak-anak tetap berpegang pada akar budaya dan nilai-nilai kebangsaan, sehingga mereka tidak mudah terpengaruh atau terombang-ambing oleh arus budaya luar yang dapat mengikis jati diri mereka.

2.            2.    Membangun Karakter dan Moral yang Kuat

Pendidikan nasionalisme sejak dini tidak hanya fokus pada rasa cinta tanah air, tetapi juga pada pembentukan karakter dan moral. Nilai-nilai seperti kejujuran, saling menghormati, disiplin, dan rasa tanggung jawab dapat tumbuh dengan kuat melalui pemahaman tentang pentingnya persatuan, keberagaman, dan kebangsaan. Semua ini menjadi pondasi yang sangat penting dalam membentuk pribadi yang berintegritas, beretika, dan cinta tanah air.

3.       3.     Menanamkan Rasa Cinta Tanah Air

Pendidikan nasionalisme membantu anak-anak untuk tidak hanya memahami sejarah dan budaya bangsa, tetapi juga menumbuhkan rasa cinta yang mendalam terhadap tanah air mereka. Hal ini penting untuk membentuk rasa bangga menjadi bagian dari Indonesia yang kaya akan budaya dan tradisi.

4.      4.      Menumbuhkan Rasa Tanggung Jawab terhadap Keutuhan Bangsa

Pendidikan nasionalisme bukan hanya menjadi tugas sekolah semata, tetapi juga memerlukan kerja sama yang kuat antara keluarga dan masyarakat. Sayangnya, dalam implementasinya kerja sama ini sering tidak berjalan dengan baik. Kurangnya komunikasi dan koordinasi di antara ketiga pihak membuat penyampaian nilai-nilai nasionalisme kepada anak-anak menjadi tidak menyeluruh dan tidak konsisten. Padahal, keterlibatan semua pihak sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuhnya semangat cinta tanah air sejak usia dini.

Kesimpulan

Pendidikan nasionalisme sejak dini bukan hanya sebuah kewajiban, tetapi juga merupakan kebutuhan mendasar dalam pembentukan karakter generasi muda. Sebagai kewajiban, pendidikan nasionalisme merupakan bagian dari tanggung jawab negara, pendidik, dan orang tua untuk menanamkan nilai cinta tanah air, kebhinekaan, dan semangat persatuan kepada anak-anak sejak usia dini. Hal ini penting untuk menjaga keutuhan bangsa dan melahirkan warga negara yang bertanggung jawab serta memiliki kesadaran kebangsaan.

Di sisi lain, pendidikan nasionalisme juga sangat dibutuhkan dalam kehidupan anak-anak. Di era globalisasi seperti sekarang, di mana budaya asing mudah masuk anak-anak harus memiliki jati diri sebagai bagian dari bangsa Indonesia, agar tidak melupakan budaya dan nilai-nilai luhur bangsa sendiri. Pendidikan nasionalisme membantu membentuk dasar moral, etika, serta membangun sikap positif seperti jujur, menghargai perbedaan, dan peduli terhadap orang lain. Oleh karena itu, pendidikan nasionalisme sejak usia dini sebaiknya menjadi bagian penting dari seluruh proses pembelajaran anak.

Saran

Untuk menanamkan nilai-nilai nasionalisme sejak dini, semua pihak perlu ikut berperan aktif baik sekolah, keluarga, maupun lingkungan sekitar.

1.    Bagi Pihak Sekolah

Sekolah dapat mengintegrasikan nilai-nilai nasionalisme dalam kegiatan pembiasaan sehari-hari, seperti upacara bendera, menyanyikan lagu kebangsaan, dan penerapan sikap saling menghargai dalam keberagaman.

2.    Bagi Guru

Guru harus bisa menjadi contoh yang baik dengan menunjukkan sikap cinta tanah air. Hal ini bisa dilakukan melalui pembelajaran yang interaktif, sehingga siswa dapat lebih mudah memahami nilai-nilai kebangsaan.

3.    Bagi Orang Tua

Orang tua memiliki peran penting dalam menanamkan rasa cinta tanah air di rumah, misalnya dengan mengenalkan sejarah bangsa, budaya lokal, simbol-simbol negara, serta mengajarkan pentingnya menjaga persatuan dan menghargai perbedaan.

4.    Bagi Pemerintah dan Lembaga Pendidikan

Pemerintah dan lembaga pendidikan diharapkan terus mendukung program-program yang memperkuat pendidikan nasionalisme di sekolah, memberikan pelatihan kepada guru, serta menyediakan kurikulum dan media pembelajaran yang mengedepankan nilai kebangsaan.

Daftar Pustaka

Haryanto, A. (2016). Pendidikan Nasionalisme di Indonesia: Pembentukan Karakter Bangsa Melalui Pendidikan. Jurnal Pendidikan Nasional, 14(2), 55-67.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2018). Pendidikan Karakter dan Nasionalisme di Sekolah Dasar: Pendekatan dan Implementasi dalam Kurikulum 2013. Jakarta: Kemdikbud.

Mulyana, D. (2019). Globalisasi dan Nasionalisme: Tantangan Identitas Bangsa dalam Era Digital. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Supriadi, A., & Suryani, L. (2020). Peran Pendidikan Keluarga dalam Pembentukan Nasionalisme Sejak Dini. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 25(1), 123-136.

Suharyanto, Y. (2017). Pendidikan dan Kebhinekaan: Membina Rasa Nasionalisme di Tengah Keberagaman. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 19(3), 92-106.

Yuliana, S. (2018). Integrasi Nilai Nasionalisme dalam Kurikulum Pendidikan Indonesia. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

 

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

KUIS 13-2 (11 JULI 2025) SUSULAN

 D04,D05,D07,D09,D16,D18,D20,D46,D47