Pemulis:
Sena Melianta Aji (Senaaji2000@gmail.com)
Universitas
Mercubuana
Abstrak:
Tujuan penelitian ini adalah hendak mengungkapkan sejumlah persoalan yang
muncul di sekolah-sekolah seiring derasnya arus globalisasi menerpa para siswa
melalui media massa televisi, bagaimana pengaruhnya terhadap kebiasaan mereka
sehari-hari baik dalam belajar maupun mengisi waktu senggang, serta bagaimana
program Pendidikan Kewarganegaraan diselenggarakan untuk menanggulangi
persoalan-persoalan tersebut. Penelitian dilakukan di dua wilayah di tanah air
(Jawa Barat dan Batam) yang diasumsikan sangat deras terkena pengaruh
globalisasi. Responden adalah siswa dan guru SMP, SMA, dan SMK. Hasil
penelitian memperlihatkan bahwa globalisasi menantang kekuatan penerapan unsur
jati diri dan memporakporandakan nilai-nilai adiluhung bangsa melalui agennya
televisi. Untuk menanggulangi persoalan demikian program pendidikan
kewarganegaraan harus diselenggarakan dengan mengacu pada konsep Citizenship
Education.
Abstract:
The objective of this research is to describe some issues occurred in schools
in regards of the fast developing process of globalization towards students
which is contributed by mass media; television, how does this influence the
students’ habitual in their daily life and in filling their spare times, it
also describe of how the Pendidikan Kewarganegaranan (Civic Education) program
is being implemented to solve these issues. This research was conducted in two
different places in Indonesian homeland; West Java (Jawa Barat) and Batam which
has been assumed that these places are already influenced by globalization. The
respondents of this research were the students and teachers of SMP, SMA and
SMK. The result of this study shows that globalization challenges the power of
assembling self concept and giving publicity of values through television
agents. In order to solve that problems the Pendidikan Kewarganegaraan (civic
education) must be delivered refer to the Citizenship Education concept
PENDAHULUAN
Setiap
negara-bangsa (nation-state) yang ingin tetap eksis selalu mendidik rakyatnya
menjadi warganegara yang cerdas dan baik (smart and good citizen). Oleh karena
itu masyarakat sangat mendambakan generasi mudanya dipersiapkan untuk dapat
berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat dan negaranya. Keinginan tersebut
lebih tepat disebut sebagai perhatian yang terus tumbuh, terutama dalam
masyarakat demokratis. Banyak sekali bukti yang menunjukkan bahwa tak satu pun
negara, termasuk Indonesia, telah mencapai tingkat pemahaman dan penerimaan
terhadap hak-hak dan tanggung jawab di antara keseluruhan warganegara untuk
menyokong dan mengembangkan karakter atau watak publik maupun privat yang
sejalan dengan demokrasi konstitusional. Sikap mental ini harus dipelihara dan
dipupuk melalui perkataan dan pengajaran serta kekuatan keteladanan. Demokrasi
bukanlah “mesin yang akan berfungsi dengan sendirinya”, tetapi harus selalu
secara sadar direproduksi dari suatu generasi ke generasi berikutnya.
Oleh
karena itu, pembinaan terhadap generasi muda menjadi warganegara yang baik
menjadi perhatian utama. Tidak ada tugas yang lebih penting dari pengembangan
warganegara yang bertanggung jawab, efektif dan terdidik. Demokrasi dipelihara
oleh warganegara yang mempunyai pengetahuan, kemampuan dan karakter yang
dibutuhkan. Tanpa adanya komitmen yang benar dari warganegara terhadap nilai
dan prinsip fundamental demokrasi, maka masyarakat yang terbuka dan bebas, tak
mungkin terwujud.
PERMASALAHAN
Pendidikan
luar sekolah sebenarnya bukanlah barang baru dalam khasanah budaya dan
peradaban manusia.Pendidikan luar sekolah telah hidup dan menyatu di dalam
kehidupan setiap masyarakat jauh sebelum muncul dan memasyarakatnya system persekolahan.PLS
mempunyai bentuk dan pelaksanaan yang berbeda dengan sistem yang sudah ada di
pendidikan persekolahan. PLS timbul dari konsep pendidikan seumur hidup dimana
kebutuhan akan pendidikan tidak hanya pada pendidikan persekolahan/pendidikan
formal saja.
