Abstrak
Pada akhir tahun 2019, terjadi suatu pandemi yang berasal dari Cina tepatnya di kota Wuhan. Pandemi tersebut dikenal dengan nama COVID-19. COVID-19 ini disebabkan oleh SARS-CoV-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2).
Penyebaran pandemi ini jauh lebih cepat, sehingga saat ini sudah lebih dari 6,2 juta kasus positif yang dilaporkan.Salah satu penaganannya dengan cara vaksin, yaitu cara yang paling efektif dan ekonomis untuk mencegah penyakit menular. Pengembangan efektif terhadap infeksi SARS-CoV-2 sangat diperlukan. Sejauh ini lebih dari 40 perusahaan farmasi dan lembaga akademis di seluruh dunia telah meluncurkan program pengembangan vaksin mereka melawan SARS- CoV-2. Ditinjau dari kecepatannya, vaksin mRNA memiliki keunggulan dibandingkan dengan vaksin lainnya, karena RNA memiliki kecepatan dalam memperoleh urutan data patogen dan tidak membutuhkan kultur sehingga dapat diproduksi dengan cepat. Namun sejauh ini belum ada vaksin mRNA yang masuk ke pasaran, sehingga mungkin diperlukan lebih banyak waktu dalam penetapan standar kualitas dan evaluasi keamanan vaksin.
Kata kunci : Vaksin, COVID-19, SARS-CoV-2
Pendahuluan
Pada akhir tahun 2019 muncul suatu pandemi yang berasal dari China yang dikenal sebagai COVID-19. Tidak hanya di China, pandemi tersebut menyebar ke seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia. COVID-19 disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 atau disingkat SARS-CoV-2 yang menyerang saluran pernafasan. Penyebaran COVID-19 kemudian terus berlangsung dengan cepat hingga banyak negara terjangkit COVID-19, sampai tahun 2020. WHO mendeklarasikan bahwa wabah COVID-19 di Cina sebagai kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia ini dengan menandakan COVID-19 sebagai ancaman global dunia.
Komite darurat juga telah menyatakan bahwa penyebaran COVID-19 dapat dihentikan jika dilakukan proteksi, deteksi dini, isolasi, dan perawatan yang cepat agar tercipta implementasi sistem yang kuat untuk menghentikan penyebaran COVID-19. Mengingat hal ini, sebagai upaya proteksi terhadap COVID-19. Berbagai negara dari seluruh dunia telah berkomitmen bersama dengan melibatkan pemerintah, perusahaan bioteknologi, ilmuwan, dan akademisi untuk dapat menciptakan vaksin COVID-19. Sejauh ini telah banyak kandidat vaksin yang diluncurkan untuk melawan virus SARS-CoV-2, atau penyebab COVID-19.
Dengan demikian, semua pemahaman yang lebih baik mengenai SARS-CoV-2 sangatlah penting untuk mengeksplorasi terciptanya vaksin yang efektif. Berbagai program terkait vaksin COVID-19 masih dalam tahap pengembangan. Dalam artikel ini, merangkum pengembangan terkini terkait vaksin sebagai bentuk pencegahan terhadap COVID-19.
Permasalahan
Permasalahan yang di dapat adalah dengan timbulnya penyakit bernama virus corona atau Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah virus yang menyerang bagian sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi virus ini bisa disebut dengan COVID-19. Virus Corona ini bisa menyebabkan gangguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga kematian. Virus Corona adalah jenis baru dari coronavirus yang menular ke manusia. Virus ini bisa menyerang siapa saja, seperti lansia (golongan usia lanjut), orang dewasa, anak-anak, bayi, termasuk ibu hamil dan ibu menyusui.
Hal tersebut membuat beberapa negara menerapkan kebijakan untuk memberlakukan lockdown dalam rangka mencegah penyebaran virus corona. Di Indonesia sendiri, diberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk menekan penyebaran virus ini. Maka dari itu pemerintah, perusahaan bioteknologi, ilmuwan, dan akademisi melakukan komitmen untuk dapat menciptakan dan mengembangkan vaksin COVID-19 dalam pencegahan penularan virus tersebut.