Pembinaan
generasi muda dalam perjalanan suatu bangsa adalah sangat penting, peranan yang
sangat menonjol terutama dalam hal menentukan estafet kepemimpinan. Apabila
Generasi Muda memiliki kualitas yang memadai maka hampir dipastikan bahwa tidak
sulit menemukan figur pemimpin yang diperlukan pada saat dibutuhkan. Di era
globalisasi saat ini, pemerintah sangat menaruh perhatian dalam pembangunan
generasi muda guna memajukan ketertinggalan khususnya dibidang sumber daya
manusia.
PEMBAHASAN
Globalisasi
menantang kekuatan penerapan unsur jati diri bangsa Indonesia melalui agen
budaya luar sekolah terutama media massa. Para siswa lebih tertarik dengan
budaya baru yang ditawarkan agen budaya luar sekolah terutama media televisi
dibandingkan dengan budaya kita sendiri yang ditanamkan di sekolah. Adanya
pertentangan antara nilai-nilai yang bersumber dari budaya adiluhung bangsa
Indonesia dengan nilai-nilai yang dibawa oleh agen globalisasi tersebut
mengakibatkan terjadinya konflik nilai pada diri siswa. Terpaan media massa
televisi memporakporandakan nilai-nilai adiluhung bangsa Indonesia, sehingga
para siswa sering menampilkan perilaku yang menyimpang dari ukuran budaya kita.
Gemerlapnya acara televisi, utamanya siaran televisi asing yang ditangkap oleh
fasilitas parabola dan semacamnya, menyita perhatian dan waktu para pelajar
sehingga kegiatan menekuni pelajaran menjadi terganggu.
Tayangan
televisi banyak sekali mengajarkan nilai-nilai yang menantang pencapaian misi
PKn dalam mendidik warganegara yang cerdas dan baik (smart and good citizen).
Tayangan televisi yang lebih mengutamakan aspek hiburan tidak berkontribusi
positif terhadap pembinaan warganegara yang terdidik (educated citizen). Budaya
konsumerisme yang dibawakan berbagai acara di televisi menggiring para pemirsa
termasuk para pelajar menampilkan gaya hidup konsumtif. Tayangan televisi
nasional sangat miskin nuansa pengembangan wawasan kebangsaan dan cinta tanah
air. Untuk mengimbangi adanya penetrasi nilai-nilai yang tidak sesuai dengan
budaya bangsa yang dibawakan oleh tayangan televisi asing maupun nasional perlu
dibuat tayangan tandingan yang sama menariknya yang sarat akan nilai-nilai
kebangsaan.
KESIMPULAN
Efektivitas
penerapan kurikulum PKn yang diorganisir secara terpisah (separated subject
curriculum) perlu dilengkapi dengan berbagai kegiatan sekolah yang dikemas
dalam berbagai kegiatan baik ko maupun ekstrakurikuler yang dapat membantu
pencapaian visi dan misi PKn mencerdaskan kehidupan bangsa melalui koridor
value-based education.
Tata
tertib serkolah perlu ditingkatkan daya ikatnya kepada seluruh siswa di sekolah
agar para siswa dibiasakan untuk berperilaku baik sebagai seorang warganegara
Indonesia yang
DAFTAR
PUSTAKA
D. Budimansyah,
“Tantangan globalisasi terhadap pembinaan wawasan kebangsaan dan cinta tanah
air di sekolah,” J. Penelit. Pendidik., vol. 11, no. 1, pp. 7–13, 2010.
N. Rohayati,
“Peranan Muhammadiyah dalam Membina Generasi Muda melalui Pendidikan Karakter
di Sukajadi Kota Bandung,” Empowerment, vol. 2, no. 2, pp. 116–125,
2013.
H. F.
Yudhanegara, “Pancasila Sebagai Filter Pengaruh Globalisasi Terhadap
Nilai-Nilai Nasionalisme,” J. Ilmu Adm. CENDEKIA, vol. 8, no. 2, pp.
165–180, 2016.
D. Ermawan,
“Pengaruh Globalisasi terhadap Eksistensi Kebudayaan Daerah di Indonesia,” J.
Kaji. Lemhannas RI, vol. 32, no. 1, pp. 1–54, 2017.
K. Ge. F,
“IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN KARAKTER TERHADAP PENGARUH GLOBALISASI,” Angew.
Chemie Int. Ed. 6(11), 951–952., pp. 231–238, 1967.
No comments:
Post a Comment