Pembahasan
APA ITU VAKSIN?
Pada saat vaksin dimasukan ke dalam tubuh seseorang, vaksin ini akan merangsang sistem kekebalan tubuh untuk bisa memproduksi antibodi. Proses pembentukan antibodi inilah yang disebut dengan imunisasi. Kemudian saat seseorang sudah mendapatkan vaksin dan terpapar kuman penyebab penyakit di kemudian hari tubuhnya akan membentuk antibodi dengan cepat untuk bisa melawan kuman tersebut.
MENGAPA VAKSIN ITU PENTING?
Tentunya karena setiap orang perlu untuk mendapatkan vaksin terutama bayi dan anak- anak karena memiliki daya tahan tubuh yang masih lemah dan juga masih berkembang.
Orang dewasa-pun juga disarankan untuk mendapatkan vaksin dengan beberapa kondisi- kondisi diantaranya di prioritaskan untuk mendapatkan vaksin dengan kondisi berusia lanjut, sedang mengandung atau hamil, sedang melakukan kemoterapi, dan juga faktor lainnya.
Misalkan seperti penyakit asma, diabetes, jantung, atau menderita infeksi HIV. Kemudian dalam kondisi yang belum pernah mendapatkan imunisasi wajib sebelumnya dan bekerja di tempat beresiko tinggi menularkan infeksi seperti rumah sakit atau laboratorium klinik.
CARA KERJA VAKSIN
Cara kerja dari vaksin akan dibedakan menjadi 4 cara sesuai dengan target vaksinasi ini.
1.
Live-Attenuated Vaccines,
ini adalah vaksin yang menggunakan virus yang telah dilemahkan untuk membangun
kekebalan tubuh terhadap
virus tersebut. Pelemahan virus ini merupakan praktik vaksinasi pertama melawan cacar.
Metode ini juga digunakan untuk vaksinasi campak,
rubela, dan cacar air.
2.
Inactivated Vaccines,
vaksin ini menggunakan bahan kimia untuk membunuh virus.
Vaksin ini digunakan untuk melawan hepatitis A, influenza,
dan polio.
3.
Subunit, Recombinant, Polysacharide, or Conjugate Vaccines, yang dimana menyasar
kuman dan vaksin ini digunakan untuk melawan penyakit seperti hepatitis
b, HPV, dan herpes.
4.
Toxoid Vaccines, vaksin ini
menargetkan toksin kuman daripada bakteri atau virus itu sendiri yang digunakan
untuk mengobati difteri
dan tetanus.
Sebenarnya secara spesifik ada jenis vaksin yang dibutuhkan anak-anak berdasarkan kandungan yang terdapat di dalamnya yaitu :
-
Vaksin
hidup, yang terbuat dari vaksin hidup yang dilemahkan dan digunakan dalam beberapa vaksin.
-
Vaksin mati atau tidak aktif, yang digunakan untuk vaksin IPV (Polio).
-
Vaksin Toksoid,
yang mengandung racun tidak aktif
yang diproduksi bakteri.
-
Vaksin Konjugasi, yang mengandung bagian dari bakteri
yang di kombinasikan dengan protein,
misalkan bentuk HIB.
Prinsip dasar pemberian vaksin bukan usia, namun siapa yang paling berisiko terkena.
Contoh petugas medis, aparat hukum (TNI, Polri, & Aparat lain), kelompok masyarakat dengan kategori lanjut usia, dan juga anak-anak serta ibu hamil, baru kemudian masyarakat luas atau masyarakat umum.
MITOS NEGATIF MENGENAI VAKSIN
Meskipun persiapan vaksinasi masih terus dilakukan, namun masih ada tantangan lain terkait dengan mitos vaksinasi. Bentuk laporan dari WHO banyak mitos membuat masyarakat enggan menjalani vaksinasi di negara-negara termasuk Indonesia. Bahkan satu dari sepuluh ancaman kesehatan global adalah keraguan orang atas vaksin. Berikut ini adalah contoh- contoh mitos mengenai vaksin :
1.
Vaksin MMR, bisa menyebabkan
autisme. Vaksin ini berasal dari penelitian Dr. Wakefield (1998), tetapi kemudian setelah
dibuktikan pada tahun 2010 terbukti
tidak benar atau salah dan tidak berdasar.
Kemudian ditarik pada tahun 2010.
2.
Vaksin dikatan mengandung
merkuri yang berbahaya, betul memang mengandung kandungan merkuri, namun kandungan merkuri di dalam thiomersal
ini hanya 2mcg/kgbb/pekannya. Padahal
batas amannya adalah sekitar 159mcg/kgbb/pekan. Jadi perbedaannya sangat kecil sekali antara 2mcg dengan batas
amannya yaitu 159mcg (Menurut
WHO).
3. Vaksin yang dipakai
di Indonesia buatan luar negeri,
ternyata sebagian besar vaksin untuk
imunisasi buatan BUMN, yakni Bio Farma.
4. Lebih baik sakit ketimbang divaksin untuk mendapatkan kekebalan tubuh, yang benar adalah cara kerja vaksin itu memanfaatkan respon alami tubuh, sehingga membentuk antibodi spesifik melawan virus, kuman, atau racun tertentu.
Dengan adanya vaksinasi ini diharapkan benar dan bisa menekan penyebaran COVID-19 dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Edukasi yang tepat yaitu dengan tingkatkan kepedulian bersama.
Kesimpulan
COVID-19 hingga saat ini masih terus berkembang penyebarannya. Meskipun belum ada vaksin yang siap digunakan, namun sudah banyak negara dan lembaga yang telah mencoba dan mengumumkan program atau teknologi pengembangan vaksin mereka untuk melawan COVID-19, dimana hampir sebagian besar yang dikembangkan merupakan vaksin baru.
Pada umumnya pengembangan vaksin baru dapat memakan waktu 10-20 tahun, dan tingkat keberhasilannya kurang dari 10%.
Vaksin ini dapat dikembangkan dengan cepat karena tidak memerlukan kultur atau fermentasi, sehingga sebagai gantinya hanya menggunakan sintesis. Selain lebih cepat, vaksin ini lebih murah dan lebih aman bagi penggunanya karena tidak diproduksi menggunakan elemen infeksius. Meskipun vaksin ini sudah masuk ke dalam tahap uji klinik fase 2 untuk penanganan COVID-19, namun vaksin ini belum mengantongi lisensi sehingga belum bisa dipasarkan.
Saran
Jika ingin melaksanakan maupun melakukan vaksinasi disarankan memastikan kondisi tubuh fit dan bugar terlebih dahulu sebelum pelaksanaan vaksinasi. Karena akan membantu proses pembentukan antibodi dalam tubuh menjadi baik juga. Selanjutnya masyarakat perlu memastikan bahwa dirinya tidak ada riwayat penyakit yang menjadi kontra indikasi berlangsungnya pelaksaaan vaksinasi tersebut.
Lalu harus selalu mematuhi protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah selama pandemi COVID-19 untuk memastikan tidak terinfeksi COVID-19 tersebut. Tujuan dari dilaksanakannya vaksinasi ini ialah untuk membentuk kekebalan tubuh kepada diri setiap penerima vaksin sehingga dapat mencegah terinfeksi dari COVID-19.
Daftar Pustaka
Sun, P. dkk. (2020) ‘Memahami COVID-19 berdasarkan bukti terkini ', Jurnal Virologi Medis, hlm. 0–1. doi:10.1002 / jmv.25722.
Zhang J, Zeng H, Gu J, Li H, Zheng L, Zou Q. Kemajuan dan prospek vaksin pengembangan melawan sars-cov-2. Vaksin. 2020; 8 (2): 1-12.
Peeri,
N. C. dkk. (2020) 'SARS, dan novel coronavirus (COVID-19) epidemi, terbaru dan terbesar ancaman kesehatan global:
pelajaran apa yang kita miliki dipelajari? ’, Jurnal Internasional Epidemiologi,
hlm. 1–10. doi:10.1093 / ije / dyaa033.
No comments:
Post a Comment